Waspadai Masuknya Varian Covid MU, Jatim Perketat Protokol Pemulangan Tenaga Migran

Khofifah Indar Parawansa

Pemprov Jatim, Bhirawa
Penurunan kasus Covid-19 di Jatim harus terus dibarengi dengan protokol kesehatan (Prokes) ketat. Mengingat Covid-19 telah bermutasi dalam berbagai varian, termasuk di antaranya ialah varian baru virus corona B1621 atau Mu.
Kewaspadaan terhadap varian baru itu harus ditingkatkan. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, selain terus mengedukasi Prokes Pemprov juga terus mengetatkan protokol para tenaga migran yang pulang ke Jatim.
Setiap tenaga migran yang pulang ke Jatim hingga saat ini diterapkan swab PCR, dan disiapkan isolasi terpusat, agar mereka dikarantina selama 8 hari sebelum dipastikan aman dan tidak membawa virus saat pulang ke kampung halaman.
“Kita hari ini terkonfirmasi dan harus mewaspadai bersama bahwa ada varian baru covid-19 yaitu varian MU, tentu kita harap varian baru ini tidak masuk Indonesia, tapi mobilitas dan interaksi antar bangsa itu tinggi sekali,” kata Khofifah, Kamis (9/9).
Oleh sebab itu, saat ini di Jatim sudah disiapkan Asrama Haji sebagai isolasi terpusat bagi para tenaga migran yang baru kembali dari luar negeri. Sistem isolasi ini diterapkan sejak kewaspadaan masuknya varian delta. Mulai bulan April lalu hingga saat ini setiap hari selalu ada ratusan pekerja migran yang masuk ke Jatim lewat jalur udara. Mereka pun langsung dilakukan isolasi di Asrama Haji.
Begitu tiba di Jatim mereka akan langsung diswab PCR dan menunggu sampai hasil keluar di Asrama Haji tersebut. Jika hasilnya negatif, mereka akan dijemput dan dikawal oleh Pemkab masing-masing dan melakukan tes usap ulang di daerahnya. Begitu hasilnya positif maka baru boleh kembali ke kampung halamannya masing-masing.
“Nah kalau ada yang positif hasil swabnya, dan CT nya di bawah 20 mereka akan langsung dilakukan genome squencing. Nah kendalanya adalah alat untuk genome squencing laboratorium biosafety level 3 (BSL 3) di Jatim baru ada 1 yaitu di ITD Unair,” tegas Khofifah.
Untuk bisa melakukan deteksi dengan cepat sehingga antisipasi yang dilakukan juga bisa dipercepat, maka dibutuhkan alat uji dan tes yang memadai dan jumlah yang mencukupi. Terkait hal itu, Gubernur Khofifah kini tengah meminta ke Pemerintah Pusat agar ditambahkan alat tes genome squencing BSL3 untuk bisa mendeteksi dengan cepat varian varian baru covid-19.
“Saat kami ketemu Presiden di Pendopo Madiun, saya menyampaikan bahwa kami di Jatim butuh tambahan BSL3. Bukan hanya kerena ada varian baru tapi lebih juga karena genome squencing ini secara teknologi kedokteran itu kebutuhan kita,” tegasnya.
Bahkan Khofifah juga telah menyampaikan bahwa kebutuhan tambahan alat tersebut mendesak dan diharapkan segera dipenuhi oleh Kementerian Kesehatan. “Kita butuh ini mendesak supaya make sure bahwa kalau ada varian baru itu terdeteksi lebih dini dan lebih cepat penanganannya agar tidak sampai tersebar luas,” pungkas Khofifah.
Sebagaimana diketahui bahwa Covid-19 varian Mu pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari 2021. Dalam laman resmi WHO, Mu secara ilmiah dikenal sebagai B.1.621 dan telah diklasifikasikan sebagai variant of interest (VOI). Kasus covid-19 varian Mu telah dilaporkan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Eropa. Dalam hal ini, badan kesehatan global mengatakan, varian Mu memiliki mutasi yang menunjukkan risiko resistensi terhadap vaksin Covid-19. [tam]

Tags: