Wawali Subri Sidak Hewan Korban di Kota Probolinggo

DPKH lakukan pemeriksaan hewan Qurban di pasar kaget.

Probolinggo, Bhirawa
Menjelang Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah, para penjual hewan kurban di Kota dan kabupaten Probolinggo mulai bertebaran. Mereka makin mudah ditemukan di sejumlah sudut kota. Sampai Kamis 8/8, ada 30 titik penjualan hewan kurban yang sudah diperiksa kesehatannya.
Banyaknya pedagang hewan kurban dadakan ini pun mendapat perhatian dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Probolinggo. Sejak Minggu (4/8), mereka turun memeriksa sejumlah hewan kurban yang dijual para pedagang.
Wawali Subri di dampingi Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Paiga, Kamis 8/8 mengatakan, pihaknya sudah melakukan kontrol kesehatan program ini sejak Minggu (4/8).
“Pemeriksaan yang kami lakukan masih sebatas antemortem. Pemeriksaan secara fisik hewan saja. Seperti memeriksa suhu tubuh hewan, kelopak mata, lidah, warna bulu, rongga mulut, hidung, dan anus,” ujarnya.W
Pihaknya juga akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan hewan kurban ini. Salah satunya dengan Polres Probolinggo Kota. Juga akan ada inspeksi mendadak (sidak) langsung bersama Wali Kota, untuk melihat kualitas hewan kurban.
“Sejauh ini belum ditemukan hewan kurban yang bermasalah,” ujarnya.
Salah seorang pedagang hewan kurban Nandriandi, 28, mengaku saban tahun berjualan hewan kurban. Tahun ini, Nandriandi membuka lapak di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo. “Setiap tahun saya menjual hewan kurban seperti ini,” ujarnya.
Menurutnya, Jalan Raya Probolinggo-Lumajang, sangat ramai pengendara. Sehingga, dirinya tidak perlu mencari pembeli. “Hewan kurban harus dijaga kualitasnya untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Sudah dua minggu saya menjual kambing di sini dan sudah 8 ekor yang terjual,” ujarnya.
Di kabupaten Probolinggo, jumlah ternak yang diperiksa dari 2 (dua) kecamatan lebih dari 300 ekor. Terdiri dari domba dan kambing. Ada sekitar 1-2% dari total pemeriksaan di lokasi tersebut terkena penyakit mata,” kata Kabid Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, Pengolahan dan Pemasaran DPKH Kabupaten Probolinggo drh Yukti Widiatmaningsih, Kamis (8/8).
Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner DPKH Kabupaten Probolinggo drh. Nikolas Nuryulianto menyampaikan dengan ternak tanda merah, kemungkinan karena berada di tepi jalan atau kemasukan mikroorganisme, jadi masih dalam taraf wajar. Selain itu juga ada kaki domba yang tidak sempurna berdiri tegak (mungkin cacat karena bawaan lahir).
Jadi disarankan kepada hewan qurban yang dijual, untuk yang sakit mata diobati terlebih dahulu sampai sembuh baru boleh dijual. Sedangkan domba yang kakinya cacat disarankan tidak dijual untuk hewan qurban, ungkapnya.
Dalam kegiatan kali ini juga diberikan Surat Keterangan Kesehatan Hewan Qurban (SKKHQ) kepada para penjual hewan qurban dengan harapan konsumen tidak khawatir membeli hewan qurban di tempat ini karena sudah diperiksa oleh petugas berwenang.
“Kegiatan pendataan, pengawasan dan pemeriksaan antemortem dan postmortem hewan qurban akan terus dilaksanakan. Sampai tanggal 14 Agustus 2019. Dimana data tersebut juga akan dikirimkan ke Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dan nasional,” tandasnya.
Harga sapi anakan dan indukan ada kenaikan signifikan, dari kisaran Rp 500 ribu, hingga Rp 1 juta per ekor. “Harga sapi mulai mahal sejak seminggu terakhir. Sudah biasa, jika mendekati Idul Adha, harga sapi di tingkat pedagang di pasaran memang mahal. Saat ini naik dari Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta,” ujarnya.
Meski harga sapi mahal, namun permintaan semakin tinggi karena kebutuhan jelang Idul Adha. Ia meyakini, semakin mendekati Idul Kurban, harganya akan semakin naik. Sementara itu, H. Zainuddin, seorang pedagang sapi mengungkapkan, banyaknya permintaan sapi untuk Idul Adha, tidak hanya dari kalangan dalam Kabupaten Probolinggo saja, akan tetapi permintaan dari luar Probolinggo juga banyak.
Pedagang asal Surabaya, Gresik, Malang dan daerah lainnya mengambil sapi dari Probolinggo. Sedangkan kita sebagai pedagang, membeli dari masyarakat. Kita mencari masyarakat yang menjual sapinya,” terang Zainuddin.
Saat ini kata dia, harga sapi jantan yang besar naik lebih dari Rp 1 juta per ekor, karena untuk kurban hari raya Idul Adha, banyak yang mencari sapi jantan. Untuk anakan dan indukan masih jarang peminatnya, tapi harganya di Kabupaten Probolinggo sudah mulai mahal, tambahnya.(Wap)

Tags: