Win Hendrarso: Jangan Malu Meniru Kota Surabaya

Win Hendrarso

Sidoarjo-Bhirawa
Kabupaten Sidoarjo dan kota Surabaya merupakan borderless (jalan tanpa batas) yang infrastrukturnya saling berhubungan dan membutuhkan. Sebetulnya tidak perlu malu Sidoarjo mencontoh model pembangunan Surabaya yang infrastrukturnya patut ditiru dan diacungi jempol.
Mantan bupati Sidoarjo, drs Win Hendrarso, Kamis (7/12) siang, dalam kaitan pembangunan frontage Road (FR) Sidoarjo, menyatakan, infrastruktur ibaratnya seperti membangun jaring laba-laba, yang satu sama lain infrastrukturnya saling berhubungan. Surabaya dan Sidoarjo adalah bagian dari jaring laba-laba, sehingga pembuat keputusan kedua daerah perlu membuat jaringan jalan yang terkoneksi dengan cepat antar wilayah.
Supaya sarana dan prasarana jalan sebagai rohnya pembangunan fisik perlu diutamakan sebagai prioritas. Perkembangan Sidoarjo sebagai hinterland nya Surabaya harusnya mengikuti ritme ibukota provinsi Jatim itu. “Meniru yang baik hukumnya wajib,” ucap Win yang pernah menjabat bupati Sidoarjo selama 2 periode.
Sementara itu, untuk mempercepat pembangunan FR Sidoarjo mulai Waru-Gedangan-Buduran, DPRD Sidoarjo menyetujui penggunaan anggaran Rp 85 miliar untuk pembebasan lahan di tiga kecamatan tersebut. Dinas PUPR Sidoarjo sebagai leading sector dipertaruhkan reputasinya untuk menyelesaikan pembebasan ini. FR ini selesai atau tidak sepenuhnya tergantung dari pembebasan lahan.
Masih ada 20 lahan perusahaan yang belum dihibahkan, 11 perusahaan sudah dihibahkan. Masih ada ratusan rumah di tiga kecamatan yang harus dibebaskan.
Ketua DPD Nasderm Sidoarjo, Dawud Sutrisno SH, mengingatkan agar hati-hati menerima lahan hibah dari swasta, apakah proses hibah yang dilakuka perusahaan sudah melalui RUPS. Bila perusahaan itu sudah go publik, maka akan pelik lagi. Seluruh pelepasan aset harus melalui RUPS. Jangan sampai setelah lahan dihibahkan, akan muncul gugatan dari pemilik saham dalam perusahaan tersebut.
“Bangga itu kalau menerima hibah dari ADB (Asian Developmen Bank) atau IDB (Internasional Developmen bank),” terangnya.
Ahmad Gozi, pemerhati lingkungan, melihat ada yang ganjil dengan lahan hibah untuk FR Sidoarjo. Tanah hibah itu tidak menyisakan sempadan jalan untuk pedesterian. Kondisi fisiknya FR Sidoarjo bertolak belakang dengan FR Surabaya yang memiliki pedestrian lebar untuk pengguna jalan. “APBD Sidoarjo besar, gunakan saja untuk beli lahan. Jangan terlalu bangga diberi tanah hibah, karena akan menyisakan masalah dikemudian hari,” ujarnya.(hds)

Tags: