Wisata Ampel Macet Akibat Truk Parkir Melintang

Truk berukuran besar diparkir secara melintang. [geh/bhirawa]

Truk berukuran besar diparkir secara melintang. [geh/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Keinginan Pemkot untuk menciptakan kawasan wisata Ampel yang tertib dan bebas macet masih terkendala banyak hal. Parkir sembarangan dan turunnya PKl ke jalan membuat upaya Pemkot memajukan kawasan wisata religi ini masih jauh dari kenyataan.
Dari pengamatan Bhirawa, puluhan truk ekspedisi berukuran panjang diparkir melintang terutama di sepanjang jalan Nyamplungan dan Pegirian untuk bongkar muatan. Setidaknya sekitar 50 perusahaan ekspedisi yang ada di kawasan Nyamplungan yang masuk kecamatan Semampir ini.
Bisa dibanyangkan bila setiap perusahaan ekspedisi memiliki rata-rata dua truk yang diparkirkan secara melintang hingga memakan separuh jalan.  Karuan saja arus lalu lintas dari arah Kembang Jepun dan Polsek Semampir berjalan lambat.
Hal ini jelas menghambat program Pemkot Surabaya dalam hal menciptakan kawasan Ampel bebas macet.
Sekertaris Kecamatan Semampir, Enis Susilowati menyayangkan ulah para pemilik usaha ekspedisi yang ada di kawasan Jalan Nyamplungan dan Jalan Pegirian ini. Meski sudah ada rambu dilarang parkir, namun para sopir truk tersebut sepertinya sengaja mengabaikan.
” Kami juga sudah memanggil para pemilik perusahaan ekspedisi untuk tidak memarkir truk secara melintang. Kami juga gak berhenti untuk koordinasi sama pemilik ekspedisi, tapi tahu sendiri warga sini (Kecamatan Semampir) seperti apa karakternya,” kata Enis ketika ditemui Bhirawa di kantor Kecamatan Semampir, Kamis (26/3).
Enis juga berharap, bukan hanya pihak Kecamatan melalui Trantib yang berperan dalam penertiban truk ekspedisi, melainkan pihak Dinas Perhubungan (Dishub) juga harus turun karena berhubungan dengan lalu lintas.
” Sudah dua hari dari kemarin petugas Satpol PP sudah ngedrop di kawasan tersebut, tapi masih khusus dalam penertiban PKL-PKL yang berdiri di sepadan jalan. Apalagi Pemkot sudah menyediakan sentra PKL,” harap perempuan yang baru menjabat Sekcam selama enam bulan ini.
Sementara, salah seorang warga di kawasan Ampel, Supriyono, mengatakan bahwa kondisi seperti ini sudah lama tidak ada penertiban dari pihak mana pun. ” Sudah lama truk-truk itu parkir di situ, bahkan sudah menjadi kebiasaan mereka setiap hari. Tidak tahu mengapa pihak polisi membiarkannya begitu saja,” ungkap Supriyono.
Ardi ,salah seorang pedagang, mengungkapkan hampir setiap hari dirinya menikmati mobil angkut bermuatan besar milik ekspedisi yang dibentangkan di sepanjang ruas jalan untuk menurunkan dan menaikkan barang yang akan di kirim ke luar kota. Jalanan yang dinilai tidak terlalu besar diisi dengan mobil bermuatan besar sangat mengganggu.
” Terutama jika mobil angkut itu beroperasi di siang hari. Belum lagi pada waktu ada Haul Agung Sunan Ampel Surabaya yang banyak didatangi peziarah dari luar kota maupun provinsi pasti macet sekali. Kita merasa terganggu dengan truk itu. Truk-truk itu sering buat kemacetan,” aku Ardi saat ditemui.
Pada waktu beroperasi, lanjut Ardi, membutuhkan waktu lama. Karena di samping menurunkan barang yang dibawa dari luar kota setelah sampai di sini (sekitaran Ampel) itu diturunkan dan dimasukkan ke gudang ekspedisi tersebut.
Belum lagi setelah mereka menurunkan, maka barang yang akan dikirim ke luar kota akan dinaikkan seketika itu. Jadi butuh sejam lebih untuk menunggu hingga selesai.
” Nah, di sekitaran sini, banyak ekspedisi. Bisa dibayangkan ketika semua ekspedisi itu beroperasi pada waktu bersamaan. Macetnya luar biasa,” tandasnya.
Tak hanya itu, beberapa warga lainnya juga menyampaikan kekecewaan kepada Pemerintah Kota Surabaya. Terutama petugas penertiban. Pasalnya, selama ini pemerintah tidak pernah melakukan penertiban terkait pengusaha ekspedisi soal mobil angkut yang kerap menjadi biang kemacetan.
Padahal , menurutnya, hampir setiap hari satpol PP melakukan penertiban terhadap para PKL yang berada di sepanjang jalan kawasan. Karena dinilai menggangu kenyamanan.
“Sekarang lebih parah mana antara PKL dengan mobil angkut bermuatan besar ini. Apa hanya PKL saja yang ditertibkan. Padahal sudah jelas mobil ini sangat mengganggu,” imbuhnya.
Bagaimana pun juga, kawasan Ampel telah menjadi ikon Surabaya yang harus dilestarikan. Mungkin bisa belajar dari penataan kompleks makam Syech Maulana Malik Ibrahim, Gresik. Kawasan tersebut sangat tenang dan bersih. Bahkan dalam waktu dekat akan ada relokasi pedagang untuk menjaga kekhusyukan peziarah. (geh)

Tags: