Wisatawan Asing Berdatangan ke Sidoarjo

Wisatawan Belgia beramai-ramai melilih tas di 'Pusgitta' Tanggulangin. [achmad suprayogi/bhirawa]

Wisatawan Belgia beramai-ramai melilih tas di ‘Pusgitta’ Tanggulangin. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Kebebasan pasar ekonomi atau yang sering disebut dengan istilah MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) nampaknya sudah mulai berpengaruh terhadap perdagangan di Sidoarjo. Terbukti tempat industri, kerajinan kulit di Tanggulangin diserbu wisatawan Belgia.
Salah satu grosir tas dan koper Pusgitta di Jl Kludan, Tanggulangin didatangi beberapa turis asing, ada sekitar 25 orang asing Belgia berbelanja di grosir milik Cak Ilut ini.  Mereka beramai-ramai belanja tas, dompet, jaket dan ikat pinggang sebagi oleh-oleh ke negaranya. ”Pengrajin tas kulit di Tanggulangin yang pernah terpuruk akibat Lumpur Lapindo kini sudah mulai bangkit lagi. Dulunya sempat turun 30%, namun kini sudah meningkat lagi hingga tiga kali lipat,” kata Cak Ilut.
Cak Ilut juga menceritakan kalau waktu liburan tahun baru 2015 lalu,ternyata membawa berkah tersendiri bagi pengrajin kulit yang terdapat di sepanjang wilayah Tanggulangin. Pasalnya, liburan ini penjualannya meningkat hingga tiga kali lipat. Omset penjualan sehari-hari sekitar Rp15 juta hingga Rp20 juta meningkat Rp50 juta hingga Rp60 juta.
Para pembeli selain dari wilayah sekitar Sidoarjo sendiri, juga banyak yang datang dari luar kota, mulai yang ada di Jatim. Seperti dari Malang, Probolinggo, Madiun hingga luar pulau seperti Sulawesi. Mereka mengaku selain jalan-jalan melihat kondisi luapan lumpur juga sekalian mencari oleh-oleh. ”Dengan mulainya wisatan asing berdatangan, ini membuktikan kalau kerajinan tas, koper dan jaket di Tanggulangin siap menghadapi MEA,” jelas Cak Ilut.
Bukan hanya pengrajin tas, koper dan jaket dari kulit saja yang kena dampak kedatangan wisatawan asing. Lembaga Pendidik Kampoeng Sinaue yang terletak di Siwalanpanji, Buduran juga terkena dampaknya. Kemarin juga ada wisatawan dari Denmark ingin membangikan ilmunya untuk warga Indonesia, khususnya yang ada di Kampoeng Sidoarjo.
Sebenarnya kalau dilepas ada sekitar 20 relawan asing yang ingin membagikan ilmunya di sini. ”Namun kami masih ada kendala, yaitu keterbatasan tempat, sarana dan prasarana yang belum mendukung. Makanya, kami mempersilahkan mereka satu per satu bergantian,” ujar Zamroni pendiri lembaga pendidikan Kampoen Sinaue.
Bupati Sidoarjo Saiful Ilah, saat bertemu wartawan kemarin(1/6) juga memaparkan warga Sidaorjo harus siap menghadapi MEA. Caranya harus membenahi SDM, serta meningkatkan kualitas produksi yang lebih bagus lagi. ”Kalau semuanya sudah berkualitas dengan baik, paling tidak standarnya sama dengan kualitas luar negeri, berarti kita sudah siap menghadapi MEA,” ujar Bupati Saiful Ilah. [ach]

Tags: