Workshop Manufaktur, Bekali Siswa Hadapi Dunia Industri

Surabaya, Bhirawa
Masa-masa akhir tahun ajaran siswa kelas XII tidak hanya dibuat was-was dengan Ujian Nasional (UN). Namun, yang lebih mencemaskan adalah ketika siswa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, maka pilihan otomatis akan jatuh pada bekerja atau berwirausaha.
Kecemasan semacam ini sejatinya dapat diminimalisir jika sekolah maupun siswa mempersiapkan segalanya dengan baik. Salah satu pilihannya adalah workshop manufaktur (Wosman) yang digelar oleh Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, Selasa (25/2).
“Khususnya bagi siswa SMK, mereka diharapkan benar-benar bisa memenuhi kebutuhan industri hari ini,” tutur Direktur Program Wosman Untag Pramuji MPd saat ditemui di sela-sela Seminar bertema Strategi Mencari Kerja Bagi Lulusan SMK.
Pramuji mengatakan, bagi siswa SMK yang telah berbekal skill dan kompetensi seharusnya bisa lebih mudah diterima di dunia industri. Sayang, skill dan kompetensi saja tidak cukup. Membutuhkan kepekaan sekolah agar lulusannya mudah diterima di dunia industri. Diantaranya ialah membangun jejaring dan peka terhadap apa yang dibutuhkan dunia industri.
“Selain itu, lulusan juga perlu memiliki mental dan etos yang baik. Karena itulah, siswa SMK yang ikut Wosman di Untag ini kita latih betul sikap disiplin dan kepatuhannya terhadap sistem,” tutur dia.
Dalam program Wosman ini, Pramuji mengaku sedikitnya ada 40 siswa SMK yang digembleng selama satu tahun. Selama masa workshop tersebut, enam pertama bulan siswa akan mengikuti teori, praktikum dan pembinaan etos. Sedangkan enam bulan berikutnya, siswa sudah dapat mengikuti magang di perusahaan.
Melalui program ini, Untag Surabaya mendapat hibah dari CV Duta Perkasa Surabaya berupa mesin frais and mill. Mesin yang biasa disebut dengan mesin pisau jari ini, berfungsi sebagai pengasah pisau mesin pemotong dan akan dipergunakan untuk mendukung kegiatan praktikum dalam Wosman.
Konsultan Program Wosman Untag Surabaya Dr Lilih Dwi Priyanto mengatakan, wosman Untag memang ditujukan untuk mendidik lulusan SMK agar siap kerja, khususnya dalam bidang mesin manufaktur.
“Siswa yang sudah lulus dalam program ini juga mendapat fasilitas untuk bekerja di luar negeri sebagai tenaga ahli. Dua negara yang biasa menjadi tujuannya ialah Malaysia dan Jepang,” kata Lilih.
Di samping siswa medapat kesempatan bekerja di luar negeri, sekolah yang mendelegasikan juga mendapat kemudahan untuk membangun kerjasama dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.
“Terus terang, selama ini perusahaan mengeluh kesulitan mencari tenaga kerja sesuai standar skill yang mereka butuhkan. Jadi salah kalau ada orang bilang cari kerja itu sulit. Hanya sumber daya manusia kita saja yang tidak siap,” ujar Lilih. [tam]

Tags: