Wujudkan Pelabuhan sebagai Pemantik Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Infrastruktur pelabuhan yang memadai untuk perpindahan barang ke jalan, rel dan moda air pedalaman akan menarik pengguna jasa untuk menggunakannya sebagai alat distribusi logistik berbiaya rendah.

Infrastruktur pelabuhan yang memadai untuk perpindahan barang ke jalan, rel dan moda air pedalaman akan menarik pengguna jasa untuk menggunakannya sebagai alat distribusi logistik berbiaya rendah.

Upaya Pelindo III Menggerakkan Pembangunan Kawasan Indonesia Timur (1-bersambung)

Oleh :
M. Ali
Wartawan Bhirawa, Surabaya

Merasa di Indonesia selama ini pembangunan masih belum banyak menyentuh wilayah bagian timur, maka kini pemerintah mulai menggosok mutiara dari timur tersebut. Potensi air yang ada di negeri Pancasila ini sangat besar bahkan jauh lebih besar dari daratan yang ada. Tercatat wilayah seluas 5,180,053 km2  yang terdiri dari 17. 504 pulau dengan luas perairan 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai 104.000 km.
Potensi ini merupakan salah satu modal dasar yang bisa mengantarkan kejayaan Indonesia dari sektor Perikanan dan Kelautan. Potensi kelautan ini dikalkulasi akan mampu memberikan kontribusi pada keuangan negara hingga mencapai US$ 1,2 triliun bahkan jika mau bekerja lebih keras lagi maka bisa meningkat hingga  US$ 1,8 triliun per tahun.
Berangkat dari kenyataan yang ada inilah maka pemerintah kini membuat program unggulan pembangunan di bidang kemaritiman khususnya logistik maritim. Pemanfaatan sektor kelautan yang pernah jaya pada jaman dahulu sangat terabaikan, bahkan dilupakan begitu saja, seakan-akan sarana transportasi di negeri yang sudah merdeka 70 tahun ini hanyalah daratan saja.
Pemikiran pemerintah lebih memberdayakan laut untuk kepentingan manusia sebagaimana yang pernah terjadi pada jaman silam merupakan tindakan yang sangat tepat sekali apalagi kalau tol laut sebagaimana yang diidamkan juga terlaksana dengan baik. Tujuan pokok dari ini semua sebenarnya adalah untuk menekan biaya selain untuk memelihara keseimbangan alam dalam menerapkan pembangunan yang memang harus dilakukan demi untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama di berbagai bidang. Untuk menunjang apa yang menjadi harapan dan cita cita pemerintah ini, Pelindo lll sebagai perusahaan BUMN sebenarnya sudah lama melakukan langkah-langkah kongkrit terutama untuk kepentingan pembangunan Indonesia bagian timur dengan memanfaatkan potensi laut yang sebesar besarnya melalui cabang maupun anak anak perusahaan yang dimiliknya dengan cara bagaimana memanfaatkan sarana air yang sebesar besarnya juga agar bisa menekan beaya logistik yang sebesar besarnya pula.
Berbagai kebijakan di bidang kemaritiman sudah mulai diterapkan. Dunia usaha perlu mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang terkait dengan strategi dan kebijakan pemerintah dalam pengaturan investasi dan  pengaturan arus lalu lintas barang melalui laut dan mengembangkan kawasan timur Indonesia.
Tol Laut, tentu saja bukan membangun jalan tol di atas laut. Ini adalah program pemerintahan yang baru, yakni program terintegrasi yang bukan hanya membangun pelabuhan saja, tapi dilakukan mulai dari membangun jaringan rel kereta, menyiapkan armada angkutan truk dan bus, juga percepatan wilayah yang bisa dijadikan industri. Bisa dibilang ini adalah persoalan yang bermula dari pesisir sampai mendalam ke daratan.
Infrastruktur pelabuhan yang memadai untuk perpindahan barang ke jalan, rel dan moda air pedalaman akan menarik pengguna jasa untuk menggunakannya sebagai alat distribusi logistik berbiaya rendah. Diperlukan kesiapan pelabuhan dan pengatur pelayaran serta penataan kendaraan pengangkut barang. Harapannya kepadatan truk pengangkut di pelabuhan bisa dikurangi,  sehingga bisa menghasilkan pergerakan barang yang efisien.
Sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya lautan, seharusnya pelabuhan di Indonesia menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan antar pulau maupun antar negara.  Pelabuhan harus memacu pertumbuhan ekonomi wilayah di sekitarnya bahkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Untuk kepentingan inilah maka PT Pelindo III sebagai salah satu BUMN Kepelabuhanan bersama-sama menggandeng PPM Manajemen menggelar Konferensi Bisnis Maritim pada 28- 29 Oktober 2015. Tujuan dari ini semua dikatakan Edi Priyanto Kepala Humas Pelindo III adalah untuk meningkatkan pemahaman kepada para stakeholder yang terkait dengan kepelabuhanan dan kawasan industri  khususnya strategi melakukan relokasi pabrik, pengembangan infrastruktur, peningkatan efisiensi biaya logistik, dan  peluang bisnis yang menarik dalam  mendukung program kemaritiman kabinet kerja.
“Konferensi yang digelar bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda ini juga benar-benar akan terasa kemaritimannya, karena akan diselenggarakan di Terminal Penumpang Kapal Laut Gapura Surya Nusantara  yang berada di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan view aktifitas kapal dan bongkar muat barang” ujar Edi.
Dengan dilandasi semangat sumpah pemuda diharapkan konferensi ini memiliki semangat yang sama seperti semangat para pemuda dalam menggelorakan sumpah pemuda pada era tahun 1928 khususnya dalam membangkitkan gairah masyarakat dan para stakeholder dalam rangka turut serta melakukan pengembangan dan pembangunan pada kawasan timur Indonesia.
Upaya kuat dari Pelindo lll untuk mendukung pemerintah ini bukan hanya sekedar omong kosong bahkan sebenarnya sudah dilakukan sebelum pemerintahan Jokowi yakni pembangunan pelabuhan modern bertaraf internasional Teluk Lamong yang pada akhirnya diresmikan oleh presiden ke tujuh Indonesia tersebut. Hal yang membanggakan terminal yang kini jadi rujukan konsepnya di Indonesia itu ramah lingkungan atau Green Port pertama di Indonesia, selain dilengkapi pula dengan teknologi canggih semi-otomatis. Selain Terminal Teluk Lamong, pada kesempatan yang sama presiden meresmikan selesainya proyek revitalisasi (pendalaman dan pelebaran) Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS). Membanggakan tentunya, ternyata pembangunan kedua proyek tersebut dikerjakan oleh BUMN kepelabuhanan tersebut, tanpa menggunakan dana APBN.
Wacana pengurangan emisi gas karbon yang jadi perbincangan hangat dunia internasional dijawab Pelindo III dengan adanya Terminal Teluk Lamong tersebut. Sesuai konsep ramah lingkungan, peralatan modern di Terminal Teluk Lamong dioperasikan dengan bahan bakar gas.
“Hal ini sejalan dengan program Pemerintah yang mendorong penggunaan bahan bakar gas,” tegas Edi menambahkan.
Terminal Teluk Lamong tahap I seluas sekitar 40 hektar dengan luas lapangan penumpukan peti kemas sekitar 15 hektar. Pembangunan terminal yang merupakan perluasan Pelabuhan Tanjung Perak tersebut akan terus dikembangkan hingga luas lapangan penumpukan petikemas mencapai 88 hektar dan lapangan penumpukan curah kering seluas 26 hektar.
Kesiapan kapasitas tersebut untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan di Pelabuhan Tanjung Perak, fasilitas dermaga di terminal Teluk Lamong memiliki minus 14 meter Low Water Spring (LWS) sehingga dapat disandari kapal-kapal berukuran lebih besar dari yang sebelumnya. Kedalaman dermaga tersebut terintegrasi dengan revitalisasi APBS yang telah diperdalam menjadi minus 13 meter LWS. Dengan diresmikannya terminal Teluk Lamong dan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya oleh presiden diharapkan dapat mendorong kesiapan Greater Surabaya Metropolitan Port untuk mendukung peningkatan sistem logistik nasional.
Keberadaan terminal ternyata masih dibutuhkan penunjangnya agar tidak terjadi kemacetan maka Pelindo III segera akan membangun fly over yang akan menjadi interkoneksi akses terminal Teluk Lamong dengan tol Surabaya-Gresik dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) Surabaya. Pembangunan ini nanti akan banyak membantu mengurai kemacetan kareena pelabuhan Tanjung Perak akan mudah diakses melalui Jalan Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Surabaya utara dan selatan. Selain itu juga mudah dijangkau melalui tol Surabaya-Gresik.
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya tahun 2014-2034, menurut Perda Nomor 12 tahun 2014, kawasan Teluk Lamong diperuntukkan sebagai kawasan mix use pendukung pengembangan pelabuhan. Maka JLLB direncanakan sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan kawasan tersebut dengan Surabaya selatan dan utara, serta terminal Teluk Lamong.
Dalam pengembangannya, terminal Teluk Lamong akan memiliki konektivitas yang multi moda. Alternatif pertama ialah melalui jalan eksisting, yakni Jalan Tambak Osowilangon. Kedua, melalui fly over tersebut yang akan dibangun dengan melibatkan pengelola jalan tol, PT Marga Bumi Matra Raya dan pengembang PT Mitra Karya Multiguna (Sinarmas Land). Ketiga menggunakan moda transportasi  kereta api yang akan masuk ke Terminal Teluk Lamong dan keempat, melalui monorel peti kemas yang akan menghubungkan ke beberapa depo peti kemas hingga terminal-terminal lain di Pelabuhan Tanjung Perak.
Terkait strategisnya posisi Surabaya dalam rute logistik internasional, Tri Rismaharini saat menjabat walikota Surabaya mengaku sudah banyak Kedutaan Besar dari berbagai negara yang berminat untuk membongkar barangnya di Surabaya (Pelabuhan Tanjung Perak).
“Mereka ingin Surabaya siap, agar tidak perlu transit ke Singapura. Untuk mengefisienkan biaya pengiriman,” ungkapnya. Dengan terkoneksinya antara akses Terminal Teluk Lamong, JLLB, dan Tol Surabaya-Gresik secara optimal, Risma optimis beban angkutan barang dapat tereduksi hingga 80 persen dan angkutan orang bisa turun setidaknya 50 persen. Kini China Shipping Container Lines sudah rutin langsung berlayar (direct call) ke Terminal Teluk Lamong dalam rute baru yang tidak melalui Singapura. Beberapa pelayaran dari negara lain juga sudah mulai menjajaki untuk melakukan hal serupa.
“Dukungan pemerintah pada pengembangan aksesibilitas darat Terminal Teluk Lamong sangat penting serta dapat dilihat komunitas dunia usaha sebagai komitmen dan good will untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” jelasnya.

                                                                                                   —————— *** —————–

Tags: