Xaphire Charter, Guru Asing MAN 2 Probolinggo

Miss Xaphire Charter memilih bersepeda saat berangkat mengajar di MAN 2 Probolinggo.

Guru Asal Amerika itu Memilih Bersepeda ke Sekolah
Probolinggo, Bhirawa
Miss Xaphire Charter, warga negara asing (WNA) asal Amerika itu hampir satu tahun tinggal di Indonesia. Yakni, sejak Juni 2017. Perempuan 24 tahun itu, menjadi relawan pengajar Bahasa Inggris di MAN 2 Probolinggo, Pajarakan, kabupaten Probolinggo. Setiap harinya dengan bersepeda menuju sekolahnya.
Perbedaan bahasa tidak lantas menyurutkan Xaphire untuk menjadi relawan guru di Kabupaten Probolinggo. Dengan tekad bisa berbagi, akhirnya Xaphire bisa beradaptasi sebagai guru relawan di MAN 2 Probolinggo. Bahkan, Xaphire sudah lancar berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura.
Saat ditemui, Xaphire pun tidak canggung menyapa dengan bahasa Indonesia. Kemudian, anak terakhir dari dua saudara itu menceritakan, dirinya melalui Peace Corps Indonesia Surabaya, ditugaskan untuk menjadi relawanan di Indonesia wilayah Kabupaten Probolinggo.
“Saya mulai di sini sejak Juni 2017, Xaphire mengaku, sebelum ditugaskan di MAN 2 Probolinggo, dirinya mendapatkan pelatihan di STAIN Kediri selama 3 bulan. Dari aktivitasnya tersebut, mereka mendapatkan pengenalan bahasa. Selain bahasa Indonesia tentunya.
“Tapi, untuk bahasa Indonesia saya paling banyak belajar di sini. Saya bisa bicara bahasa Indonesia setelah ada di sini,” ujarnya dengan logat orang asing. Awal di MAN 2 Probolinggo, diakui Xaphire, paling sulit berbicara bahasa Indonesia. Karena siswa di MAN 2 Probolinggo itu belum bisa berbahasa Inggris.
“Jadi, saya awal di sini itu kalau bicara menggunakan bahasa isyarat dan selalu membawa kamus. Saat siswa tidak mengerti maksud saya, dibuka kamus, baru diucapkan gunakan bahasa Indonesia,” katanya.
Satu bulan awal ada di MAN, dikatakan Xaphire, sudah mulai bisa bicara bahasa Indonesia. Kebetulan, dirinya tinggal di indekos Desa Karanggeger, Pajarakan. Nah, saat di indekos itu, dirinya bisa diterima dan banyak belajar bahasa Indonesia dari saudara ibu indekosnya. Ditambah, siswa dan guru di lingkungan sekolah juga ikut membantu mengajari bahasa Indonesia.
Ibu indekos dan saudaranya selalu bicara bahasa Indonesia. Saya oleh tante sering diajak bicara. Awalnya tidak mengerti, tapi perlahan diajari dan bisa,” tuturnya. Dalam sistem belajar mengajar bahasa Inggris, dijelaskan Xaphire, menggunakan metode pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan.
“Seperti saya menulis 10-20 kosa kata. Dari itu, kami berhitung membuat dua tim, tim 1 dan 2. Dan mengambil perwakilan tim, harus bisa menunjuk tulisan bahasa Inggris di papan yang disebutkan,” terangnya.
Miss Xaphire mengaku, sangat beruntung karena punya dua guru teman yang baik. Mereka baik sekali dan selalu bekerja sama. Termasuk guru dan para siswa pun sangat menerima dengan baik.
“Saya senang interaksi dengan guru dan kepala madrasah di sekolah,” paparnya. Relawan guru asing itu memiliki cita-cita bisa kerja di kedutaan besar. Sedangkan hobinya bersepeda, membaca, menulis, dan berlari. Bahkan, selama di MAN 2 Probolinggo, dirinya selalu menggunakan sepeda onthel sebagai alat transportasi. Termasuk saat pergi ke kota Probolinggo, ditempuh dengan naik sepeda onthel. Aturannya memang tidak boleh menggunakan sepeda motor. Namun, dirinya menggunakan sepeda onthel itu untuk olahraga dan belajar kesederhanaan.
“Kalau indekos dekat hanya berjarak hampir 1 kilometer. Selama ini pakai sepeda onthel untuk kemana-mana. Pernah ke Candi Jabung, Paiton dan ke Kota Probolinggo, naik sepeda onthel,” tambahnya. [wap]

Tags: