Yakini Suruh Mampu Menangkal Virus Covid-19

Prof Dr M Bisri

Prof Dr M Bisri
Untuk mencegah penularan virus corona atau Covid 19, dapat dilakukan dengan cara sederhana, dan itu sudah dilakukan secara turun temurun oleh para orang tua terdahulu, yakni dengan mengkonsumsi sirih secara rutin.
Pernyataan tersebut, disampaikan oleh Guru Besar Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. H. M. Bisri. Menurut dia uji klinis sudah membuktikan bahwa para orang tua terdahulu telah mengkonsumsi daun sirih, dan mereka terlihat sehat hingga akhir hayatnya.
Itulah sebabnya ia merekomendasikan, kepada masyarakat untuk mengkonsumsi daun sirih, agar imun tubuh menjadi kuat. Karena dengan imun tubuh yang kuat virus jenis apapun tidak mampu menyerang.
“Sampai saat ini, jumlah kasus konfirmasi positif terus bertambah. Sedangkan obat-obatan yang dibuat untuk mencegah ataupun menyembuhkan virus tersebut masih belum juga diumumkan, makanya sirih bisa menjadi salah satu obat tradisional yang mampu melawan Covid 19,”tuturnya.
Guru Besar Teknik Pengairan UB itu menyampaikan, dia sebelumnya telah melakukan uji klinis terhadap daun sirih yang juga menjadi salah satu bagian dari obat tradisional Indonesia.
Hasilnya, kata dia, 80 persen hingga 90 persen kandungan dalam daun sirih dapat meningkatkan pertahanan tubuh bahkan membunuh virus jahat.
“Sebelum dilakukan uji lab, daun sirih sebenarnya sudah lolos uji klinis. Karena nenek moyang kita dari dulu juga konsumsi sirih. Salah satunya ya dipakai untuk susur, dan terbukti gigi nenek buyut kita bagus-bagus nggak ada yang bolong,”ujarnya.
Hingga saat ini, mantan Rektor UB ini, masih rutin meminum jamu-jamuan yang berbahan dasar daun sirih dan jahe. Dia menyampaikan dua sirih dan jahe itu, kemudian direbus dengan air sebanyak satu gelas besar. Setelah mendidih dibiarkan hingga volume airnya menjadi tinggal 50 persen atau setengah gelas saja. Rebusan air daun sirih dan jahe itu kemudian ditambah dengan madu.
Kemudian dikonsumsi saat masih hangat. Kandungan dari jamu-jamuan tersebut pun menurutnya sangat terasa manfaatnya, terutama dalam menjaga ketahanan tubuh.
Setiap kali membuat, dia mengambil lima daun sirih ditambah jahe secukupnya dan satu gelas (ukuran besar) air. Lalu ditambah madu. Untuk pencegahan sekali sehari, kalau sedang tidak enak badan bisa tiga kali sehari.
Pihaknya menambahkan, bukan hanya sirih dan jahe serta madu, dari beberapa penelitian lain yang dilakukan disebutkan jika rebusan air kunyut, jahe, dan temulawak juga sangat ampuh untuk ketahanan tubuh.
Bisri mengingatkan obat tradisional lainya, telah diteliti Universitas Airlangga (UNAIR) beberapa saat lalu. Yakni empon-empon dapat menjadi salah satu penangkal virus covid-19.
Melalui penelitian yang dibuat, empon-empon dipastikan memiliki manfaat untuk ketahanan tubuh. Dia menyebut penelitian UNAIR, bukanlah sebatas omong kosong.
Selain itu, sudah terbukti pula adanya ramuan herbal yang terbuat dari jinten hitam dan batang nanas untuk mengobati orang yang sedang sakit. Salah satunya saat mengidap sinusitis.
Bisri menyebut, penelitian atas beberapa alternatif yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia itu sudah banyak. Sehingga dia sangat berharap agar pemerintah lebih serius mengembangkan penelitian yang dibuat tersebut.
“Kalau hanya begini terus kita tidak akan ada kepastian kapan ini semua akan selesai. Saat ini upaya penanganan yang dilakukan pemerintah hanya sebatas pada proses pencegahan atau sebatas antisipasi saja,”tambahnya.mut
Sementara akar permasalahan yang berasal dari virus itu sendiri seolah dilupakan. Padahal, selain pencegahan, upaya pencabutan akar permasalahan jauh lebih penting.
Menurutnya, upaya pencegahan yang dilakukan mulai dari social distancing, physical distancing, hingga penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak akan berjalan maksimal tanpa adanya metode penyerangan. Salah satunya adalah melalui obat-obatan tersebut.
Penanganan yang hanya sebatas bertahan dan antisipasi itu menurutnya telah banyak mengeluarkan energi dan uang negara. Meskipun upaya pencegahan itu juga penting, namun menciptakan senjata tubuh yang berupa obat-obatan ini juga dia nilai jauh lebih penting.
Saat ini, kata dia, sudah ada budaya yang bagus. Kemana-mana kenakan masker, rutin cuci tangan, jaga jarak, maka sekarang bisa ditambah untuk kembali pada budaya kita konsumsi jamu-jamuan.
“Apa salahnya jika kita tangani pandemi tidak hanya fokus dengan standart kesehatan dunia, tapi juga memanfaatkan kearifan lokal kita,” imbuhnya.
Gerakan meminum jamu-jamuan itu menurutnya juga sudah banyak digerakkan masyarakat. Kelurahan tempat tinggalnya bahkan sudah melakukan sosialisasi kepada warganya atas khasiat dari empon-empon untuk ketahanan tubuh. Sehingga, tak sedikit masyarakat yang sudah mulai mengkonsumsi air rebusan empon-empon.
“Apalagi membuat vaksin itu berproses. Tapi apa salahnya jika kita gunakan kearifan lokal yang sudah terbukti keampuhannya sejak dulu,” tegas Bisri.
Dia pun kembali menekankan agar pemerintah lebih serius dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan jamu-jamuan. Sehingga masyarakat merasa lebih tenang dan tak takut berlebihan saat beraktivitas. Tentunya juga dengan memperhatikan anjuran dari dunia kesehatan.
Pengasuh Ponpes Bahrul Magfiroh itu, juga yakin jika obat-obatan tradisional tersebut pada dasarnya bisa dijadikan sebagai obat bagi pasien yang positif covid-19. Sehingga, dia berharap agar penanganan positif ataupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tidak semuanya dilakukan di rumah sakit. Melainkan bisa dilakukan di rumah dengan cara karantina mandiri.
“Jika semua dirawat di rumah sakit, resikonya akan lebih besar. Sekarang sudah banyak tenaga medis yang juga positif covid-19,” pungkasnya. [mut]

Tags: