Yang Unik Dari Festival Petik Laut Kampung Blekok Situbondo

Sejumlah nelayan dan para ibu hamil ikut serta melarung sesaji kepala sapi dan aneka hasil bumi ke tengah laut Kampung Blekok Desa Klatakan Kecamatan Kendit Situbondo, Sabtu (20/4). [sawawi]

Selalu Libatkan Wanita Hamil Saat Larung Sesaji
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di Dusun Kampung Blekok, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, ada sebuah ritual adat yang sudah puluhan tahun berjalan hingga saat ini. Di kawasan kampung yang bersebelahan dengan perairan laut itu punya kebiasaan melibatkan setiap orang hamil saat melarung sesaji kepala sapi dan aneka hasil bumi saat merayakan petik laut. Kegiatan unik tersebut kembali digelar oleh ratusan masyarakat nelayan setempat, Sabtu (20/4). Seperti apa uniknya ?
Pagi itu sekitar pukul 06.00 wib, ratusan nelayan berudheng (memakai ikat kepala) didampingi sejumlah wanita hamil berpakaian khas duduk didekat ancak bambu berisi hasil bumi. Ditempat paling ujung diletakkan sebuah kepala sapi untuk dilarung ke tengah laut.
Para tetua adat dan tokoh masyarakat desa setempat ikut duduk di dekat hamparan makanan minuman khas Situbondo. Disisi lain, dengan memakai ikat kepala yang sama berdiri sejumlah pemuda yang akan mendampingi nelayan ke tengah laut ikut bersiaga.
Usai membacakan doa dan dzikir, para tokoh masyarakat dan tokoh adat meminta kepada para nelayan dan wanita hamil untuk mempersiapkan ikut naik perahu ketengah laut. Satu persatu ancak bambu yang berisi aneka makanan dan minuman serta satu kepala sapi mulai diangkat ke atas perahu. Sejumlah wanita yang sedang hamil juga tak mau ketinggalan mempersiapkan diri ikut naik perahu.
“Petik laut ini merupakan kegiatan turun temurun karena sudah berjalan puluhan tahun lamanya,” aku Puteri Ayu, salah satu wanita cantik yang tengah hamil.
Kata Puteri Ayu, kepercayaan masyarakat setempat dalam melarung sesaji sudah cukup lama berlangsung di Kampung Blekok. Bahkan kepercayaan melibatkan para wanita hamil juga sudah berjalan puluhan tahun lamanya dan sudah menjadi tradisi secara turun temurun.
“Ini kami para wanita hamil ikut melarung sesaji berdoa agar para nelayan mendapatkan hasil laut yang berlimpah dan bisa dijauhkan dari musibah. Sedangkan kami berharap agar saat melahirkan diberi kemudahan dan kelancaran rejeki,” aku Puteri Ayu.
Miswan, Kepala Dusun Kampung Blekok menimpali, kegiatan larung sesaji yang dikonsep berupa festival petik laut merupakan yang kesekian kalinya diselenggarakan para nelayan setempat. Termasuk juga, aku Miswan, petik laut yang melibatkan para wanita hamil sudah berlangsung cukup lama hingga puluhan tahun hingga saat ini. “Kegiatan ini rutin diadakan setiap tahun sekali dengan di awali selamatan sepuluh hari sebelum datangnya bulan suci ramadan,” ucap Miswan.
Masih kata Miswan, sebelum memasuki ritual larung sesaji ini sebelumnya juga digelar pengajian bersama dan membaca sholawat secara terbuka. Kegiatan ini, ucap Miswan, dikenal dengan adat kenaikan sebelum melarung sesaji. Ini dilakukan, urai Miswan, bertujuan agar supaya perjalanan mencari ikan mendapatkan keselamatan.
“Khusus makna wanita hamil, itu ada sebuah harapan dari warga yang ada di Dusun Pesisir Timur (kini bernama Dusun Kampung Blekok) agar tangkapan hasil ikan sepert orang hamil karena cepat beranak pinak serta tangkapan hasil laut bisa melimpah,” ujar Miswan.
Seiring dengan adanya program tahun kunjungan wisata Situbondo 2019, kegiatan ritual unik yang ada di Kampung Blekok ini mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Situbondo, untuk dikembangkan menjadi daya tarik para wisatawan.
Pemkab Situbondo melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menjadikan tradisi Petik Laut ini sebagai ajang untuk menarik wisatawan. “Selain itu dari kegiatan ini ada budaya warisan leluhur warga masyarakat pesisir. Dari ritual ini warga berharap mendapatkan keberkahan dan keselamatan untuk para nelayan,” kupas Bupati Dadang Wigiarto saat membuka festival petik laut kemarin.
Bupati Dadang kembali menuturkan kegiatan tradisi petik laut yang memiliki daya tarik tersebut dapat menjadi bagian menarik para wisatawan saat berkunjung ke kawasan Ekowisata Kampung Blekok. Ia mengemukakan, masyarakat di kawasan Ekowisata Kampung Blekok selama ini telah kompak dan berkomitmen menjaga bersama-sama wisata edukasi hutan bakau yang telah menjadi rumah bagi ribuan burung sejenis bangau.
“Kami sangat mendukung kegiatan festival petik laut yanga da di kawasan objek wisata edukasi yang dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) ini. Saya juga meminta agar masyarakat terus berinovasi dalam rangka menarik wisatawan untuk berkunjung,” tegas Bupati Dadang.
Mantan advokat itu juga meminta Dinas Lingkungan Hidup agar terus membina dan mendampingi masyarakat Kampung Blekok, guna menjaga dan mengembangkan pariwisata Situbondo kedepan. Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo, Kholil mengatakan akan terus memberikan pendampingan dan membimbing masyarakat di kawasan Ekowisata Kampung Blekok. “DLH bertugas memberikan pendampingan kepada kelompok sadar wisata di sini. Kepada masyarakat kami berharap agar kawasan wisata tetap dijaga kebersihannya sehingga para wisatawan betah saat berkunjung ke Kampung Blekok,” katanya.
Fredy, salah satu wisatawan yang ikut menikmati fesival petik laut di Kampung Blekok mengaku terkesan melihat para nelayan saat menaiki perahu yang beraneka motif dan warna mengiringi pembawa sesaji yang akan dilarung ketengah laut.
Dalam ritual itu, urai Fredy, sesaji berupa hasil bumi dan kepala sapi tersebut dibawa dengan diiringi oleh puluhan perahu. Saat sesaji hendak dihanyutkan, kata Fredy, puluhan nelayan berebut terjun ke laut untuk mengambil sesaji yang hanyut. “Para nelayan berebut sesaji yang hanyut di tengah laut dan mengambil air sekitar sesaji. Ini dilakukan karena dipercaya menjadi pembersih dan diberkati saat mereka akan pergi melaut,” pungkas Fredy, pengunjung asal Kota Bondowoso, Jati itu. [sawawi]

Tags: