Yuliana dan Sri Wartini, Kakak Beradik Puluhan Tahun Berjualan Bunga Tabur

Yuliana bersama Sri Wartini, dua wanita bersaudara kompak menjaga dagangan bunga tabur di Jalan Sucipto Desa Talkandang, Kecamatan Kota Situbondo. [sawawi]

Melanjutkan Rintisan Orang Tua, Masa Panen Tiba saat Menjelang Ramadan
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di Kabupaten Situbondo, tepatnya di Desa Talkkandang, Kecamatan Kota, ada dua wanita kakak beradik yang kompak sejak puluhan tahun silam berhasil meneruskan usaha yang dirintis orang tuanya, berjualan bunga tabur. Yuliana dan Sri Wartini namanya. Jika sedang ramai seperti menjelang bulan puasa Ramadan, penghasilan keduanya menanjak. Sebaliknya, jika hari hari biasa pendapatan terbilang kecil.
Disaat menjelang sore, Yuliana dan Sri Wartini, wanita kakak beradik itu seperti biasa menyiapkan semua peralatan perangkat penjualan bunga tabur. Mulai dari kursi kecil, dipan, tikar dan kantong kresek semua ditata dengan rapi. Setelah lengkap keduanya memasukkan ke dalam box motor yang ditata dibelakang. “Ya kami berdua setiap harinya seperti ini. selalu berhubungan dengan bunga tabur,” aku Yuliana dengan senyum khasnya.
Sebelum berjualan bunga tabur dipangkalan jalan Sucipto Desa Talkandang, Yuliana bersama adik kandungnya, Sri Wartini selalu bergantian mengambil orderan bunga tabur. Jadwal pastinya, aku Yuliana, sudah sama sama tahu. Setiap hari urai Yuliana, ia selalu kompak berjualan bunga tabur dengan adik semata wayangnya, Yuliana. “Ya ahamdulillah, penghasilan dari berjualan bunga tabur cukup untuk menopang kebutuhan sehari-hari,” jelas Yuliana.
Meski hanya berjualan bunga tabur, Yuliana bersama adiknya mampu menjalankan profesi dengan santai dan enjoy. Bahkan selalu dibarengi dengan canda tawa disela sela menunggu para pelanggannya datang untuk membeli. “Ya kami berdua tidak pernah bosan menunggu lapak yang ada di pinggir taman tepat di Jalan Raya Sucipto Desa Talkandang Kecamatan Kota Situbondo. Ada saja hal yang lucu kami lakukan saat menunggu barang dagangan terjual habis,” ulas Yuliana.
Yuliana, sebagai pedagang bunga tabur sudah puluhan tahun ditekuni. Dia menggeluti usaha bunga tabur menggantikan tugas orang tuanya yang sudah tua. Awalnya, kata dia, tidak ada minat untuk melanjutkan berjualan bunga tabur. Tetapi karena secara terus menerus di ajak ibu kandungnya membuat Yuliana bersama adiknya Sri Wartini, akhirnya menjadi terbiasa setiap harinya. “Sekarang sudah terbiasa kami berjualan bunga tabur. Malahan kalau tidak berjualan tidak enak,” tuturnya.
Dia kembali menceritakan, usaha berjualan bunga tabur yang dijalani saat ini masih eksis, meski pendapatan setiap hari dari hasil dagangannya tak menentu. Kadang kala dalam sehari hanya mendapatkan 100 ribu sampai 200 ribu.”Kalau hari-hari biasa penghasilan berjualan bunga tabur sekitar itu. Tetapi kalau hari Kamis dan Jumat tembus hingga 500 ribu rupiah. Biasanya pembeli dipastikan ramai karena banyak warga yang hendak nyekar ke makam para leluhurnya,” akunya.
Diakui Yuliana, pada saat menjelang puasa ramadan, kebutuhan bunga tabur sangat langka dan harganya pun relatif mahal. Biasanya satu minggu sebelum puasa, ujarnya, warga sudah banyak memesan untuk keperluan nyekar ke makam keluarga. “Bahkan kami dalam sehari bisa tembus pendapatan 1-2 juta. Saat menjelang bulan suci ramada merupakan berkah tersendiri bagi kami,” beber Yuliana.
Sri Wartini menimpali, ia berjualan bunga tabur awalnya belajar kepada Yuliana, kaka kandungnya. Meski dagangannya berdempetan dengan miliknya, pendapatan setiap hari tidak jauh berbeda. “Saya berjualan bunga tabur dahulu pertama kali belajar sama kakak (Yuliana). Akhirnya lambat laun usaha berjualan bunga tabur ini menjadi usaha turun temurun. Mulai dari nenek hingga ibu kandung saya, semuanya berjualan bunga tabur. Kami bersyukur dengan profesi ini karena bisa menyambung hidup,” terang Sri.
Sri menerangkan, bunga tabur fungsinya tidak hanya dibutuhkan saat keperluan nyekar ke makam para leluhur dan kerabat dekat saja tetapi juga dibutuhkan untuk keperluan hajatan warga. Misalnya saja, Sri mencontohkan pada saat ada acara mantenan dan hajatan warga selalu banyak order bunga tabur. “Ya apa saja pekerjaan kita harus dijalani dengan sabar. Insya Allah kalau ditekuni akan terbuka pintu rejeki,” tegas Sri.
Selain itu, tambah Sri Wartini, keberadaan bunga tabur juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan aku seperti bunga mawar. Sri mengakui sudah cukup lama memiliki pelanggan tetap dari Kabupaten Jember. “Khusus untuk bunga melati kami kulakan di desa sendiri yaitu Desa Talkandang. Namun ada yang selalu kami khawatirkan yakni saat musim juhan tiba. Kebanyakan bunga tabur sulit untuk bertahan lama. Ya ada kerugian saat kondisi seperti itu,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: