Zakat dan Pendidikan Berbasis Empati

Susanto-MPd

Oleh:
Susanto, MPd
Kepala Sekolah SMAN 1 Sugihwaras-Bojonegoro

Dalam Al quran telah dijelaskan kewajiban berzakat bagi umat muslim. Sebagai umat muslim Allah SWT diperinfàhkan untuk melakukan zakat dalam berbagai ayat. Misalnya seperti dalam Al Baqarah 43, Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk. Ayat lain Al Baqarah 110, Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa zakat merupakan hal yang fundamental bagi kaum muslim. Hal ini dapat dipahami pula bahwa perintah berzakat memberikan makna stàtegis bagi keimanan dan ketakwaan seorang muslim. Artinya, siapun berkewajiban untuk mengeluarkan khususnya zakat fitrah tànpa memandang status sosial, jenis kelamin, dan juga pendidikan.

Lantas pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan apakah sebenarnya esensi zakat fitrah bagi kita? Zakat pada esensinya merupakan implementasi dan salah satu alat dan sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia. Manusia harus senantiasa melakukan perintah-perintah Allah dan mencegah laranganNya. Dalam konteks sederhana seorang muslim harus melaksanakan kewajiban membayar zakat karena hal itu termasuk rukun islam yang harus ditunaikan agar memperoleh predikat takwa.

Selanjutnya mengapa zakat itu sangat penting dan wajib? Pertama, karena dengan berzakat seseorang telah membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir. Hal ini dapat dipahami bahwa seseorang yang mengeluarkan zakat tentunya akan selalu memiliki komitmen untuk berbagi dengan orang lain. Apa yang dimiliki semata-mata bukan miliknya sendiri akan tetapi senantiasa memikir orang lain. Dalam tataran ini keimanan seseorang akan diuji karena dengan mereka rela mengeluarkan apa yang dimilikinya itu untuk orang lain apa tidak. Kalau mereka rela dapat dipastikan predikat kikir tidak akan disandangnya. Dengan demikian, zakat membebaskan kita dari perilaku kikir.

Kedua, membersihkan hartanya dari hak orang lain. Dengan berzakat tentunya kaum muslim akan membersihkan diri apa yang mereka miliki untuk dibagikan orang lain. Harta seseorang akan selalu berkah manakala selalu disalurkan kepada orang lain. Melalui berzakat dapat membantu bagi orang lain yang serba kekurangan seperti konteks sekarang ini pasca pandemi. Justru momen bulan ramadhan 1444 H/2023 kaum muslim dengan berzakat dapat menguatkan solidaritas kepada sesama sebagai upaya membersihkan diri dari penyakit jiwa. Dengan demikian, zakat dapat dimaknai sebagai pembebas, pembersih hati dan jiwa karena melakukan perilakunya berbagi kepada orang lain.

Mencermati implementasi keislaman dalam konteks menjalankan perintah Allah SWT. Ada beberapa hal yang bisa kita jadikan bahan muhasabah. Pertama, zakat media untuk berbasis empati. Artinya. Melalui zakat fitrah bisa ðilaksanakan dilembaga sekolah atau rumah. Melalui zakat fitrah dapat digunakan media pembelajaran sejak dini terkait dengan zakat fitrah atau mal. Làngkah ini dapat.dimaknai bahwa dengan zakat dapat dijadikan media bahwa yang ðisekolah atau di keluarga dapat memberikan pemahaman bahwa zakat solusi dalam mengasah empati. Maknanya bahwa orang tua di rumah dan guru di sekolah untuk selalu memberikan edukasi dini kepada anggota keluarga untuk selalu mengedepankan rasa empati kepada orang lain melalui zakat fitrah.

Kedua, solusi mengurai fenomena kemiskinan. Mengapa ini penting? Salah satu Tindakan konkrit bagi kaum muslim untuk mengentas kepada saudara muslim lainnya yang masih kekurangan dengan saling berbagai melalui media zakat fitrah. Problema mendasar yang dihadapi saat ini masih banyak orang yang belum sebenarnya untuk melakukan zakat sehingga kaum muslim yang kekurangan. Pada moment seperti ini sebagai hamba Allah SWT sudah saatnya mengevaluasi diri agar senantiasa berzakat untuk mengurai kesenjangan sosial di tengah masyarakat kita.

Nah, tentunya melalui zakat banyak dimensi yang bisa diselaraskan. Artinya, zakat selain pembersih jiwa, harta dapat bermakna menguarai kesenjangan sosial yang berdampak pada kemiskinan. Oleh karena itu, berzakat merupakan media pembelajaran yang efektif bagi menguatkan solidaritas sosial dan empati kepada sesama muslim tanpa memandang status sosial. [*]

Rate this article!
Tags: