Cerita Sono Salam, Tukang Sol Sepatu dan Tas Rusak di Situbondo

Sono Salam, salah satu tukang sol sepatu sandal dan tas rusak di Kabupaten Situbondo hingga kini masih eksis ditengah gempuran era digital. [sawawi]

Utamakan Kualitas Jahitan, Perbulan Bisa Himpun Uang Jutaan Rupiah
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Jika anda melintas di Jalan Basuki Rahmad, Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo, jangan kaget kalau banyak warga yang berdiri dan sebagian duduk di pinggiran jalan. Disana, ada salah satu tukang jahit atau tukang sol sepatu, sandal dan tas rusak yang hingga kini masih eksis. Ya, Sono Salam-panggilan akrab Budi Karsono, masih setia dengan profesi lamanya, untuk melayani sejumlah pelanggan tetapnya, menjahit sepatu dan sandal bekas. Seperti apa kisahnya ?.
Pagi itu, sekitar pukul 08.00 wib Bhirawa melintas, sudah ada Sono Salam duduk di atas kursi kecilnya. Pemuda kelahiran Kelurahan Mimbaan, itu tampak asyik menjahit sepatu dan sandal milik para pelanggan yang sudah sobek. Tak cukup itu, Sono Salam juga tampak mahir menjahit jejeran tas sekolah milik para pelanggan yang sudah mulai rusak. Tanpa canggung Sono Salam melilitkan benang khusus diatas jarum besar ke alas sepatu dan sandal di pangkalan miliknya, di Jalan Basuki Rahmad Situbondo.
Saat ditanya, Sono Salam sudah menekuni keahlian menjahit sandal dan sepatu rusak selama 7 tahun lamanya. Awalnya, Sono Salam melihat orang tuanya yang juga berprofesi sebagai penjahit sapu dan sandal bekas di Jalan Irian Jaya Situbondo.
Disaat-saat mendatangi pangakalan ayahnya, Sono Salam tertarik untuk meneruskan profesi yang dirintis orang tuanya, sejak puluhan tahun silam. “Saya hanya tertarik saja, tetapi tidak bernai memberitahu bapak kalau berminat menjadi tukang jahit sepatu dan sandal bekas,” aku Sono Salam.
Singkat cerita, Sono Salam kala itu berkeliling Kota Situbondo untuk melihat para penjahit sandal dan sepatu bekas, yang seangkatan dengan orang tuanya. Satu jam berjalan, Sono Salam akhirnya bertemu dengan pemilik pangkalan penjahit sandal dan sepatu bekas di kompleks dalam pasar induk Mimbaan Situbondo. “Disanalah saya mulai serius tertarik menekuni keahlian ini. Tanpa banyak kata saya langsung praktek setelah membeli semua peralatan menjahit sepatu dan sandal bekas,” kupas Sono Salam.
Sono Salam lalu bertekat mencari pangkalan di sekitar Restoran Malang Situbondo. Dengan berbekal nekat dan modal seadanya, Sono mulai membuka stand dengan mendirikan papan kayu yang dipajang di dekat pohon pinggir jalan. Awalnya tidak ada warga yang berminat dengan usaha milik Sono Salam.
Meski sepi dan belum ada yang berminat, Sono Salam tetap optimis akan mendapatkan pelanggan baru. “Ya benar pada hari itu saya mendapat pelanggan pertama. Untuk ongkos menjahit sepatu dan sandal serta tas bekas, saat ini saya mematok tarif Rp10.000. Padahal ditempat lain, berkisar Rp15.000-Rp20.000,” beber Sono Salam dengan cerita yang runtun.
Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, usaha menjahit sepatu dan sandal yang dirintis Sono Salam mulai bergairah. Kini, kata Sono Salam, setiap hari membuka lapak sudah dapat dipastikan akan mendapatkan pelanggan. Bahkan, akunya, tak jarang sehari mendapatkan puluhan pelanggan baru. Kondisi yang demikian menuntut Sono Salam, untuk tetap memberikan pelayanan yang prima.
Artinya, urai Sono Salam, ia tetap memprioritaskan kualitas garapan dan ketepatan waktu pengerjaan kepada pelanggan setianya. “Mulai awal buka sampai saat ini, belum sekalipun saya bohong kepada pelanggan. Semua yang dijanjikan dipastikan akan selesai sesuai dengan jam dan harinya,” kupas Sono Salam.
Usaha kecil dan sederhana ini, dimata Sono Salam, sudah sangat mendukung dan mencukupi untuk memenuhi kelancaran kebutuhan hidup keluarganya. Minimal, terang Sono Salam, setiap hari ia berhasil mengumpulkan pendapatan bersih sekitar Rp 70.000 hingga Rp 100.000. kalau dikalkulasi, lanjutnya, dalam sebulan Sono Salam bisa mengumpulkan uang berkisar Rp 2,5 juta hingga Rp 3 jutaan. “Usaha saya ini sempat diprotes pemilik pangkalan lain di Situbondo karena harga ongkosnya yang lebih murah. Padahal dari segi kualitas, hasil garapan saya tidak kalah dengan pangkalan yang lain,” kenang Sono Salam.
Khusus menjahit tas, baju dan celana, Sono Salam banyak mengerjakan di rumahnya, yang ada di sekitar Rumah Sakit Mitra Desa Curah Jeru Kecamatan Panji Situbondo. Sebab, akunya, mesin jahit dan peralatan pendukung lainnya sengaja ia pajang di rumahnya agar bisa digarap pada malam hari. “Ya kalau siang hari saya menggarap jahitan sandal dan sepatu bekas di pangkalan jalan raya. Kalau malam menggarap jahitan tas, baju dan celana bekas di kediaman rumah saya,” tegas Sono Salam.
Heru, salah satu pelanggan penjahit sandal dan sepatu bekas Sono Salam menimpali, usaha yang dirintis Sono Salam cukup menjadi panutan, terutama bagi kalangan pekerja kelas menengah kebawah di Situbondo. Ini karena, papar Heru, meski usaha menjahit sepatu dan sandal terlihat sepele, hasil keuntungan dan pendapatan bersih yang dikumpulkan Sono Salam cukup lumayan. Selain itu, ujar Heru, garapan tangan Sono Salam sangat rapi dan kuat jka dibandingkan dengan hasil garapan di pangkalan lain. “Ya sangat bagus hasil jahitannya. Rapi dan benang yang dipakai juga sangat berkualitas,” papar Heru.
Pria asli Desa Kotakan Kecamatan Panji Situbondo itu menambahkan, ia tak jarang setiap bertemu dengan teman dan kolega terdekatnya dari berbagai desa di Kabupaten Situbondo untuk ikut membantu usaha yang dirintis Sono Salam, agar terus maju dan kian berkembang. Paling tidak, beber Heru, ikut membantu penyebarluasan kepada khalayak, termasuk sahabat dan teman kerja, tentang usaha menjahit sandal dan sepatu milik Sono Salam. “Sehingga banyak warga yang menjahitkan sepatu dan sandal bekasnya ke pangkalan milik Sono Salam,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: