Delapan Kabupaten Potensi Tsunami, Khofifah Pastikan EWS Berfungsi

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa

Pemprov, Bhirawa
Hasil penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait potensi bencana tsunami di selatan Pulau Jawa, mendapat perhatian serius Pemprov Jatim. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memastikan kesiapan mitigasi hingga evakuasi jika terjadi ancaman bencana tsunami.
Hasil kajian yang menjelaskan potensi tsunami hingga setinggi 20 meter tersebut akan terus didalami. Karena itu, pihaknya akan mengundang para pakar dari sejumlah perguruan tinggi seperti ITB dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk mengkaji potensi bencana tersebut.
“Diskusi juga sudah pernah kami lakukan secara khusus dengan BMKG yang sekaligus dilakukan pemetaan retakan lempengan bumi sampai kemungkinan potensi tsunami sejak tahun lalu,” tutur Khofifah, Selasa (29/9).
Adanya potensi tersebut harus diperhatikan. Karena itu, penting sekali peran Early Warning System (EWS) dalam mendukung mitigasi bencana. EWS telah dipasang di beberapa titik yang kemungkinan beresiko.
“Keberadaan EWS ini penting juga untuk diketahui warga supaya alat tersebut dicek fungsinya secara berkelanjutan. Jangan sampai alat ini setelah dipasang tidak dicek sehingga ketika ada resonansi tertentu atau magnitudo tertentu alat tidak berfungsi optimal,” jelas gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
BMKG, lanjut Khofifah, juga telah meminta didampingi dalam pemasangan dan proses tersebut telah berjalan. Di samping EWS, BPBD Jatim juga telah menyiapkan desa tangguh dalam menghadapi kemungkinan bencana. Artinya, mereka yang ada di desa tersebut sudah dilatih untuk melakukan mitigasi hingga evakuasi bencana yang sudah diprediksi secara scientific berpotensi terjadi tsunami.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Provinsi Jatim, Gatot Soebroto menjelaskan, 8 Kabupaten di sisi Selatan Jatim berpotensi tsunami lantaran berada di lempeng Indo-Australia. Adapun 8 Kabupaten ini adalah Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan Pacitan.
“Potensi tsunami ini sudah disampaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga sejak Juli hingga Agustus 2019, sudah dilalukan mitigasi bencana ke delapan Kabupaten tersebut. Yakni dengan melakukan Ekspedisi Destana (Desa Tangguh Bencana) Tsunami,” katanya.
Ia menjelaskan, mitigas bencana itu dilakukan melalui anggaran BNPB bekerjasama dengan BPBD Kabupaten/Kota dan Provinsi, serta Tim Pentahelik. Diantaranya akademisi, Pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan media. Ekspedisi Destana Tsunami ini dilakukan mulai dari Banyuwangi sampai Pacitan.
Ekspedisi tersebut masyarakat diberikan edukasi terkait apa itu tsunami, penyebab tsunami dan apa yang harus dilakukan bilamana tsunami itu terjadi. Edukasi itu diberikan ke semua Desa yang berada di wilayah pesisir Selatan Jawa, yakni 8 Kabupaten yang berpotensi tsunami.m
“Pemerintah Provinsi juga sudah memasang rambu-rambu terkait sistem peringatan dini atau EWStsunami dibeberapa titik,” jelasnya. [tam.bed]

Tags: