De’nil Puding Manfaatkan Medsos, Sukses Berkat Program Pahlawan Ekonomi

Founder De’nil Puding Surabaya, Dedi Kurnia Sunarno, menunjukkan produk andalannya minuman ‘Green Tea Jelly’ dan ‘Kopi Jelly’ pada acara Startup Nations Summit, di Grand City Surabaya.

Geliat Startup Surabaya Menembus Pasar Global (bagian-pertama)
Pemkot Surabaya, Bhirawa
Istilah startup kini tengah populer. Kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris ini menunjukkan arti sebuah bisnis yang baru dirintis. Bisnis yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan untuk menemukan pasar yang tepat. Lalu, bagaimana dengan geliat startup di Surabaya ?.
Siang itu, Jumat (16/11/2018), wajah Dedi terlihat sumringah dan ramah. Setiap orang yang lewat disapanya dan ditawari produk andalannya, yang tertata rapi di lemari pendingin. Beberapa orang yang tertarik lantas berhenti, melihat, bertanya, kemudian membelinya.
Ya, sebagian pembeli merasa penasaran dengan produk buatan Dedi. Produk minuman hasil inovasi pemilik nama lengkap Dedi Kurnia Sunarno dan istrinya Indra Nila Kristiana ini memang mengundang penasaran bagi siapa saja yang melihatnya. Sebab di dalam minuman itu ada puding yang diserut. Saat diminum rasanya sangat segar dan nikmat. Apalagi waktu di minum saat dingin, menambah kenikmatan dan menjadi penghilang dahaga.
Produk usaha menengah kecil dan menengah (UMKM) milik Dedi memang sengaja diundang Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, untuk mengikuti pameran Startup Nations Summit (SNS) yang digelar pada 16-17 November 2018, di Grand City Mall Surabaya. Mendapat kesempatan langka inipun tak disia-siakan Dedi. Di momen inilah saatnya mempromosikan produk De’nil Puding Surabaya yang mulai dirintisnya sejak 2014 lalu.
Selama ini Pemkot Surabaya sering mengajak Dedi ikut pameran atau membeli produk De’nil untuk dijadikan sajian acara-acara yang diselenggarakan pemkot. Salah satunya adalah gelaran SNS 2018 ini. “Pada gala dinner Startup Nations Summit di Taman Surya, Balai Kota Surabaya pemkot juga memesan 250 botol De’nil,” kata Dedi.
Kisah bisnis startup De’nil Puding Surabaya ini bermula dari keikutsertaan Dedi pada pelatihan program pahlawan ekonomi yang digelar Pemkot Surabaya. Dari pelatihan ini, Dedi bisa membuat puding. Pelan namun pasti, bisnis kuliner puding yang dirintis Dedi bersama istrinya Nila pun bisa diterima pasar.
Menurut Dedi, mengikuti program pahlawan ekonomi banyak sekali manfaat yang bisa diambil. Termasuk dapat ilmu bagaimana cara membuat kemasan yang bisa menarik perhatian konsumen hingga memasarkan produk. “Di program pahlawan ekonomi banyak orang-orang yang berkompeten. Selain itu, disana kita juga bisa saling sharing dengan pelaku UKM lain,” katanya.
Tak puas hanya memiliki usaha puding, Dedi dan Nila terus berinovasi. Minuman adalah bidikannya. Terinspirasi dari minuman yang diberi cincau, pada akhir 2017 Dedi lantas membuat minuman yang di dalamnya diberi puding. Ada berbagai rasa minuman yang dibuat. Mulai Koppi Jelly, Choba Jelly yakni minuman pisang coklat dengan jelly, Kobeer alias coffee beer berupa minuman kopi soda 0 persen alkohol, Mlik Tea Jelly, Thai Tea, Green Tea Jelly dan Nyoklat Jelly.
“Terjun di dunia bisnis, kita memang harus sering melakukan inovasi. Jangan puas hanya satu produk. Tapi harus menelurkan produk-produk lainnya. Kalau hanya puas dengan satu produk, pasti kita akan tertinggal. Saya sudah membuktikan,” ujar ayah dari Pasha Raditya dan Salman ini.
Bisnis kuliner De’nil semakin besar setelah Dedi dan istrinya memutuskan untuk keluar dari statusnya sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta di Sidoarjo. Dedi keluar pada 2016 dan Nila keluar pada akhir 2017. “Waktu itu, saya dan istri memang sudah sepakat keluar kerja. Tapi sebelum istri keluar kerja, harus ada produk baru yang kami buat. Muncullah minuman jelly ini,” katanya.

Medsos untuk Pemasaran
Dulu, modal awal yang dikeluarkan Dedi hanya Rp200 ribu. Modal itu untuk membeli bahan-bahan puding, cetakan, susu dan lainnya. Tapi kini, usaha ini telah tumbuh pesat berkat bantuan program pahlawan ekonomi Pemkot Surabaya. Saat ini, khusus minuman jelly laku sebanyak 6.000 botol tiap bulannya. Dengan harga rata-rata Rp12 ribu, artinya omzet Dedi mencapai Rp72 juta per bulan.
Untuk membesarkan usahanya ini, Dedi dibantu 11 karyawannya. Ada yang bertugas membuat puding, minuman jelly dan bertugas menjadi pengirim pesanan. “Saya punya outlet di Jalan Karang Empat Besar Nomor 114 Surabaya. Ditempat ini pula produk-produk De’nil dibuat. Lokasinya cukup strategis, karena dekat jalan raya. Sehingga memudahkan keluar masuk barang,” terangnya.
Untuk pemasaran, Dedi memanfaatkan media sosial (medsos) sebagai sarananya. Bahkan kini 90 persen pesanan puding berasal dari facebook dan instagram. Sementara untuk minuman jelly baru 30 persen. Nama akun facebooknya adalah ‘de’Nil Puding Surabaya’ dan ‘Denil Puding House’. Sementara nama instagramnya yakni ‘denil_puding_surabaya’.
Selain melalui medsos, kata Dedi, usaha kulinernya ini sangat terbantu dengan promosi lewat pameran-pameran yang diajak pemkot, seperti Jatim Fair dan Surabaya Expo. Untuk produk minumannya, pemkot memberikan kesempatan Dedi untuk menaruh lemari pendingin di beberapa instansi milik Pemkot Surabaya.
Saat ini ada 11 lemari pendingin yang tersebar di lingkungan Pemkot Surabaya. Diantaranya di gedung Siola, Balai Kota Surabaya, Kebun Binatang Surabaya (KBS), gedung DPRD Kota Surabaya, kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
“Untuk teknis pembayaran minuman yang dititipkan ke instansi-intansi milik pemkot adalah dengan cara titip. Harganya tidak dinaikkan. Jika harganya Rp12 ribu, dijual dengan harga yang sama. Sebab stan dan penjaganya sudah dibayar pemkot. Permintaan pemkot hanya satu. Produk tidak boleh telat pengirimannya,” ujar lelaki yang kini menginjakkan usia 37 tahun ini.
Produk minuman De’nil kini juga telah ada dibeberapa mall di Surabaya. Seperti di Royal Plaza, Jembatan Merah Plaza (JMP), Food Junction dan Pakuwon Trade Center (PTC). “Saya targetnya nanti ingin menguasai pasar di Surabaya, termasuk di semua mall di Surabaya ada De’nil,” ungkapnya.
Selama menjalan usaha De’nil ini, Dedi mengaku tidak memiliki rahasia khusus. Ia hanya memiliki mindset semua dianggap mudah. Tidak pernah terbesit dalam benaknya kata sulit. Setiap ada kendala, semua dianggap mudah. Jika sudah merasa sulit, setiap langkah pasti akan mengalami kesulitan. Tapi jika dianggap mudah, setiap kesulitan yang dihadapi pasti akan terasa mudah dan ada jalan keluarnya.
“Saya berpesan kepada teman-teman yang baru memulai bisnis, saya minta jangan pantang menyerah. Semua pasti berawal dari tidak bisa. Kalau sudah bisa, dikembangkan lagi. Jangan putus asa. Biasanya, teman-teman itu kalau omsetnya banyak mereka senang. Tapi kalau tidak laku, mereka turun mentalnya. Jangan seperti itu. Laku tidak laku, tetap senang jangan dibuat susah,” pungkasnya.
Minuman jelly produk buatan Dedi ini memang disukai banyak orang. Salah satunya pujian datang dari pemilik raksasa bisnis CT Corp, Chairul Tanjung. Menurutnya, Koppi Jelly De’nil sangat nikmat. Pujian Chairul Tanjung ini dilontarkan saat menghadiri acara seminar creativepreneur di JX International Surabaya beberapa waktu lalu.
“Minuman Koppi Jelly ini sangat nikmat. Lebih nikmat dibanding kopi yang dijual di cafe-cafe terkenal. Perkembangan usaha startup di Surabaya terus berkembang. Produk yang dihasilkan juga semakin berkualitas. Bahkan rasanya sudah ada yang mengalahkan brand-brand asing,” ujarnya. [Zainal Ibad]

Tags: