Gerakkan Promosi, Disbudpar Kota Probolinggo Gelar Pameran Batik

Ketua Dekranasda Aminah Hadi (tengah) dan Wakil Ketua Diah Kristansi Subri tinjau stand pameran batik.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Kota Rangkaian festival batik 2019 “Eksotika Batik Kuno Probolinggo” gelaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Probolinggo diawali dengan pembukaan pameran batik oleh Ketua Dekranasda setempat Aminah Hadi Zainal Abidin, di depan kantor wali kota, Jalan Panglima Sudirman. Batik kuno menjadi andalan kota Probolinggo
Kepala Disbudpar Tutang Heru Aribowo, Rabu 20/11 menjelaskan, pameran batik ini dilaksanakan untuk mengembangkan batik kuno sebagai potensi unggulan Kota Probolinggo. “Dengan tujuan mempromosikan ke masyarakat luar, melestarikan batik kuni sebagai warisan leluhur dan menumbuhkan rasa cinta pada karya seni,” ungkapnya.
Pameran yang membentang di depan kantor wali kota hingga kantor Dinas Satpol PP ini diikuti UMKM komunitas batik Kota Probolinggo (KIBRO) berjumlah 21 orang. Di setiap stand, pembatik memamerkan karya terbaiknya dengan harga bervariasi dan teknik pewarnaan batik yang beragam.
Wawali Mochammad Soufis Subri, menyatakan, festival batik sudah diadakan dari tahun ke tahun dengan berbagai macam format agar batik Kota Probolinggo terus berkembang. Batik, memiliki berbagai dimensi bukan hanya sekadar coretan di atas kai
“Ada dimensi kreativitas, budaya, pemberdayaan ekonomi dan entertain serta fashion. Kami berharap dengan berkembangnya batik menjadi salah satu ikon peningkatan ekonomi pelaku batik. Bukan hanya memajang batik tetapi dikemas memiliki unsur entertain dan fashion mengarah pada edukasi bahwa batik adalah peninggalan nenek moyang kita,” jelas Subri.
Berbicara batik, lanjut Subri, banyak akar pembatik di Kota Probolinggo. Tetapi, para pembatik harus terus banyak belajar agar batik kota ini memiliki daya saing dengan daerah yang lebih maju batiknya. “Tidak boleh mau menimba ilmu. Tidak boleh egois menerima kehadiran desain batik di Kota Probolinggo. Tidak hanya mangga dan anggur tetapi pendalungan harus digali,” terang wawali.
Wawali Subri berharap, pelaku batik serasa berada di rumahnya sendiri dan berjaya di rumahnya sendiri. “Ada tiga yang mendasari sebuah kegiatan, yaitu regulasi, penegakkan regulasi dan motif ekonomi,” tutur pengusaha konstruksi ini.
Batik Kuno menjadi salah satu potensi unggulan di Kota Probolinggo yang dikemas dalam rangkaian Festival Batik 2019 bertema “Eksotika Batik Kuno Probolinggo”. “Festival batik sudah diadakan dari tahun ke tahun dengan berbagai macam format agar batik Kota Probolinggo terus berkembang karena batik, memiliki berbagai dimensi bukan hanya sekadar coretan di atas kain,” papar Wawali Subri.
Dalam karya batik, lanjut dia, ada dimensi kreativitas, budaya, pemberdayaan ekonomi dan entertein serta fesyen, sehingga Pemkot Probolinggo berharap dengan berkembangnya batik menjadi salah satu ikon peningkatan ekonomi pelaku batik.”Bukan hanya memajang batik, tetapi dikemas memiliki unsur entertain dan fashion mengarah pada edukasi bahwa batik adalah peninggalan nenek moyang kita,” tuturnya.
Ia mengatakan banyak pakar pembatik di Kota Probolinggo, tetapi para pembatik harus terus banyak belajar agar batik di wilayah setempat memiliki daya saing dengan daerah yang lebih maju batiknya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Probolinggo Tutang Heru Aribowo menjelaskan pameran batik itu dilaksanakan untuk mengembangkan batik kuno sebagai potensi unggulan Kota Probolinggo. “Dengan tujuan mempromosikan batik kuno ke masyarakat luar, kemudian melestarikan batik kuno sebagai warisan leluhur dan menumbuhkan rasa cinta pada karya seni,” katanya.
Pameran batik yang membentang di depan kantor Wali Kota Probolinggo hingga kantor Dinas Satpol PP itu diikuti UMKM komunitas batik Kota Probolinggo (KIBRO) sebanyak 21 orang dan pembatik memamerkan karya terbaiknya di setiap stan dengan harga bervariasi dan teknik pewarnaan batik yang beragam, tambah Aminah.(Wap)

Tags: