1.222 Sekolah Penggerak di Jatim Terapkan Kurikulum Merdeka

Ilustrasi: guru kelas

Satuan Pendidikan Reguler Dipersilahkan Daftar Mandiri Kurikulum Merdeka
LPMP Jatim, Bhirawa
Kurikulum Merdeka mulai diterapkan di satuan pendidikan. Kurikulum ini diberikan sebagai opsi tambahan guna pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Di Jawa Timur, sebanyak 293 sekolah penggerak dari delapan kab/kota mulai PAUD, SD, SMP, SMA/SMK dan SLB telah menjadi pilot projek dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka sejak setahun terakhir.
Sementara sekolah lainnya, masih boleh memilih kurikulum yang akan digunakan di satuan pendidikan masing – masing. Pilihan kurikulum yang diberikan antara lain Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan kurikulum merdeka.
Menurut Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, Rizqi, dalam penerapan kurikulum merdeka belajar, sekolah yang sudah siap seperti sekolah penggerak sudah melaksanakannya sejak tahun 2021. Saat ini ada 293 dari delapan kab/kota diantaranya meliputi Gresik, Sidoarjo, Sumenep, Nganjuk.
Di angkatan kedua, Juli mendatang, penambahan sekolah penggerak cukup signifikan. Yakni 929 satuan pendidikan yang meliputi 11 kab/kota di Jawa Timur. Diantara Kabupaten Bangkalan, Lamongan, Kab/Kota Blitar, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Jember dan Pasuruan, yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka.
“Jika ditotal secara keseluruhan ada 1.222 sekolah penggerak yang akan menjalankan Kurikulum Merdeka,” urainya, Selasa (5/4).
Meski baru berlaku pada 2024 mendatang, lanjut Rizqi, sekolah bisa mempersiapkannya mulai sekarang. Ia juga mempersilahkan satuan pendidikan yang bukan Sekolah Penggerak untuk mendaftarkan kesiapan memakai kurikulum baru itu, kementerian juga memberikan tiga tipe yang bisa dijalankan. Yakni mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi.
Untuk Mandiri Belajar, Rizqi menyebut sekolah tetap menggunakan K-13 tapi sudah menggunakan prinsip Kurikulum Merdeka. Selanjutnya, Mandiri Berubah yang mana sekolah bisa menerapkan kurikulum merdeka dengan menerapkan platform Merdeka Mengajar.
“Jadi mulai dari perangkat ajar, alat evaluasi assesment, sumber belajar lain, bagi sekolah yang mendaftar secara mandiri dan sudah mendaftar di akun belajar.id bisa memanfaatkan merdeka mengajar. Semua bahan sudah disiapkan. Sekolah tinggal operasional saja,” terangnya.
Terakhir Mandiri Berbagi, di mana dalam hal ini sekolah diharapkan mampu mengembangkan sendiri alat ajar, dan evaluasi. Karena tidak semua sekolah cocok dengan pilihan kedua (Mandiri Berubah, red).
“Mungkin ada dari potensi lokal yang tidak cocok. Jadi pengembangannya sendiri. Sehingga bisa menggunakan kurikulum berbagi ini. Mulai perangkat ajar, prinsip kurikulum akan masuk ke platform Merdeka Mengajar. Bisa dilihat dan dimanfatkan oleh sekolah yang lain,” jelasnya.
Adanya kurikulum merdeka ini, dijelaskan Rizqi untuk mengatasi hasil belajar yang terus turun selama masa pandemi, utamanya terkait numerasi dan literasi. Karena itu, melalui Kurikulum Merdeka, profil pelajar pancasila dapat tercapai. Mulai keimanan, ketaqwaan, kemandirian dan bernalar kritis.
“Dengan menerapkan kurikulum merdeka diharapkan tidak ada anak Indonesia berada di bawah level. Karena berdasarkan evaluasi, hasil belajar anak kelas empat ada yang masih bawah level seharusnya. Bahkan ada yang levelnya di kelas II atau III. Padahal minimal hasil belajar harusnya di level seharusnya. Jika kelas IV ya levelnya harus kelas IV. Kalau bisa naik,” jelas dia.
Pada prinsipnya, lanjut Rizqi, sebenarnya penerapan kurikulum merdeka tidak berbeda dengan K-13. Jika pada K-13 sebelum proses pembelajaran dilakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan anak. Pembelajaran dilakukan secara terdiferensiasi.
“Anak yang sudah tinggi kemampuannya diberikan pembelajaran yang sesuai. Jadi mulai capaian pembelajaran, alur pembelajaran, perangkat pembelajaran, modul pembelajaran, prinsipnya menggunkana prinsip merdeka, yang fokus pada literasi dan numerasi,” jabarnya.
Sementara itu, Kasie Kurikulum Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Eka Ananda menyebut, tidak ada persyaratan khusus dalam pengajuan kurikulum mandiri yang akan dibuka hingga 30 April 2022 mendatang.
Pada intinya, sebutnya, sekolah mengisi kuisioner sebelum mendaftar. Selanjutnya mengisi identitas sekolah, dan kuisioner yang dilakukan yang meliputi profil sekolah baik guru, tendik, kurikulum yang dilakukan sarpras, hingga siswa.
“Setelah itu mereka (sekolah) bisa memilih skema mandiri mana yang mau digunakan. Tinggal kementerian nanti akan melakukan cek untuk menentukan pilihan yang sesuai dengan sekolah. Lewat pertimbangan SDM dan sarpras yang dimiliki oleh sekolah,” jelasnya.
Secara esensi, dijelaskan Eka, kurikulum merdeka sebenarnya tak berbeda dengan kurikulum 2013 (K-13). Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) menjadi fokus K-13. Tolok ukurnya adalah kedalaman dan kecakapan menguasai materi. Di kurikulum merdeka, yang dicapai lebih pada kesuskesan pembelajarannya.
Kurikulum ini juga menekankan kebebasan sekolah dalam mencapai target pembelajaran. Semisal dalam penuntasan materi selama setahun, yang diajarkan tak harus berurutan. Tapi guru bisa memilih mana yang lebih penting dan diajarkan lebih dulu. Pun dengan jam pelajarannya, bisa diatur tak harus dalam satu waktu. Tapi bisa digabung dengan catatan waktu yang diberikan sama.
“Dalam pembelajaran kurikulum merdeka ini secara umum dibagi menjadi dua. berbasis kurikuler dan kokulikuler. Materi pembelajaran di kelas dan praktik di lapangan. Khusus untuk yang terakhir itu, mekanismenya bisa melalui project learning siswa dan profil pelajar pancasila. Secara garis besar nantinya 75% pembelajaran di kelas, 25% praktik,” terangnya.
Eka mengatakan, di Jatim sendiri, banyak satuan pendidikan yang siap dengan kurikulum baru itu. Sebab, sebenarnya, esensinya mirip dengan K-13. Kurikulum merdeka ini pada dasarnya adalah kelanjutan dari K-13. Di mana pondasinya sudah diajarkan dan distardisasi oleh kementerian, pada kurikulum baru inilah sekolah diberi keluwesan dalam pengembangan pembelajaran.
“Pembelajaran merdeka ini sudah tidak ada lagi peminatan di jenjang SMA. Jadi sifatnya mata pelajaran rumpun atau kelompok MIPA seperti matematika, biologi, fisika dan kimia. Jadi sekolah bisa memilih minat bakat anak. Tapi juga dipadu-padankan dengan tujuan anak ke peruruan tinggi. Misal saya masuk kedokteran, ini apa yg menjadi pokok mapelnya. Bisa jadi biologi dan kimia. Untuk teknik matematika dan fisika. Fleksibilitasnya disini. Nanti kita lihat di sekolah penggerak yang tahun ini akan diterpakan di kelas XI dan XII, evaluasinya bagaimana,” tandasnya.
Di Jatim sendiri sebanyak 40 SMA menerapkan kurikulum merdeka selama setahun belakangan. Sekolah tersebut masuk Sekolah Penggerak yang menjadi pilot project dari kurikulum ini. [ina.fen]

Tags: