104 GBK dan Kasek Kabupaten Probolinggo Dibimtek Sekolah Inklusi

GBK dan Kasek bimtek sekolah inklusi.

Pemkab Probolinggo, Bhirawa
Upaya pengembangan kelas layanan khusus, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) GPK (Guru Pendamping Khusus) dan Kepala Sekolah Penyelenggara Sekolah Inklusi, Selasa hingga Rabu (24-25/9) kemarin.
Kegiatan ini diikuti 52 orang GPK yang diselenggarakan di aula Dispendik Kabupaten Probolinggo dan 52 orang Kepala Sekolah Penyelenggara Sekolah Inklusi di SDN Sukokerto 1, Kecamatan Pajarakan. Selama dua hari, mereka mendapatkan materi dari narasumber Kepala SLBN Gending Wulandoko, guru SLBN Gending Halimatus Sa’diyah, Kepala SLB Dharma Asih Kecamatan Kraksaan Isa Abib Yakup dan guru SLBN Kraksaan Sri Rustiwi.
Kasi Kurikulum dan Penilaian SD Dispendik Kabupaten Probolinggo, Nurohma Afrianti mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan, wawasan, bimbingan dan keterampilan bagi GPK dan kepala sekolah penyelenggara sekolah inklusi untuk dapat menyusun dan melakukan assesment pendidikan bagi ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dan membangun sistem koordinasi dengan sesama guru dan kepala sekolah serta orang tua peserta didik.
”Kegiatan ini merupakan salah satu upaya agar guru – guru di sekolah inklusi bisa mengidentifikasi dan mampu menangani pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mendapat pendidikan yang setara,” ungkapnya.
Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina menambahkan, kegiatan ini merupakan bentuk implementasi atas komitmen Pemerintah Kabupaten Probolinggo tentang layanan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus sebagaimana yang dicanangkan oleh Bupati Probolinggo pada tanggal 29 Juli 2015 lalu.
”Untuk kepala sekolah, materinya tentang kebijakan sekolah inklusi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Sementara untuk GPK, materinya lebih teknis tentang pembimbingan dan pembelajaran bagi murid berkebutuhan khusus. Semoga melalui dua kegiatan ini layanan pendidikan inklusif di Kabupaten Probolinggo bisa semakin baik dan bermutu,” harapnya.
Pada 2019, menurut Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Dewi Korina, Pemkab akan memperbanyak sekolah inklusi. Jumlahnya yakni 100 lembaga pendidikan, yakni 50 sekolah iklusi untuk PAUD dan TK, untuk Sekolah Dasar (SD) 25 inklusi dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada 25 lembaga.
”Sesuai dengan petunjuk dari Ibu bupati, tahun depan ada 100 sekolah yang ditarget menjadi sekolah iklusi. Selama lima tahun mendatang, sesuai dengan visi misi Bupati Probolinggo P Tantriana Sari dan Wabup Timbul Prihanoko atau Nawa Hati, ada 500 sekolah inklusi,” jelasnya.
Dewi menuturkan, kini sekolah inklusi yang diinisiasi sejak 2015 sudah mencapai 72 lembaga untuk tingkat SD. Sementara untuk tingkat SMP mencapai 24 lembaga. ”Sesuai dengan aturan yang berlaku, minimal untuk sekolah inklusi ada satu sekolah di tiap kecamatan. Namun kami sudah lebih dari itu,” ujarnya.
Penambahan sekolah inklusi itu, menurut Dewi, merupakan salah satu ikhtiar Pemkab untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) yang masih tertinggal, utama di sektor pendidikan. Apalagi, sekolah inklusi ini terbukti efektif. Itu bisa dilihat dari adanya siswa yang berkebutuhan khusus yang bisa diterima dengan baik oleh siswa yang lain. Seperti Melisa, siswa SDN Tukul II Desa Tukul, Kecamatan Sumber.
Melisa, siswi difabel kelas II SDN Tukul II, Kecamatan Sumber, mendadak jadi perhatian netizen. Itu setelah video dan fotonya saat belajar viral di Medsos, terutama Facebook. Di grup info lantas dan kriminal kota/kabupaten Probolinggo (salam satu aspal) yang diunggah, video dan fotonya telah dibagikan 366 kali. Tercatat, ada 141 komentar di grup tersebut. Para netizen umumnya salut dengan Melisa. Dalam keterbatasan fisik, siswi asal Dusun Plapah, Desa Tukul, Kecamatan Sumber ini, begitu bersemangat belajar, paparnya
Tidak semua anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kota Probolinggo masuk sekolah umum. Selama tahapan pendaftaran jalur ABK untuk SD dan SMP pada 8 hingga 10 Mei lalu, hanya 12 siswa yang mendaftar. Untuk SD hanya empat siswa ABK yang mendaftar ke sekolah umum. Sedangkan untuk SMP ada delapan siswa ABK yang mendaftar ke sekolah umum, tambahnya. [wap]

Tags: