13 Desa di Nganjuk Manfaatkan Air Kubangan

Warga terpaksa mengambil air di kubangan sawah untuk memenuhi kebutuhan air, jika droping air bersih dari BPBD belum datang.(ristika/bhirawa)

Warga terpaksa mengambil air di kubangan sawah untuk memenuhi kebutuhan air, jika droping air bersih dari BPBD belum datang.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Memasuki bulan November belum sekalipun wilayah Kabupaten Nganjuk diguyur hujan, sehingga menyebabkan tiga belas desa di lima kecatamatan mengalami krisis air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, warga hanya mengandalkan droping air bersih dari BPBD Nganjuk seminggu dua kali.
Kekurangan air bersih terjadi di Desa Ngluyu Kecamatan Ngluyu, dimana seluruh sumber mata air sudah kering. Sumur warga yang menjadi sumber air mulai mengering dan kalaupun ada airnya debitnya sangat kecil dan kotor.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, warga mengandalkan droping air bersih yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk. Setiap dua hari sekali warga di wilayah ini mendapatkan jatah air bersih sebanyak 40 ribu liter air, yang digunakan sekitar 300 kepala keluarga lebih.
Menurut Wahono, warga Desa Ngluyu jika air bersih yang didapat dari droping BPBD digunakan untuk keperluan memasak dan minum. Kalo kekurangan air,  warga biasanya mengambil air di daerah persawahan yang jaraknya cukup jauh, itupun debit airnya juga sangat terbatas
Namun, air kubangan sawah hanya digunakan untuk mandi, cuci serta minuman ternak. Sedangkan untuk keperluan minum dan memasak tetap menunggu droping dari Pemkab Nganjuk. “Kami lebih sering mengambil air di kubangan sawah daripada droping air dari Pemkab Nganjuk,” terang Wahono.
Kondisi yang sama juga terjadi di Dusun Sambirobyong Desa Oro Oro Ombo Kecamatan Ngetos. Dimana warga terpaksa menggunakan air kubangan sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan letaknya berada dekat pemakaman umum desa setempat. “Kami terpaksa menggunakan air kubangan karena mata air mengering, sementara hingga saat ini hujan belum turun,” ujar Samiatin, warga setempat.
Menurutnya, saat musim kemarau, warga mulai menyerbu kubangan air sungai yang letaknya tak jauh dari perkampungan. Meski airnya keruh, warga menggunakan untuk memasak, mencuci dan kebutuhan hidup lainnya. “Untuk diminum, kita saring dan kita masak dulu sampai mendidih,” kata ibu rumah tangga ini.
Sedangkan untuk keperluan mandi, dikatakan Samiatin, air dari sungai Kuncir ini, terlebih dahulu diendapkan selama semalam, agar terpisah dari lumpur dan kotoran. Selanjutnya air ditampung di bak mandi.
Soekonjono Kepala BPBD Nganjuk menyebutkan saat ini BPBD secara intensif  melakukan droping ke 13 desa yang masuk dalam zona krisis air bersih. Tiga belas desa tersebut, tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Ngluyu, Jatikalen, Lengkong, Gondang dan Ngetos.
Selain memberikan bantuan darurat berupa droping air bersih, BPBD Nganjuk juga memberikan bantuan jangka panjang berupa pembangunan sumur bor, di beberapa titik. diharapkan pembangunan sumur bor tersebut nantinya mampu menyuplai kebutuhan air bersih di wilayah yang berpotensi kekeringan.
Dijelaskan pula jika setiap daerah yang mengalami kekeringan hanya mendapat jatah dua hari selama seminggu. Hal ini disebabkan BPBD Nganjuk hanya memiliki lima armada truck tangki dan droping dilakukan secara bergilir.
Dalam satu hari, setidaknya dibutuhkan 120 ribu liter air bersih, untuk keperluan droping di daerah kiris air. “Dengan armada yang ada, satu hari BPBD hanya mampu melakukan droping di dua kecamatan saja, sementara sisanya di droping hari berikutnya,” papar Soekonjono. [ris]

Tags: