BBM Naik, Nelayan Kesulitan Melaut

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Naiknya harga solar beberapa waktu lalu berdampak cukup besar bagi nelayan, bahkan mereka kesulitan melaut karena harga solar tidak terjangkau.
Sukarman nelayan asli Kenjeran mengungkapkan, sejak naiknya harga BBM ongkos pembelian solar ikut naik, dan harga ikan yang dijualnya pun masih sangat jauh dari harapan. Hal ini menjadikan sebuah dilemma bagi dirinya dan nelayan lain. Karena untuk menutup kebutuhan keluarga dan pekerjaan, dirinya hanya mengandalkan kerjaan sebagai nelayan.
“Pembelian solar dengan harga sekarang sudah tidak cukup mas, selisih pembelian solar saja sudah tidak cukup sedangkan kita melaut harus setiap hari. Kalau jatah solar di kurangi, anak-anak tidak bisa sekolah dan istri tidak bisa memasak. Wong  bisanya saya hanya bisa menjadi nelayan, kalau tidak menangkap ikan di Kenejeran bahkan sampai ke Selat Madura dari mana bisa makan,” ujarnya dengan pesimis, Senin (6/3) kemarin.
Saat solar naik, harga ikan di TPI juga di beli dengan harga murah oleh pedagang ataupun tengkulak. Sehingga harga solar yang naik tidak di imbangi harga ikan yang naik pula. Selain itu, cuaca yang cukup kondusif menjadikan nelayan banyak yang melaut dan mendapatkan ikan dalam jumlah besar. Karena jumlah ikan banyak di pasaran, harga ikan ikut turun.
“Nelayan di sini ada yang menggunakan mesin solar ada pula yang menggunakan mesin berbahan bakar premium. Kebutuhan BBM untuk setiap kapal bervariasi, ada yang 20 liter per hari ada yang 25 liter per hari. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi mesin masing-masing nelayan,”  terangnya.
Sementara itu H.Yusuf ketua kelompok nelayan di kelurahan Mayangan, kecamatan Mayangan kota Probolinggo Senin  (6/4) mengatakan, kalau para nelayan merugi jutaan rupiah, sebab selain tangkapan ikan sepi dan harga gas 12 kg serta BBM naik, para nelayan kelimpungan. “Kami berharap harga BBM kembali normal. Sedangkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) bersubsidi disini sudah lama mangkrak tidak berfungsi.
Secara terpisah  Muji Suwito, Kabid Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPP) Paiton, kabupaten Probolinggo mengungkapkan bahwa para nelayan tetap memaksakan diri untuk bekerja,sebab tidak ada pekerjaan lainnya untuk mereka, meskipun hanya memperbaiki jaring ikan dan hasil tangkapan ikan sangat sepi.
“Para nelayan disini bisa dikatakan sangat terpaksa bekerja menjaring ikan ke tengah laut. Sebab, sebagai warga pesisir tidak ada lahan lain untuk bekerja. Mereka mengeluh dengan naiknya harga BBM saat ini,”ungkapnya. [wil.wed]

Rate this article!
Tags: