Belajar Mencintai Tanah Air dari WNA

Buku AKU CINTA INDONESIAJudul   : Aku Cinta Indonesia
Penulis   : Prima Kharismanita
Penberit   : Palapa
Cetakan   : I Desemer 2014
Tebal  : 172 halaman
ISBN  : 978-602-255-693-3
Peresensi  : Anton Prasetyo
Alumnus UIN Yogyakarta
Negara Indonesia memiliki potensi alam dan manusia yang luar biasa. Hanya saja, orang-orang yang terlahir dan dibesarkan di negara Indonesia banyak yang tidak sadar bahwa lingkungan sekitarnya memiliki potensi yang tiada ternilai harganya. Alhasil, mereka pun tidak memiliki kepedulian terhadapnya. Padahal, banyak warga negara asing (WNA) yang sadar dan bahkan mengabdikan hidupnya untuk menjaga potensi yang ada di negara Indonesia.
Aku Cinta Indonesia merupakan buku yang berisi kumpulan kisah para WNA yang memiliki kepedulian besar terhadap potensi yang ada di negara Indonesia. Aurelien Brule atau sering disapa Chanee merupakan sosok berkebangsaan Perancis. Demi menjaga kelestarian satwa liar, ia rela tinggal di tengah hutan Kalimantan dan bahkan bolak-balik Kalimantan-Sumatera. Tidak hanya itu, dengan alasan yang sama, ia enggan pulang ke negara asalnya.
Birute Mary Galdikas atau Birute Marija Filomena Galdikas merupakan perempuan kelahiran Jerman yang mengabdikan hidupnya untuk menjaga keberadaan orangutan di Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Saat awal pengadian, aktivis pelestarian alam ini harus berseberangan dengan keinginan warga setempat karena mereka berusaha membantai hewan jenis primata yang keluar ke kebun-kebun sawit.
Chaim Fetter memiliki rasa kepedulian yang besar terhadap nasib anak jalanan. Lelaki kelahiran Belanda ini pada tahun 2006 mendirikan Yayasan Peduli Anak (YPA) di Belanda. Yayasan ini menjadi lembaga swadaya masyarakat yang memperjuangkan hak-hak anak jalanan, anak-anak telantar, dan anak-anak kurang mampu. Tim dari YPA memutuskan untuk bergiat di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Akhrinya, yayasan yang bekerja sama dengan Rotary Foundation, Unicef, dan Kementerian Sosial Indonesia ini menjadi pusat perkembangan anak terbesar di Lombok, NTB.
Christina Sunardi, perempuan kelahiran California ini memiliki kecintaan terhadap Indonesia, terutama Jawa. Kesenian Jawa menjadi bagian yang selamanya tidak terpisahkan dari keberadaannya. Padahal, ia sama sekali tidak memiliki darah keturunan orang Jawa. Ibunya berdarah Jerman dan ayahnya keturunan kulit hitam Amerika.
Sebagai warga negara asing, Christina tidak hanya cakap dalam berbahasa Jawa. Ia sangat terampil dalam memainkan gamelan, perangkat alat musik khas Jawa. Ironisnya, saat ini alat musik tersebut semakin miskin penggemarnya, apalagi regenerasi penabuhnya. Christina mengaku mempunyai banyak koleksi barang-barang khas Indonesia yang dipajang di ruangan kerjanya, seperti kain batik, replika wayang kulit Gathot Kaca, beberapa wayang potehi, dan topeng Cirebon (hal. 52).
Christina pun menjadi dosen University of Washington juga menyandang status sebagai asisten profesor etnomusikologi, bidang studi yang mempelajari musik dari ragam budaya berbeda. Meskipun demikian, ia tetap mengabdikan hidupnya pada Indonesia, khususnya budaya Jawa. Bahkan, ia juga mengajarkan kesenian Jawa kepada para mahasiswanya di Amerika.
Senada dengan Christina yang mencintai budaya Jawa, Elizabeth D. Inandiak juga mencintai kebudayaan dan kesustrataan Jawa. Perempuan berkebangsaan Prancis ini memiliki pengetahuan Jawa yang sangat tinggi. Bahkan, ia merupakan perempuan non-Jawa dan non-Indonesia yang menerjemahkan Serat Centhini atau Suluk Tambangraras-Amangraga. Bagi Elizabeth, Serat Centhini memiliki keindahan sekaligus keagungan yang menggambarkan sesuatu. Hak ini karena kitab ini mengisahkan detail mengenai persoalan mistis, religius, konflik sosial politik, dan seks.
Willie Smits merupakan aktivis kelahiran Belanda. Ia merupakan aktivis lingkungan yang menjadi staf ahli Menteri Kehutanan dan dianugerahi Satya Lencana Pembangunan oleh Presiden Republik Indonesia pada 1998. Willie berhasil mengembangkan metode dalam pengembangan tanaman meranti dan sering dijuluki sebagai guru orangutan.
Sejak 1985, Willie melakukan penelitian di Balikpapan, Kalimantan Timur, untuk memperoleh gelar ahli hutan tropis (tropical forestry) dan ahli ilmu tanah (soil science) dari Agricultural University of Wageningen Belanda. Sejak saat itu, ia mulai mengenal dan mencintai hutan yang ada di Indonesai. Meskipun sudah berpuluh tahun melakukan penelitian, ia tidak pernah jenuh karena menjaga keselamatan sekaligus kelestarian orangutan yang hampir punah adalah tugasnya.
Willie sangat memperhatikan kelestarian alam Indonesia. Ia menjaga orangutan yang berada di hutan dan habitat alaminya. Selain itu, ia juga penemu bidang kehutanan yang menciptakan revolusi pada teknik dan kebijakan reboisasi di seluruh dunia (hal. 159-160).
Buku ini tak sekadar sejarah perjuangan orang asing terhadap Indonesia. Lebih dari itu juga merupakan sumber inspirasi kecintaan terhadap tanah air Indonesia. Dan, itulah sesungguhnya pesan yang mesti diambil

                                                                                  ———————— ooo ————————-

Rate this article!
Tags: