Belanja Seragam Gratis Lebih Mahal dari Biaya Siswa Miskin

“Kedua, kalau boleh suudzon ada kesengajaan terjadi penundaan. Kita tahu dalam birokrasi ada faktor tender dan di dalam tender itu biasanya ada pihak-pihak yang berusaha melobi dengan cara tidak baik sehingga memperpanjang prosesnya,” tutur dia.
Informasi di internal Dindik Jatim menyebutkan, tender sempat diulang lantaran tender yang pertama seluruh pesertanya tidak memenuhi syarat. Terkait hal ini, Gitadi menegaskan masyarakat boleh tidak percaya jika tender sebesar itu semua pesertanya tidak memenuhi syarat. Karena pengusaha ketika mengikuti tender otomatis sudah menghitung untung dan ruginya. “Dengan nilai segitu, biasanya marginnya besar. Makanya yang perlu hati-hati adalah hal-hal yang tidak muncul ke permukaan, yang laten dan mempengaruhi faktor tender,” tandasnya.
Dosen Fisip Unair itu mengatakan, saat ini public distrust  masih tinggi terhadap aktivitas lelang pengadaan. Khususnya pengadaan seragam yang beberapa kali justru berakhir dengan dugaan curang. “Public image masih seperti itu. Karenanya, birokrasi harus menjawab dengan kinerjanya,” tutur dia.
Gitadi menilai, seragam bukanlah substansi utama pendidikan. Hanya saja, pengadaan seragam lebih praktis dilakukan daripada memberikan bantuan kepada siswa miskin. Maklum juga, data siswa miskin di pemerintah mulai tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota relatif tidak akurat. “Kalau pemerintah tidak punya data yang valid tentang siswa miskin, memang paling gampang membuat program dalam bentuk fisik,” tutur dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pengadaan seragam gratis bagi siswa SMA/SMK negeri se-Jatim tampaknya hanya akan menjadi proyek sia-sia. Sebab, hingga tahun ajaran baru dimulai, Senin (17/7) kemarin, siswa kelas X tak kunjung menerima sepaket kain abu-abu putih dan pramuka yang dibeli Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim dengan nilai kontrak Rp 61,7 miliar. Karena lambatnya pembagian seragam, siswa baru pun lebih memilih untuk membeli sendiri di sekolah atau di pasar. Dengan demikian, adanya seragam gratis menjadi tidak terlalu penting lagi bagi siswa.

Siap Kirim
Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman menegaskan, program seragam gratis tidak ada masalah dan akan terus dilakukan. Terkait jadwal, pihaknya memastikan akan segera dikirim dalam waktu dekat secara bertahap. “Sebenarnya sudah siap, tinggal distribusi saja. Minggu-minggu ini kita kirim mulai dari wilayah yang terjauh dulu seperti daerah kepulauan,” ungkap Saiful.
Disinggung terkait asas manfaat, Saiful tak ingin ambil pusing. Sebab, dari awal pihaknya sudah memberi informasi bahwa pemerintah akan membantu dalam bentuk seragam. Selama bantuan itu belum turun, mereka masih bisa menggunakan seragam yang lama. “Sekolah sendiri tidak boleh mewajibkan siswanya untuk membeli seragam. Kalau orangtua tetap mau beli seragam ya silakan,” pungkas mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini. [tam]

Tags: