Bermimpi Dirikan Radio Sekolah yang Informatif dan Menarik

Indrajayanti Ratnaningsih SSi MPd

Indrajayanti Ratnaningsih SSi MPd
Garis tangan manusia berbeda – beda. Sebagai gambaran suratan takdir Allah SWT atas hamba-Nya pun berbeda-beda. Manusia boleh bercita – cita, namun Allah yang menentukannya. Seperti dialami Kepala SMP PGRI 1 Buduran, Sidoarjo, Indrajayanti Ratnaningsih SSi MPd ini.
Menjadi seorang guru bukanlah cita – cita awalnya. Sejak mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), wanita kelahiran Sidoarjo tahun 1990 ini mempunyai ketertarikan di dunia kepenyiaran. Bakat dan minat itu tidak bisa terlepas dari dirinya yang terus tumbuh kembang mengarungi samudra kehidupan.
Hingga akhirnya saat kuliah di Universitas Brawijaya Malang, Bu Yanti-sapaan akrabnya mendapatkan kesempatan mengembangkan bakat kepenyiaran, menjadi seorang penyiar radio swasta di Malang.
“Setelah lulus, saya sangat berniat bekerja di bidang broadcasting. Namun Allah berkehendak lain, saya harus menjadi guru. Maklum kedua orang tua adalah seorang pendidik,” kata Bu Yanti, Kamis (18/2) kemarin.
Lulusan S1 Biologi ini mengaku, niat tulus membahagiakan kedua orang tua, merupakan motivasi awalnya untuk menjadi guru. Dua tahun awal menjadi guru, ternyata menemukan keasyikan tersendiri. Hingga membuatnya semakin mantap untuk melanjutkan Pendidikan Pascasarjana di Universitas Negeri Surabaya.
Ibu dari dua anak ini menjelaskan, menjadi guru ternyata tidaklah membosankan, justru mendapatkan banyak ilmu berharga. Mulai dari memahami karakter para siswa, memahami permasalahan yang bisa terjadi di kehidupan siswa, yang mungkin selama ini tidak pernah dibayangkan dan dirasakan.
“Yang paling penting bisa update hal – hal baru, baik di lingkungan sekitar atau di media sosial, terutama di bidang pendidikan ataupun kehidupan remaja,” jelas guru IPA yang dilantik menjadi kepala sekolah sejak tanggal 3 Januari 2018.
Gebrakannya setelah menjadi kepala sekolah, diantaranya melibatkan para guru muda untuk menjadi staf para Waka/Kaur. Sehingga, guru junior dan senior bisa bersinergi. Terobosan yang lain melengkapi sarana prasarana sekolah dan memanfaatkan media sosial untuk promosi sekolah.
Bekerja di SMP PGRI 1 Buduran yang memiliki branding sekolah seni membuatnya harus berlatih kesenian, seperti karawitan dan kolintang. Bahkan, sempat mengikuti lomba kolintang nasional di Jakarta bersama rekan – rekan guru lain. Langkahnya semakin mantap mempertahankan ekstrakurikuler kesenian hingga sekarang.
“Terus kami kembangkan sebagai bekal peserta didik mengenalkan kebudayaan Indonesia ke kancah internasional. Diantaranya seni tradisi, seperti karawitan dan campursari, seni tari, angklung, kolintang, seni ketoprak dan lainnya,” terang S2 Pendidikan Sains Unesa.
Bu Yanti menegaskan, tidak mau ilmunya hanya terbatas mata pelajaran saja. Kini sedang mempelajari Bahasa Korea untuk menambah kemampuan berbahasa asing. ”Dengan berbekal ilmu kepenyiaran, saya masih ingin membuat radio sekolah yang bisa dijadikan radio remaja di Sidoarjo yang informatif dan menarik,” tandasnya. [ach]

Tags: