Besutan Jombang Telah Diakui Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Kepala Disdikbud Kabupaten Jombang, Agus Purnomo saat menerima salinan penetapan Besutan dan Riyaya Unduh-Unduh sebagai warisan budaya tak benda dari pemerintah pusat yang diserahkan oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa beberapa waktu lalu.

Jombang, Bhirawa
Besutan dari Kabupaten Jombang diketahui telah diakui oleh pemerintah pusat sebagai warisan budaya tak benda. Selain Besutan, satu khazanah budaya di Kabupaten Jombang lainnya yakni, Riyaya Unduh-Unduh Mojowarno juga telah diakui sebagai warisan budaya tak benda.

Salinan 2 warisan budaya tak benda dari Kabupaten Jombang ini diserahkan oleh Gunernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Agus Purnomo di Banyuwangi pada tanggal 14 November 2020 kemarin.

Plt Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Disdikbud Kabupaten Jombang, Anom Antono mengungkapkan, pada tahun 2019 kemarin, Disdikbud Kabupaten Jombang sudah mempresentasikan beberapa khazanah budaya dari Kabupaten Jombang kepada pemerintah pusat, antara lain yakni, Riyaya Unduh-Unduh dan Besutan.

“Kemarin kita mendaftarkan 2, pertama Riyaya Unduh-Unduh, dan yang kedua adalah Besutan,” kata Anom Antono, Selasa (17/11).

Setelah Besutan dan Riyaya Unduh-Unduh diakui sebagai warisan budaya tak benda, lanjut Anom Antono, ke depan, pihaknya akan mengusulkan 2 khazanah budaya Kabupaten Jombang lagi kepada pemerintah pusat agar diakui sebagai warisan budaya tak benda. Kedua item tersebut yakni, Kentrung Jatimenok yang ada di Desa Rejoso Pinggir, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang dan Kungkum Sinden, kegiatan budaya yang biasanya dilaksanakan rutin di Sendang Made yang berada di Desa Made, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang.

“Ketika kita mengusulkan itu harus didampingi dengan kajian-kajian ilmiah. Kentrung Jatimenok sampai sekarang masih eksis, kita butuh upaya-upaya pelestarian karya-karya Mbah Badri (pemilik Kentrung Jatimenok). Kebetulan ada mahasiswa dari Universitas Sunan Ampel yang sudah mencatat tentang pengembangan Islam melalui kentrung ini,” papar Anom Antono.

Sementara terkait Kungkum Sinden yang berupa upacara adat, Anom Antono juga mengatakan, sudah ada penulisan skripsi terkait Kungkum Sinden ini yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).(rif)

Tags: