BI Minta Pemerintah Perbaiki Perekonomian Jelang MEA

17-MEA-2015Surabaya, Bhirawa
Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah IV Jawa Timur meminta pemerintah segera mempercepat upayanya memperbaiki beberapa faktor penunjang peningkatan perekonomian menjelang diberlakukannya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Deputi Kepala Perwakilan Wilayah IV Bank Indonesia (BI) Soekowardojo menyatakan, secara umum kerja sama perdagangan dengan seluruh negara anggota ASEAN yakni MEA 2015 memang tidak harus ditakuti. Oleh sebab itu, ada beberapa catatan bagi pemerintahan baru saat ini. “Misal, di sektor perdagangan. Hal itu dikarenakan daya saing Indonesia masih rendah dibanding negara ASEAN lainnya,” ujarnya, ditemui di Surabaya, Selasa (11/11).
Di sektor perdagangan, ungkap dia, peringkat Indonesia masih menempati di posisi 34. Jumlah tersebut kalah dengan Singapura yang menempati posisi kedua. Kemudian, Amerika Serikat berada di peringkat ketiga dan Jepang di nomor enam. “Lalu di sektor jasa, kami menilai daya saing transportasi, kesehatan dan turis juga masih sangat rendah,” tuturnya.
Ia mencontohkan, secara keseluruhan maskapai penerbangan Indonesia memang sudah cukup banyak. Akan tetapi jika dilihat dari sisi armada yang beroperasional justru jumlahnya masih terbatas. “Selain itu, sampai sekarang belum ada bandara internasional di Indonesia yang sudah memiliki klasifikasi bintang,” ucapnya.
Kemudian, tambah dia, dari sisi kualitas kesehatan yang sudah cukup baik hanya terlihat di kota besar. Bahkan, mutu pelayanan kesehatan itu baru bisa dirasakan dengan harga yang sangat mahal. “Berbeda dengan layanan kesehatan di daerah. Sementara, dari aspek tenaga kerja dan infrastruktur kesehatan juga sangat disayangkan kualitasnya masih rendah,” tukasnya.
Di sisi lain, sebut dia, untuk sektor pariwisata, tingkat kunjungan wisatawan asingpun bisa dikatakan minim. Hal itu disebabkan pengelolaan daerah tujuan wisata kurang dilakukan dengan manajemen profesional. “Apalagi, pengembangan daerah wisata baru terbatas dan promosi juga kurang agresif,” tambahnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, hal yang perlu diperhatikan adalah berkaitan dengan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM). Dari seluruh negara anggota ASEAN, kini produktivitas tenaga kerja Indonesia nisbi rendah. Penyebabnya, terutama rendahnya peningkatan kualitas pengembangan dan pendidikan SDM. “Kalau dari ketersediaan infrastruktur di Indonesia, memang menunjukkan perbaikan walaupun masih berada di bawah rata-rata,” katanya.
Ia mengemukakan pada tahun 2013-2014 rangking Indonesia berada di posisi 82 dengan skor 4,0. Pencapaian ini lebih baik dibanding tahun 2013 di peringkat 92 dengan nilai 3,7. Tapi dibandingkan negara kawasan, Indonesia hanya lebih baik dari Filipina. “Termasuk untuk akses internet, kecepatan internet di Indonesia menduduki tiga terendah di ASEAN,” pungkasnya. [ant.ali]

Tags: