BKPPP Ajak Petani Kembangkan Agribisnis Kedelai

Kepala BKPPP Kabupaten Situbondo Ir. H Budi Priono M.Si, didampingi Kabid Kajian dan SDM, Ir. Wiwik Mulyaningsih M.Si pada acara ‘Temu Usaha Prospek Pengembangan Agribisnis Kedelai’ di gedung BPP Panarukan, kemarin. [sawawi]

Kepala BKPPP Kabupaten Situbondo Ir. H Budi Priono M.Si, didampingi Kabid Kajian dan SDM, Ir. Wiwik Mulyaningsih M.Si pada acara ‘Temu Usaha Prospek Pengembangan Agribisnis Kedelai’ di gedung BPP Panarukan, kemarin. [sawawi]

Situbondo, Bhirawa
Kurangnya stock kebutuhan bahan baku tahu tempe di Kabupaten Situbondo, mulai dilirik serius Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) untuk menggarap pengembangan sektor aribisnis kedelai dalam waktu dekat ini.
Bukti atensi tersebut ditunjukkan BKPPP Kabupaten Situbondo dengan mengajak petani dan pengusaha kedelai untuk menguatkan kapasitas agribisnis kedelai di Kabupaten Situbondo. Kerjasama ini diwadahi dalam acara kegiatan Temu Usaha dengan tema ‘Prospek Pengembangan Agribisnis Kedelai’ di gedung BPP Panarukan, pagi kemarin (21/4).
Menurut Budi Priono, komoditas kedelai saat ini kian dibutuhkan dalam rangka untuk kebutuhan tempe tahu di Kabupaten Situbondo. Apalagi, ujar mantan Kepala Dinas Pertanian itu, Situbondo memiliki potensi yang cukup luas dan memiliki prospek pemasaran yang luas. Budi mengakui, selama ini kekurangan komoditas itu membuat pengusaha tempe dan tahu mengambil kedelai dari luar Situbondo.”Salah satu kendalanya adalah petani masih enggan menanam kedelai. Padahal dahulu, petani kedelai cukup besar di Situbondo,” terang Budi Priono.
Potensi tanaman kedelai di Kota Santri memiliki prospek cerah karena ada mitra untuk diajak berembuk dan siap menampung pemasaran kedelai tersebut. Para pengusaha tersebut, aku Budi Priono, bisa bermitra dengan memberikan bantuan benih dan cara bercocok tanam yang bagus.
“Termasuk pemasaran produk panen kedelainya juga siap dibantu. Ini yang harus digarap secara bersama-sama oleh berbagai petani di Situbondo,” papar Budi Priono, dengan didampingi Kabid Kajian dan SDM, Wiwik Mulyaningsih.
Saat ini juga, lanjut Budi, para mitra bisa membeli harga kedelai petani sebesar Rp 10.000/kg-nya. Selain itu, urai Budi, lahan tanaman di Situbondo punya potensi besar yakni panen 2 ton per hektar. Prospek lainnya, ungkap Budi, kedelai sangat menjanjikan karena tidak memerlukan waktu yang lama, karena hanya 2,5 bulan sudah bisa panen.
“Untuk itu, kami mengajak petani untuk mulai lagi menanam kedelai seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Selama ini luas lahan yang dibuat untuk menama komoditas kedelai berkisar 10-15 hektar pertahun. Padahal, itu kan jauh dari kebutuhan yang kita butuhkan,” kupas Budi.
Kata Budi, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumi tempe dan tahu setiap harinya tidak pernah turun. Untuk mencukupi kebutuhan itu, sambung Budi, para pengusaha tahu tempe harus membeli dari luar Situbondo. “saya sengaja mengundang petani dan pengusaha tempe dan tahu serta para penyuluh, agar serius tertarik lagi menanam kedelai lagi,” ujar Budi.
Salah satu pembicara dari mitra PT Unilever, Purnomo, mengatakan, sejak lama ia berkomitmen dan serius menekuni usaha menanam kedelai di wilayah Kabupaten Banyuwangi, sudah mampu menjadi andalan penyuplai kebutuhan bahan pokok tempe dan tahu di lokal Banyuwangi dan luar Banyuwangi.
Bahkan, kata Purnomo, kini usaha dirinya sudah mampu menjadi cadangan benih pembibitan di lahan wilayah Kabupaten Banyuwangi dan sekitarnya. “Saya menanam kedelai dengan jenis Baluran dan Anjasmoro. Alhamdulillah kini semakin berkembang pesat,” pungkas Purnomo. [awi]

Tags: