Temukan Akseptor Vasektomi di Warkop Mojokerto

Moh Ali Imron Kepala BKBPP Kota Mojokerto diantara warga dalam sosialisasi program KB.

Moh Ali Imron Kepala BKBPP Kota Mojokerto diantara warga dalam sosialisasi program KB.

Sosialisasi Unik Program KB
Mojokerto, Bhirawa
Konsep melayani masyarakat model blusukan yang belakangan ngetrend dikalangan pejabat pusat, kini diadopsi pejabat daerah. Sosialisasi program pemerintah dengan model blusukan ternyata efektif karena langsung menyentuh masyarakat. Seperti yang dilakukan M Ali Imron, Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan  (BKBPP) Kota Mojokerto ini.
Siang kemarin, situasi warung kopi milik Madekan, dikawasan Kawasan Kedung Kwali gang 9, Kecamatan Prajurit Kulon,  Kota Mojokerto terlihat berbeda dari biasanya. Empat bangku panjang berukuran satu setengah meteran yang mengelilingi meja penjual tampak penuh terisi. Didominasi pria dewasa, yang mengenakan  aneka pakaian tidak resmi.
Ditengah-tengah mereka, terlihat seorang pria berpostur subur tengah bercerita. Dia terlihat mendominasi pembicaraan di warung yang menjual kopi dan aneka gorengan itu. Pria yang kemarin mengenakan kemeja batik khas kota Mojokerto ini adalah Moh Ali Imron, Kepala BKBPP Kota Mojokerto.
“Hampir setiap pagi saya ngopi begini. Lokasinya pindah-pindah. Setiap ngopi selalu saya selipkan program pemerintah. Saya menemukan pria yang mau ikut vasektomi juga lewat ngopi begini,” urai pria yang mengawali karirnya dari bawah ini.
Kadang tidak hanya persoalan KB yang menjadi bahan obralan. Seluruh uneg-uneg warga sering terungkap dalam obrolan warung kopi itu. “Karena tupoksi saya bidang KB. Ya saya komunikasinya seputar itu,” tambah pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) ini.
Persoalan KB yang belakangan membuat Imron prihatin diantaranya adalah tingginya angka perkawinan dini, dibawah usia 16 tahun. Sepanjang
Tahun 2015 kemarin, Imron mencatat ada 48 pasangan remaja melakoni perkawinan dini. “Saya prihatin, angka perkawinan  dini masih tinggi. Banyak efek sosial lain yang bisa muncul akibat pernikahan usia dini,” tambahnya yang juga didengar puluhan warga di warung kopi.
M Ali Imron awalnya mengaku kaget dengan angka tersebut. Dia sebelumnya tak menyangka perkawinan dini di kota cukup tinggi.  Dia menaksir penyebab tren tersebut dikarenakan alasan suka sama suka. “Lewat komunikasi ngopi seperti ini efektif. Karena langsung diterima masyarakat, seperti ini ada orang tua, remaja juga sering iku ngopi,” imbuhnya.
Forum ngopi yang ajeg dilakukan Moh Ali Imron sekilas memang efektif. Dialog dan suasananya sangat cair. Warga terlihat merasa tidak ada sekat dalam menyampaikan usulan maupun koreksi atas kebijakan pemerintah.
“Sebenarnyamasyarakat itu pingin didengar. Dan bisa memberikan masukan kepada pemerintah secara informal. Model ngopi seperti ini contohnya,” lontar Choiron warga Kedung Kwali yang mengaku sering nimbrung disetiap kegiatan ngopi. [kar]

Tags: