BPBD Jatim Optimalkan Peranan Desa Tangguh Bencana

Suban Wahyudiono

Surabaya, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim terus mengoptimalkan peranan Desa Tangguh Bencana. Mengingat dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur terdapat 29 Kabupaten/Kota yang rentan terjadi bencana alam. Mulai dari banjir, tanah longsor, tsunami dan kekeringan.
Berbagai antisipasi terus dilakukan BPBD Jatim, salah satunya dengan membuat Desa Tangguh Bencana. Sebab, di Jatim terdapat 22 Kabupaten/Kota yang rawan bencana banjir, 8 Kabupaten/Kota rawan bencana tsunami, 13 Kabupaten/Kota rawan bencana tanah longsor dan 23 Kabupaten/Kota rawan bencana kekeringan.
“Sampai saat ini (2019, red) ada 381 Desa Tangguh Bencana di Jatim. Tujuannya mengedukasi dan menginformasikan kepada masyarakat bahwa ‘Ini lho ancaman bencana di dekatmu’, sehingga masyarakat tahu dan mandiri dalam mencari tempat aman atau mengungsi,” kata Kepala BPBD Jatim, Suban Wahyudiono kepada Bhirawa, Minggu (7/4).
Suban menjelaskan, dari 8.501 Desa dan Kelurahan di Jatim, sebanyak 2.752 masuk kategori rawan bencana. Dirincikannya, sebanyak 156 Desa yang menyebar di 8 Kabupaten/Kota di Jatim maupun wilayah Selatan, masuk kategori rawan bencana tsunami. Seperti di Banyuwangi terdapat 46 Desa rawan tsunami, di Pacitan ada 24 Desa rawan tsunami, Trenggalek ada 15 Desa.
“Jadi ada sebanyak 156 desa di sepanjang Pantai Selatan yang masuk kategori rawan bencana tsunami,” jelasnya. Pihaknya mencontohkan Desa Tangguh Bencana di Pacitan, dimana masyarakatnya sudah pintar dan dapat meprediksi kapan bencana banjir akan datang. Sehingga masyarakat sudah tahu dan sudah mengungsi ke tempat yang aman.
Jadi masyarakatnya tidak tergantung dari petugas, dan diajari untuk mengungsi dimana, menyiapkan jalur evakuasi serta dibuatkan titik kumpul yang paling tinggi dan aman dimana.
“Kalau terjadi banjir, nanti ibu-ibu PKK dijadikan dapur umum, dan remaja masjid maupun karang taruna dijadikan tim evakuasi anak-anak dan ornag tua. Jadi bisa cepat tertangani di titik kumpul yang aman (tempat pengungsian),” ungkapnya.
Nantinya, sambung Suban, peran Luran maupun Kepala Desa sebagai pemegang komando pada Desa Tangguh Bencana. Kenapa ada Desa Tangguh Bencana, Suban membeberkan, ada kajian yang menyebutkan bahwa orang yang selamat dari bencana dengan durasi waktu bencana. Yaitu, 35% tergantung dari kemampuan dan keterampilannya sendiri ; 32% dari keluarga ; 28% dari tetangga dan 2% dari regu penolong.
Masih kata Suban, sekarang ini pihaknya mengencarkan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat tentang mitigasi bencana.
“Nantinya masyarakat akan mengetahui kalau ada banjir saya akan mengungsi dan berkemas-kemas. Dan juga menyiapkan tas siaga untuk barang berharga, seperti dokumen dan surat-surat penting,” bebernya.
Suban menambahkan, untuk wilayah maupun daerah rawan bencana longsor terdapat di 13 Kabupaten/Kota di Jatim serta 515 Desa dan Kelurahan. Yaitu, Magetan, Nganjuk, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek dan Lumajang. Dan 22 Kabupaten serta 1.456 Desa dan Kelurahan rawan bencana banjir di Jatim.
Sedangkan bencana banjir bandang terdapat di 157 desa di Jatim. Kekeringan ada 23 Kabupaten dan 171 Kecamatan serta 566 desa di Jatim. Bencana gunung api terdapat di 230 Desa di Jatim.
“Kalau untuk gempa bumi, semuanya menyeluruh karena zona merah. Dan semuanya itu masuk dalam kategori rawan tinggi bencana,” pungkasnya. [bed]

Tags: