Cerita Anak Papua yang Menempuh Pendidikan di Nganjuk

Siswa SMKN 1 Nganjuk, Mison Jikua bersama Sugeng pelatih pencak silat di perguruan silat PSHT Nganjuk. [Ristika]

Sedih Saat Diminta Pulang Kampung karena di Nganjuk Merasa Aman dan Nyaman
Kabupaten Nganjuk, Bhirawa
“Saya tidak bisa tidur nyenyak saat mama menelepon dan menyuruh saya pulang ke kampung halaman di Papua, gara-gara ada kerusuhan di Surabaya dan Malang. Padahal saya sangat suka tinggal di Nganjuk. Disini aman. Saya disini juga banyak saudara baru,”.
Itulah kalimat yang terucap dari bibir Mison Jikua, siswa SMKN 1 Nganjuk, yang telah dua tahun menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMKN 1 Nganjuk. Perasaan sedih saat ditelepon orang tuanya supaya pulang ke Papua, muncul karena Mison masih kerasan di Nganjuk.
Selain itu, masa pendidikan yang dia jalani juga belum rampung karena Mison saat ini baru kelas dua semester pertama. “Orang tua saya menyuruh saya pulang karena khawatir keselamatan saya. Padahal di Nganjuk sini aman-aman saja,” kata Mison sambil mengusap air matanya.
Meninggalkan tempat kelahiran dan merantau jauh sekitar 5.000 km lebih menuju Kota Angin Nganjuk adalah keputusan besar buat Mison Jikua. Tapi, bagi Mison Jikua dan sembilan temannya dari Papua, tidak ada pilihan lain selain merantau jauh demi mendapat pendidikan terbaik.
Dalam beberapa tahun terakhir, Mison tinggal di asrama yang disediakan di SMKN 1 Nganjuk. Pahit manis tinggal di Kota Angin sudah dia rasakan. Banyak kisah menarik yang dialami anak-anak Papua yang merantau di Kota Angin Nganjuk.
Menurut Mison, remaja kelahiran 5 September 2003 silam, masyarakat Nganjuk sangat ramah, apalagi Mison juga mengikuti latihan beladiri pencak silat di Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Selama mengikuti latihan pencak silat, Mison mengaku saudaranya bertambah sehingga tidak terasa hidup jauh dari keluarganya. “Keluarga saya tinggal di Desa Tari, Kecamatan Kelila, Kabupaten Mamberamo Tengah. Tetapi saya disini telah menemukan saudara dan keluarga baru,” tutur Mison.
Diakui Mison, dia merasa kerasan tinggal dan menempuh pendidikan di SMKN 1 Nganjuk. Tidak ada perbedaan dalam bergaul dengan teman-teman sekolah maupun diluar sekolah. Mison merasa nyaman saat jalan-jalan menikmati waktu disela-sela kesibukan belajarnya.
Mison ingin menempuh dan menyelesaikan pendidikannya di SMKN 1 Nganjuk, setelah itu dia juga berkeinginan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di Jawa. Mison bercita-cita ingin membangun dan memajukan tanah kelahirannya Papua kelak setelah dirinya merampungkan tugas belajarnya di tanah Jawa.
Mison juga ingin mendapatkan pendidikan yang baik sama seperti saudara-saudara barunya di Jawa. “Saya masih ingin menyelesaikan pendidikan di Jawa. Saya ingin pulang jika saya sudah selesai kuliah,” ujar Mison menggambarkan angan-angannya.
Kemudian Mison juga menceritakan ketertarikan dirinya dengan seni beladiri pencak silat PSHT. Karena di perguruan pencak silat PSHT tidak hanya diajarkan cara membela diri dan bertarung saja. Tetapi, satu pelajaran penting menurut Mison yang dia dapat saat mengikuti latihan beladiri PSHT, adalah rasa persaudaraan sesama anggota PSHT yang tidak memandang suku, agama dan ras. Sehingga Mison selama berada di Nganjuk merasa aman tidak ada ancaman maupun intimidasi dari manapun.
“Saya bahagia saat berada di tengah-tengah saudara saya di PSHT. Mereka tidak memandang warna kulit saya. Tidak membedakan saya, tidak merendahkan saya. Karena itu saya merasa nyaman di Nganjuk,” aku Mison Jikua.
Soal makanan, Mison sangat sangat menyukai nasi pecel dan makanan ringan gorengan ote-ote. Saking senangnya dengan makanan itu dia hampir setiap hari menyantap dua makanan rakyat tersebut. Karena itu, Mison berharap pemerintah provinsi Papua tidak memerintahkan dirinya untuk pulang ke Papua. Karena dia ingin menuntaskan pendidikan di SMKN 1 Nganjuk pada jurusan teknik kendaraan ringan. [Ristika]

Tags: