Dinkes Kabupaten Sidoarjo Temukan 3.127 Penderita TBC

(Terbanyak Setelah Surabaya dan Jember )

Sidoarjo, Bhirawa
Masyarakat di Kab Sidoarjo diajak untuk memanfaatkan pengobatan gratis bagi penderita TBC (Tubercolosis) yang diberikan secara gratis oleh Pemerintah. Gencarnya ajakan ini, karena di Kab Sidoarjo pada tahun 2018 lalu, ditemukan ada sebanyak 3.127 penderita TBC.
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, di Prov Jawa Timur jumlah penderita TBC di Kab Sidoarjo berada di posisi ketiga, setelah Surabaya dan Jember.
Menurut Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kab Sidoarjo, Sri Yuliwati SKM, penderita penyakit TBC selama ini adalah yang tercatat saja. Padahal masih banyak penderita TBC yang tidak tercatat berada di sekitar kita.
“Mereka itu yang biasanya pengobatannya dibawa ke dukun atau mengkonsumsi produk herbal, tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit,” jelas Yuli, Kamis (4/4) kemarin.
Dijelaskan Yuli, masyarakat di Kab Sidoarjo disarankan agar memanfaatkan pengobatan TBC di 26 Puskesmas yang ada di Kab Sidoarjo dan di 10 RSU dan Rumah sakit swasta. Bahkan di dua Lapas dan satu Rutan di Sidoarjo yang ada, juga bisa memberikan layanan pengobatan penyakit TBC.
Yuli mengatakan penyebab penyakit TBC adalah karena kuman, bukan karena kutukan. Tanda-tanda penyakit ini diantaranya, mengalami batuk selama dua minggu tak sembuh-sembuh, badan meriang, yeri dada dan berat badan semakin kurus.
Di Kab Sidoarjo menurut Yuli, para penderita TBC selain bisa dilayani di Puskesmas dan RSU dengan harus minum obat rutin selama enam bulan. Di Sidoarjo, kata Yuli, juga sudah punya empat alat yang bisa mendeteksi penyakit TBC dengan cepat. Sehingga penderita bisa cepat diobati dan disembuhkan.
“Penyakit TBC bila tak segera ditangani, estimasinya bisa menular pada 10 sampai 15 orang lainnya, maka itu mata rantainya harus segera diputus,” kata Yuli.
Penderita penyakit TBC ini, kata Yuli, biasanya mayoritas dari kalangan ekonomi menengah kebawah. Penyakit ini rentan terjadi pada daerah-daerah yang padat penduduk seperti Kab Sidoarjo, yang termasuk wilayah urban.
Menurut Yuli, di dunia yang jumlah penduduknya padat, banyak menderita TBC. Seperti negara India rangking satu, negara Tiongkok rangking dua dan Indonesia rangking tiga. Bahkan Prov Jatim sendiri berada di rangking dua setelah Prov Jawa Barat.
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit TBC, dikatakan oleh Kasi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Sidoarjo, Endang Sawitri BSc, masyarakat harus melakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).
Diantaranya seperti menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya, menjaga rumah agar tidak lembab, cukup udara dan cukup cahaya, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir untuk membunuh kuman TBC.
Menurut Endang, semua orang rawan tertular penyakit TBC. Karena kuman TBC ada dimana-mana. Namun apabila daya tahan tubuh kita kuat dan sehat, maka kuman TBC tidak bisa mampu masuk ke tubuh kita.
“Penyakit TBC bisa dicegah, asal daya tahan tubuh kita kuat, maka kita harus lakukan perilaku hidup sehat,” kata Endang.
Di Puskesmas Barengkrajan Kec Krian, kata Endang, saat ini ada inovasi dalam penanganan penyakit TBC. Inovasi tersebut diberi nama I CARE, kepanjangan dari Inovasi Cepat Ramah Empati. Tujuannya agar bisa cepat, ramah dan empati dalam penanganan pasien penderita TBC.
Menurut data yang didapat Endang, sebelum inovasi ini dijalankan, di Puskesmas itu setahun hanya bisa mendeteksi sekitar 100 pasien yang terduga mengalami TBC. Namun setelah inovasi tersebut diterapkan, bisa mendeteksi sampai sekitar dua ratus orang yang diduga mengalami TBC.
“Penyakit TBC ini ibarat gunung es, dari jumlah yang kita temukan, sebenarnya bisa jadi ada penderita lain lagi. Dengan cepat ditemukan, maka kita bisa cepat pula dalam mencegah dan mengobati mereka,” kata Endang. (kus)

Tags: