DKPP Kab.Probolinggo Deadline Gudang Tembakau April

Petani tembakau Paiton mulai tanam namun galau kuatir tidak terbeli.

Probolinggo, Bhirawa
Menjelang masa tanam tembakau tahun 2017. Pengelola gudang tembakau di Kabupaten Probolinggo hingga saat ini, tak kunjung melaporkan kuota kebutuhan tembakau mereka. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo meradang dan memberi deadline bulan April mendatang untuk menyetorkan berapa kuota kebutuhan tembakau mereka.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo, Ahmad Hasyim Ashari, Senin (27/2) mengatakan, setelah pihaknya melayangkan surat pemberitahuan terkait berapa jumlah kebutuhan tembakau yang dibutuhkan oleh para pengelola gudang milik pabrikan rokok itu. Namun sepekan setelah surat itu dilayangkan belum juga ada respon dari para pemilik gudang tersebut.
“Karena belum adanya kuota kebutuhan dari pihak gudang, maka kami kesulitan untuk menentukan berapa luasan lahan tanam tembakau yang akan ditanami pada musim tanam tembakau tahun ini, meski sebenarnya belum ada surat edaran dari pemprov, tapi kami ingin secepatnya mengetahui berapa perkiraan antara kebutuhan dan lahan tanam nantinya yang akan berproduksi,” paparnya.
Dia menyebut jika hingga deadline pada bula April nanti pihak gudang tak kunjung menyetorkan berapa kuota yang dibutuhkan oleh mereka. maka pihaknya akan mematok jumlah areal tanam tahun lalu sebagai acuan lahan tanam tahun 2017 ini, yakni seluas sekitar 10 ribu hektar,
“Tentu kami berharap agar luas lahan tanam tembakau tahun ini susut atau berkurang, karena ini demi stabilitas harga tembakau yang kompetitif dan tetap tinggi dipasaran, dengan begitu petani yang diuntungkan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia) Kabupaten Probolinggo, Mudzakir memprediksi hasil panen tembakau dari para petani tembakau di Kabupaten Probolinggo tidak akan terlalu bagus.
Sebab, selama musim kemarau mendatang diyakininya hujan akan tetap turun. “Tanaman tembakau, sangat sensitif dengan hujan, karena apabila terlalu sering diguyur hujan daun tembakau akan rusak dan kualitasnya jauh menurun,” ujarnya.
Dia menyebut pada musim tanam kali ini yang berbarengan dengan adanya cuaca ekstrim, akan sering terjadi hujan, hal ini tak akan jauh berbeda dengan musim tanam tembakau pada tahun kemarin.
“Maka dari itu kita menginginkan meski secara kualitas tembakaunya menurun, namun kami menginginkan harganya masih bersaing dipasaran,”tandasnya.
Seperti yang dirasakan sejumlah petani di Desa Sokaan Kecamatan Krejengan. Sejak panen pertama hingga memasuki panen kedua tahun 2016 kemarin, harga tembakau paling mahal hanya dihargai Rp. 25.000 per kilogram. “Bahkan ada yang hanya dihargai lima belas ribu rupiah,  sehingga rugi besar,  ungkapnya
Kisaran harga itu tidak cukup menutupi biaya tanam yang mencapai Rp. 10 juta per hektar. Padahal kualitas daun tembakau lebih bagus dibandingkan tahun – tahun sebelumnya.
Keresahan petani bertambah dengan wacana kenaikan harga rokok dikisaran Rp. 50 ribu. Tidak hanya menolak, petani juga geram karena harga rokok tidak sebanding dengan harga jual tembakau.
Idealnya, harga tembakau minimal Rp. 50 ribu per kilogram. Jika harga jual tembakau setara dengan harga beli rokok, maka petani tidak keberatan harga rokok melonjak menjadi Rp. 50 ribu per bungkus.
“Kalau harganya sama dengan harga tembakau rajangan ya tidak apa-apa harga rokoknya juga naik. Tapi yang santer diberitakan, yang naik bukan harga tembakaunya tapi pajak atau cukainya,” tandasnya.
Petani menuding, wacana kenaikan harga rokok hanya ulah spekulan dan pabrik rokok yang ingin mengeruk keuntungan berlipat. Kabupaten Probolinggo selama ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil tembakau terbesar di tanah air dengan hasil produksi sekitar 12.900 ton per tahun dari 10.774 hektar lahan, tambah Mudzakir. [Wap]

Tags: