Gandeng PT, Dinas ESDM Jatim Optimalkan Pengembangan EBT

Kukuh Sudjatmiko Kabid Energi pada Dinas ESDM Pemprov Jatim (berseragam) bersama nara sumber lain saat Singkrunisasi Fasilitasi Penyelenggaraan Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) yabg digelar oleh Bakorwil Jember, Senin (3/9/2018)

Jember Bhirawa
Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur optimalkan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) diwilayah Jawa Timur. Ini merupakan langkah alternatif pemenuhan kebutuhan energi listrik dan bio gas diwilayah terpencil dengan memanfaatkan potensi energi yang ada disekitarnya.
Menurut Kukuh Sudjatmiko Kabid Energi pada Dinas ESDM Pemprov Jatim, potensi Jawa Timur dalam pengembangan EBT sangat menjanjikan. Karena didukung oleh topografi yang memadai (hutan dan perkebunan) serta masyarakatnya yang petani dan peternak.” Potensi Jawa Timur sangat mendukung untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Bio gas. Ini untuk memenuhi kebutuhan energi listrik wilayah yang sulit terjangkau (terpencil). Sedang bio gas memanfaatkan kotoran ternak kambing dan sapi,” ujar Kukuh saat rapat Singkronisasi dan Fasilitasi Penyelenggaraan Pengembangan EBT yang digelar oleh Bakorwil Jember, Senin (4/9/2018).
Oleh karena itu, untuk pengembangan EBT di Jawa Timur khusunya Jawa Timur bagian timur, Dinas ESDM Pemprov Jawa Timur akan menggandeng Perguruan Tinggi (PT) dalam pengembagan teknologinya.” Kami menggandeng Politeknik NegeriJember untuk mendukung teknologinya (Iptek) dalam pengembangan EBT di Jawa Timur. Bagaimana masyarakat menikmati EBT dengan memanfaatkan lingkungan sekitar tanpa harus merusak lingkungan,” tandasnya.
Berdasarkan data, sejak 2019-2014 Dinas ESDM Pemprov Jatim telah membagun 7 PLTMH yang tersebar di 7 kabupaten. Yakni Kab. Lumajang dengan potensi Kw 23,6 dan sudah terpasang 6 Kw untuk 86 KK, Pacitan dengan potensi 20 Kw dan sudah terpasang 20 Kw untuk 90 KK, Nganjuk dengan potensi 13 Kw dan sudah terpasang 13 Kw untuk 56 Kk, Probolinggo dengan potensi 40 Kw dan sudah terpasang 40 Kw untuk 350 KK,Madiun dengan potensi 62 Kw yang sudah terpasang 62 Kw untuk 72 KK, Trenggalek 32 Kw yang sudah terpasang 22 Kw untuk 80 KK, dan Banyuwangi dengan potensi 60 Kw dan sudah terpasang 60 Kw untuk 180 KK.
Sedang untuk biogas yang sudah dibangun oleh Dinas ESDM Pemprov Jawa Timur sejak 2010-2015 sebanyak 330 titik yang tersebar di seluruh kabupaten di Jawa Timur.” Ini akan kita kembangkan, agar masyarakat dapat menikmati biogas tanpa merusak hutan untuk kayu bakar,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Yuli Hananato dosen Tekhnik Energi Terbarukan mengaku bahwa upaya Dinas ESDM Pemprov Jatim untuk mengembangkan EBT dinilai sangat strategis. Karena potensi Jawa Timur sangat memungkinkan untuk dikembangkan PLTMH dan Biogas.” Kalau energi listrik di Jawa Timur saat ini masih surplus. Karena JawaTimur ada dua Pembangkit listrik yakni di Tuban dan Probolinggo. Cuman pembangkit kita menggunakan bahan dasar fosil (batu bara). Kita tahu ketersediaan fosil ini semakin lama semakin menipis, dan pemerintah sudah saatnya mengoptimalkan EBT sebagai langkah alternatif. Sehingga disaat ketersedian fosil habis, pemerintah tidak kaget, karena teknologinya sudah siap,” ujar Yuli.
Begitu pula dengan migas. Menurut Yuli, Indonesia bukan lagi negara pengeskpor minyak (OPEC), tapi negara pengimpor minyak (OPIC). Karena kondisi cadangan minyak nasional tidak cukup memenuhi kehutuhan masyarakat.” Pengoptimalan EBT harus kita dorong untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi. Langkah ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju termasuk Arab Saudi yang menyadari lambat laun ketersediaan minyaknya semakin hari semakin akan habis,” katanya.
Pengembangan EBT ini dibutuhkan koordinasi antar wikayah. Sehingga upaya Dinas ESDM untuk mengembangkan EBT berjalan optimal.” Kalau akademisi hanya merekomendasi saja, yang penting koordinasi antar daerah sangat dibutuhkan,” tandas Yuli kemarin.
Heri Nur Handoyo Ketua Kelompok Wanawiyata Widyakarya pengelola PLTMH dan Biogas asal Desa Burno Kec. Senduro Lumajang mengaku pengembangan PLTMH dan Biogas sangat efektif dilakukan. Karena manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat hutan tanpa harus merusak hutan disekitarnya.” Mereka dapat merasakan listrik hasil PLTMH. Meski Kw masih kecil, 86 KK sudah menikmatinya. Termasuk biogas, mereka sudah merasakan biogas dari olahan kotoran ternak mereka. Meskipun kapasitasnya 3 jam (dengan bahan baku kotoran kambing 6 m3), mereka bisa merasakan manfaatnya dan hutan tetap terjaga kelestariannya,”ujar Heri kepada Bhirawa kemarin.
Oleh karenanya, Heri berharap, pengembangan EBT di Kab. Lumajang terus dikembangkan, karena di Kec. Senduro banyak bahan baku biogas (kotoran ternak kambing dan sapi) yang tidak termanfaatkan.” Kami sudah melakukan koordinasi dengan instansi terkait agar penegmbangan EBT di Kabupaten Lumajang untuk terus dikembangkan,” pintanya.
Sementara, Kepala Bakorwil Jember R.Tjahjo Widodo mengatakan, bahwa konservasi energi bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja, tapi pengusaha dan seluruh lapisan masyarakat.
“Konservasi energi memiliki peran strategis, karena sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah dan menjadi tanggung jawab bersama. Untuk itu, diperlukan rumusan arah kebijakan daerah dan menjadi taanggung jawab bersama berupa kebijakan, strategis dan program konservasi energi guna mendukung ketahanan energi,” ujarnya Thahjo kemarin.
Jawa Timur memiliki pertumbuhan ekonomi diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Ini akan berpengaruh pada kebutuhan energi yang cukup besar. “Sehingga diperlukan upaya yang sistemis, terencana dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri dengan memanfaatkan semua sektor secara konprehensip dan representative agar dapat diimplementasikan pada tataran nasional,” pungkasnya.(efi)

Tags: