Gubes UK Petra Teliti Daur Ulang Limbah PLTU, Fly Ash

Prof Antony menunjukkan abu terbang limbah PLTU yang akan didaur ulang.

Surabaya, Bhirawa
Guru Besar (Gubes) Universitas Kristen (UK) Petra, Prof Antoni ST MEng PhD teliti daur ulang abu terbang atau Fly Ash, yang merupakan limbah dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sangat banyak beroperasi di Indonesia.
Menurut Prof Antoni, jika limbah PLTU itu dibuang dan dibiarkam menumpuk, limbah itu akan menyebabkam pencemaran lingkungan secara masif. Secara detail, Prof Antony menjelaskan, sebagai gambaran, di tahun 2021 saja jumlah limbah fly ash yang dihasilkan di Indonesia berjumlah tidak kurang dari 8,7 juta ton per tahun, yang berhasil di daur ulang hanya lebih kurang 10% saja.
“Semula memang fly ash dikategorikan sebagai material B3, namun sesuai dengan PP Nomor 22 tahun 2021, fly ash tidak lagi dikategorikan sebagai limbah berbahaya. Maka saya meneliti lebih jauh bagaimana caranya mendaur ulang Fly Ash ini, agar bisa menjadi bahan baku beton yang berkualitas dengan mengurangi bahan semennya,” jelas Prof Antoni yang akan dikukuhkan UK Petra pada 11 Maret mendatang.
Dalam pengukuhannya sebagai Gubes dalam Bidang Ilmu Teknik Sipil di UK Petra, Prof Antoni berorasi tentang Potensi Abu Terbang Sebagai Material Sementisius dalam Pembuatan Beton Rendah Semen. Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Laboratorium Beton dan Konstruksi UK Petra ini ingin menekankan, jika ingin memanfaatkan Fly Ash khususnya dari PLTU maka harus memahami dengan baik kualitasnya.
“Sebagai limbah, tidak semua Fly Ash memiliki kualitas yang baik dan seragam. Maka Fly Ash itu perlu melalui berbagai tahap evaluasi terlebih dahulu. Jika sudah bisa memanfaatkannya dengan maksimal maka produksi beton di Indonesia bisa dilakukan secara massal,” papar pria yang menyelesaikan Doktornya di Hokkaido University, Jepang.
Selama ini fly ash sudah mulai dimanfaatkan dalam pembuatan beton di Indonesia, namun umumnya hanya dengan kadar rendah, antara untuk menggantikan semen sebesar 20% hingga 30% saja.
Padahal, menurut Prof Antoni, kadar penggunaannya ini masih bisa di tingkatkan kembali, bahkan hingga 100%. Agar kualitas beton dapat dijaga tetap bagus, kualitas fly ash yang digunakan perlu melalui proses quality control. ”Dalam penelitian, kami mengembangkan metode quality control mutu fly ash yang dapat dilakukan dengan cepat, yang kami sebut dengan Rapid Indicator,” tegas Prof Antoni yang sudah menghasilkan delapan buku itu.
Dosen yang pernah meraih Best Paper di Konferensi Internasional di Singapore ini juga menjelaskan, limbah abu terbang menjadi masalah lingkungan yang nyata. Pemanfaatan limbah abu terbang yang baik secara konsisten akan mengurangi masalah lingkungan, sekaligus mengurangi penggunaan semen, yang dimana proses produksinya juga menghasilkan gas karbon dioksida yang meningkatkan efek rumah kaca.
“Pemanfaatan semen yang efisien dan efektif, disertai dengan pemanfaatan limbah abu terbang sebagai material pengganti sebagian semen, mampu menghasilkan mutu beton yang baik dan tahan lama serta mempunya nilai ekonomis tinggi,” tambah Antoni yang telah memiliki tiga paten granted.
Lebih rinci, dosen prodi Teknik Sipil UK Petra asal Pematang Siantar ini menegaskan, fly ash ini sendiri merupakan limbah dari proses pembakaran dari PLTU, maka kualitasnya juga bervariasi terhadap waktu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan sumber batubara, temperatur pembakaran batubara, dan variabel lainnya. Biasanya beton yang menggunakan Fly Ash ini akan berwarna agak kecoklatan dan terjadi peningkatan mutu pada umur lanjut.
Pengukuhan Prof Antoni ST MEng PhD, berdasarkan SK Mendikbudristek Nomor 71062/MPK.A/KP.05.01/2021 akan dilakukan secara hybrid pada Hari Jumat (11/3) mulai pukul 09.00 WIB yang diikuti oleh YPTK Petra, anggota senat, dan perwakilan LLDIKTI Wilayah VII. [ina.fen]

Tags: