ISEF 2018 Usai, Ukir Kebangkitan Pengembangan Ekonomi Syariah Era Kekinian

Kepala Perwakilan BI Wilayah Jatim Difi Ahmad Johansyah sambutan diakhir ISEF 2018 di Grand City Surabaya. [m ali/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
The 5th Indonesia Shari’ah Economic Festival (ISEF) telah selesai digelar pada 15 Desember 2018, yang digelar selama 5 hari yakni 11 Desember hingga 15 Desember 2018. Festival ekonomi dan keuangan syariah terbesar di Indonesia yang merupakan kerjasama Bank Indonesia dengan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) tersebut mengangkat tema “Strengthening National Economic Growth : The Creation of Halal Value Chains and Innovative Vehicles”.
“Penyelenggaraan ISEF pada tahun ini mengandung 2 (dua) pesan kuat yang coba kami angkat secara nasional, yakni pemberdayaan dan percepatan pengembangan ekonomi syariah,” jelas Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia saat closing ceremony ISEF 2018 (15/12) di Grand City Surabaya.
Tema tersebut menggambarkan upaya penyempurnaan fase awal penerapan blueprint pengembangan ekonomi syariah yang difokuskan pada pembentukan fondasi yang kuat didukung dengan terbentuknya infrastruktur yang memadai guna mewujudkan national halal value chain. Pada periode tahun-tahun berikutnya, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah akan memasuki fase kedua dalam bentuk “Penguatan strategi dan program ekonomi keuangan syariah”.
“Kami melihat bahwa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, sejak blueprint pengembangan ekonomi syariah ini kita implementasikan, komitmen bersama lintas instansi dalam payung KNKS semakin baik, utamanya dalam rangka mewujudkan pemberdayaan ekonomi syariah,  peningkatan alternatif pembiayaan didukung dengan instrumen keuangan komersial dan sosial syariah serta optimalisasi pengembangan ekonomi syariah yang berbasis kajian dan riset,” jelas Dody.
Pagelaran acara ISEF tahun 2018 yang telah berlangsung selama 5 (lima) hari mulai dari tanggal 11 sampai dengan 15 Desember 2018 dilaksanakan dalam bentuk 3 kegiatan utama, yaitu Sharia Economic Forum, Sharia Fair dan Business Matching. Selama lima hari berturut-turut, ISEF 2018 melibatkan berbagai elemen termasuk pondok pesantren, akademisi, perbankan dan instansi terkait dengan pengunjung dan/atau peserta dari dalam dan luar negeri seperti Turkmenistan, Australia, Bosnia, Nigeria dan berbagai negara lainnya.
Sebagai bentuk riil dukungan ISEF 2018 terhadap pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, dilaksanakan pula business matching yang merupakan ajang pertemuan bisnis antara pelaku UMKM dengan calon investor atau lembaga keuangan syariah yang potensial. “Kami mengapresiasi upaya dari semua pihak sehingga komitmen transaksi dalam business matching selama penyelenggaran acara ISEF telah berhasil mencapai angka yang memuaskan senilai kurang lebih  Rp 7,01 Triliun,” jelas Dody.
Komitmen transaksi tersebut diantaranya kesepakatan kerjasama sindikasi perbankan syariah dengan PT Jakarta Toll Road Development senilai Rp 2 triliun serta akad dan komitmen pembiayaan syariah UUS Bank DKI dengan 6 debitur senilai Rp 2,4 triliun.
Untuk di Jawa Timur, ISEF 2018 telah menghasilkan sejumlah langkah nyata pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. “Kami telah memfasilitasi pemberian sertifikasi halal untuk 100 UMKM di Jawa Timur, fasilitasi business matching dalam rangka perluasan pasar ekspor UMKM Jawa Timur dengan total nilai 3 Miliar rupiah, pelatihan ekspor bagi UMKM, Sertifikasi Dewan Pengawas Syariah khususnya untuk koperasi syariah dan BMT, serta  fasilitasi peningkatan kapasitas nadzir untuk wakaf,” jelas Difi A. Johansyah, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur.
ISEF 2018 menjadi wujud komitmen Bank Indonesia untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. “Harapannya, kita akan mampu mendorong perwujudan ekonomi nasional yang lebih adil dan merata, sejalan dengan harapan ke depan untuk menjadikan Indonesia sebagai key player global dalam berbagai sektor industri halal,” pungkas Dody.(ma)

Tags: