Jelang Ramadan, Bakorwil Bojonegoro Gelar Rakor Stabilasasi Perkembangan Harga Sembako

Jelang Ramadan, Bakorwil Bojonegoro gelar rakor stabilisasi perkembangan harga sembako.

Bojonegoro,Bhirawa.
Dalam rangka menjelang ramadhan dan hari raya idul fitri 1445, Bakorwil Bojongeoro gelar rapat koordinasi dan sinkronisasi stabilisasi perkembangan harga sembako dan bahan penting lainnya se wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro. Bertempat digedung mliwis Bakorwil setempat, kmerain (7/3).

Sembilan bahan pokok (sembako) terdiri atas berbagai bahan-bahan makanan dan minuman yang secara umum sangat dibutuhkan oleh lapisan masyarakat. tanpa sembako kehidupan rakyat indonesia bisa terganggu karena sembako merupakan kebutuhan pokok/utama sehari-hari yang wajib ada dan dijual bebas di pasar.

Dari sisi ekonomi permintaan barang-barang sembako bersifat inelastis yang artinya suatu permintaan konsumen dipasaran tidak terpengaruh pada naik turunnya harga, terutama pada barang barang yang tidak ada penggantinya.

” Sangat penting apabila terjadi kelangkaan barang dan ada kenaikan harga yang tinggi maka bisa memicu berbagai gejolak sehingga pemerintah wajib menjaga ketersediaan barang di pasaran dan menjaga harga jangan sampai naik diluar kewajaran,”ungkap Kepala Bakorwil Bojonegoro, Agung Subagyo diwakili Kabid Pembangunan Ekonomi, Johan Fitriadi dalam sambutannya.

Gejolak pergerakan harga sembako terutama beras di beberapa kabupaten di wilayah kerja bakorwil mengalami kenaikan, di kabupaten Lamongan contohnya harga beras medium sudah mencapai Rp.13.000 padahal pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi hanya di Rp. 10.900 sementara untuk beras premium di harga Rp. 16.000.

Disampaikannya, secara umum kenaikan harga sembako biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor; pertama, ketidakseimbangan jumlah supply sembako, konsumsi/permintaan sembako biasanya meningkat tidak diiringi dengan kenaikan pasokan sembako di pasaran.

Kedua, panjangnya rantai distribusi sembako sedangkan terjadi kenaikan permintaan yang meningkat di berbagai daerah, sehingga, mengakibatkan beban ongkos distribusi menjadi lebih besar terlebih di tempat yang jauh dari produsen.

” Selain itu, tidak dipungkiri masih adanya pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin meraup keuntungan lebih, pihak yang nakal ini biasanya membeli barang/produk dari petani dengan jumlah besar, kemudian ditimbun dan dijual pada saat persediaan pasar menipis dengan harga yang tinggi,” jelasnya.

Sehingga untuk menjaga kestabilan dan kesinambungan sembako karena berhubungan erat dengan hajat hidup orang banyak. pemerintah bisa melakukan operasi pasar, impor, pematokan harga tertinggi atau terendah. [bas.bb]

Tags: