Kampung Lawas Maspati, Jadi Percontohan Kampung Binaan BUMN

Rapat kerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Kementerian BUMN yang diikuti 114 BUMN.

Rapat kerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Kementerian BUMN yang diikuti 114 BUMN.

Surabaya, Bhirawa
Kesuksesan Kampung Lawas Maspati Surabaya menjadi kampung binaan PT Pelindo III diapresiasi banyak pihak, dalam rapat kerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Kementerian BUMN yang diikuti 114 BUMN. Rapat koordinasi diselenggarakan pada tanggal 17-18 November 2016 di Kendari.
Konsep pemberdayaan masyarakat Kampung Lawas Maspati sebagai Kampung Wisata mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitarnya serta mempertahankan nilai sejarah perjuangan Kota Surabaya.
Menurut Kepala Humas PT Pelindo III, Edi Priyanto, latar belakang Pelindo III menjadikan RW VIII, Bubutan, Surabaya sebagai kampung binaannya. Karena memiliki banyak situs rumah bersejarah perjuangan Kota Surabaya, sehingga nilai budaya yang ada harus tetap dipertahankan agar dapat dijadikan edukasi wisata dan tujuan wisata sejarah perjuangan Kota Surabaya. Kampung Maspati sendiri juga terletak di tengah kota tak jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak, lebih tepatnya tempatnya strategis karena berada didekat lokasi Tugu Pahlawan yang ikut menjadi saksi sejarah perjuangan.
Para warga juga mempunyai keramahan dan semangat yang tinggi untuk tetap menjaga kebersihan/penghijauan lingkungan, kearifan lokal dan budaya kampung seperti bermain dolanan lawas tempo dulu (dakon, engklek, bakiak, bekel, lompat tali, dll), berpakaian ala khas kampung, hiburan kesenian kampung (music patrol, tari remo, fashion show pakaian dari barang bekas, dll). Demikian juga dengan adanya potensi masyarakat untuk dapat dikembangkan menjadi UKM yang handal dengan beberapa produk minuman herbal (markisa, beras kencur, sinom, cincau, jahe), aneka snack khas Maspati, aneka makanan dan kerajinan tangan/handycraft (dolanan lawas, batik, souvenir)
Lebih lanjut Edi menjelaskan, tahapan pengembangan Kampung Maspati dibagi menjadi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Program awal yang merupakan program jangka yaitu dengan melakukan renovasi dan perbaikan fasilitas umum seperti balai RW, gapura pintu masuk, makan sistus bersejarah, tenant dan etalase tempat jualan UKM, kantor koperasi.
Tak hanya itu, Pelindo III juga mengikutsertakan dalam program pelatihan pengelolaan obyek wisata sejarah, namun juga kewirausahaan dan entrepreneur, ketrampilan khusus serta keikutsertaan dalam pameran-pameran.
“Publikasi dilakukan dengan penyelenggaraan festival kampung lawas, penyiapan booklet dan leaflet yang berisi informasi wisata termasuk peta wisatanya, pemasangan signage, pemasangan photobooth, pembuatan website www.kampunglawas.com, hingga mendatangkan para jurnalis dan blogger untuk ikut meliput kegiatan di Kampung Lawas Maspati,” ujar Edi yang juga menjadi pendamping program itu.
Pembinaan juga dilakukan untuk menunjang pemberdayaan masyarakat dengan mendirikan koperasi sebagai wadah usaha para UKM yang sudah mulai melakukan usahanya. Terhadap modal usaha UKM, Pelindo III telah menyiapkan dana Kemitraan sebagai modal bagi para UKM yang berada di Kampung Lawas Maspati.
Tentunya pengembangan Kampung Lawas Maspati juga mendapatkan bantuan dan dukungan Pemkot Surabaya serta dibantu oleh beberapa perguruan tinggi di Surabaya, dengan target jangka panjang berikutnya menjadikan Kampung Lawas Maspati sebagai destinasi wisata sejarah di Kota Surabaya dan sebagai tujuan city tour bagi wisatawan asing yang berkunjung di Surabaya. Terlebih beberapa saat lalu Kampung Lawas Maspati telah menciptakan dan melaunching produk batik Kampung Lawas Maspati yaitu dengan dua motif, Sri Gading dan Motif Omah.
Kampung Lawas Maspati kini tak hanya sebagai salah satu destinasi tujuan wisata sejarah namun juga sebagai sarana edukasi pada masyarakat agar tetap mempertahankan seni dan budaya kampung dengan berbasis kearifan lokal. Upaya Kapung Lawas Maspati sebagai salah satu obyek wisata telah membuahkan hasil pada tahun 2016 ini, dengan diperolehnya penghargaan sebagai juara I kategori keramahan dalam Surabaya Tourism Destination Awarad (STDA) 2016 yang diselenggarakan oleh Universitas Ciputra.
Sabar Swastono, Ketua RW VIII, Bubutan, yang merupakan penggerak masyarakat Kampung Lawas Maspati ditempat ketika dikonfirmasi mengatakan, kampung dan desa berbeda, kampung biasanya berada di kota besar sedangkan desa berada didaerah. Untuk membina kampung dengan pengelolaan wisata sejarah yang berada di tengah kota sangat sulit karena tantangannya sangat banyak, hal inilah yang menarik dan menjadi keunikan bahkan menjadi banyak pertanyaan dari tamu asing yang berkunjung. [ma]

Tags: