Karya Spektakuler Anak-anak Berbahan Limbah

Tidak akan ada yang mengira jika pohon Natal setinggi 3,2 meter ini berbahan limbah tiket yang dibuat anak-anak.

Tidak akan ada yang mengira jika pohon Natal setinggi 3,2 meter ini berbahan limbah tiket yang dibuat anak-anak.

Kota Batu, Bhirawa
Ada cara tersendiri bagi Kota Wisata Batu dalam memperingati Hari Raya Natal dan tahun 2015. Salah satunya pembuatan Pohon Natal yang dirangkai dari belasan ribu tiket masuk Museum Topeng, salah satu obyek wisata andalan di Kota Batu. Karya spektakuler ini dipersembahkan oleh para pelajar di SDK Sang Timur Kota Batu.
Tak akan ada yang mengira jika pohon natal setinggi 3,2 meter ini dibuat dari tiket masuk sebuah obyek wisata. Bukan hanya ratusan tiket saja yang ada di pohon natal ini, melainkan 11 ribu tiket yang dirangkai sedemikian rupa dengan menggunakan alat sederhana seperti benang, jarum, lem dan gunting.
Hasilnya, dalam waktu tiga hari para siswa ini berhasil menciptakan sebuah pohon Natal yang indah, namun juga pro lingkungan, karena mempergunakan sampah kertas sebuah obyek wisata.
“Menjelang liburan kan biasanya dilaksanakan class meeting, tapi karena sering hujan, akhirnya kita pergunakan untuk menghias kelas dengan membuat pohon Natal,” terang Wali Kelas 4 SDK Sang Timur, Lukas Nayaola, Senin (21/12) kemarin.
Ia menjelaskan bahwa ide pembuatan ini berawal ketika melihat banyaknya sobekan karcis tiket Museum Topeng yang terbuang. Kemudian Lukas terbersit ide untuk memanfaatkannya untuk membuat Pohon Natal.
Guru yang juga menjadi pegawai di obyek wisata Museum Topeng ini kemudian membuat kerangka pohon Natal. Kemudian ia pun mulai mengajak siswanya untuk mulai merangkai tiket ini.
“Awalnya saya sendiri yang merangkai, melihat itu anak-anak tertarik, mereka pun mulai tertarik untuk mencobanya,” jelas Lukas.
Dari 30 siswa yang ada di kelas 4, memang tidak semua tertarik untuk terlibat dalam pembuatan pohon natal ini. Tetapi mayoritas siswa tertarik untuk merangkai tiket menjadi sebuah Pohon Natal yang indah. Hal ini terlihat dari 15 jarum yang disediakan, semuanya dipergunakan oleh anak-anak untuk merangkai. Butuh waktu yang tidak lama untuk anak-anak ini merangkai, dalam waktu tiga hari, Pohon Natal indah khas kota wisata pun tercipta. Namun bukan berarti tidak ada kesalahan, beberapa kali anak-anak melakukan kesalahan, seperti salah memasang posisi tiket, hingga yang terlihat dari luar hanya warna putih tanpa corak. Namun Lukas mengarahkan memperbaiki kesalahan itu dengan cara yang mendidik.
“Kalau ada kesalahan, para siswa sendiri yang merasa ada sesuatu yang salah di pohon Natal. Kalau sudah begitu saya balik menanyakan ke mereka, lha terus bagaimana? Mereka rupanya memilih membongkar kembali rangkaian tiket tersebut, hingga akhirnya tercipta seperti saat ini,” ujarnya.
Banyak hal pelajaran mendidik anak dalam proses pembuatan pohon Natal tersebut yang bisa diambilnya. Ia mencontohkan ketika anak diminta membuat rangkaian dengan benang yang panjang, anak-anak cenderung terbebani. Namun ketika sang anak diberikan rangkaian benang yang pendek, mereka justru termotivasi untuk mengerjakan dengan cepat. [nas]

Tags: