Keluarga Shaleh Berkurban

karikatur ilustrasi

Hari ini seluruh jamaah haji berkumpul di padang Arofah, melakukan renungan penghambaan. Dimulai sejak matahari mulai meninggi, tiada kata-kata yang diucapkan kecuali berzikir kepada Allah. Mengucapkan tasbih, memuji Ilahi Sang Maha Pencipta, dan mengucapkan takbir. Itulah puncak pelaksanaan ibadah haji. Sedangkan yang tidak melakukan ibadah haji, di seluruh dunia, umat Islam melaksanakan shalat Idul Ad-ha. Usai melaksanakan ritual hari raya Haji, dilakukan penyembelihan hewan kurban.
Di seluruh Saudi Arabia (selain kota Makkah) dilakukan shalat Idul Ad-ha, termasuk di kota Madinah, pada hari ini. Sedangkan di Indonesia baru melaksanakan shalat Idul Ad-ha pada hari Jumat (1 September). Hal itu sesuai dengan posisi negara Arab yang terletak di timur Indonesia, lebih awal melihat terbit rembulan. Perbedaan rata-rata sekitar 72 derajat garis bujur bumi. Wajar manakala shalat Idul Ad-ha (dan Idul Fitri) lebih awal sehari dibanding di Indonesia. Arab Saudi selalu menggunakan metode ru’yat (melihat rembulan) untuk penetapan 1 Syawal maupun 1 Dzulhijjah.
Ritual hari raya Haji, sampai penyembelihan hewan kurban, telah dilakukan sejak 43 abad (4.300 tahun) lalu. Dimulai oleh nabi Ibrahim a.s. Inti ajaran ini, adalah rasa syukur terbentuknya ke-saleh-an keluarga. Sejarah peradaban manusia menunjukkan, tiada keluarga melebihi ke-saleh-an rumahtangga nabi Ibrahim a.s. Bahkan keluarganya menjadi “penghulu” agama-agama di dunia. Membangun kepercayaan antara anggota keluarga (suami-istri dan anak) merupakan ajaran hikmah berkurban.
Di Indonesia, sekitar lima juta ekor hewan kurban yang akan disembelih, selama empat hari (1 sampai 4 September). Terdiri dari 450 ribu-an sapi dan 3 juta-an kambing dan domba. Tidak perlu tergesa-gesa menyelesaikan penyembelihan (dalam sehari), karena bisa dilakukan sampai 4 September. Hal ini agar setiap hewan tertangani secara baik sesuai syariat. Begitu pula terhadap limbah bekas penyembelihan (darah dan kotoran hewan) mesti dibersihkan dengan persyaratan higienis.
Beberapa hadits shahih telah men-syarat-kan kondisi hewan kurban. Usia sapi sudah harus mencapai dua tahun, serta kambing telah berusia lebih dari 12 bulan. Begitu pula terdapat larangan (tidak sah-nya hewan kurban). Yakni, telinga atau ekornya terpotong, ompong (giginya), puting susu hilang, tidak bertanduk (hilang maupun terpotong), serta pincang. Dan larangan keras menyembelih hewan gila. Dinas Peternakan mesti aktif menyasar perdagangan hewan kurban.
Pasar hewan dadakan, mestilah direspon dengan pemeriksaan hewan oleh Dinas terkait, termasuk oleh ulama. Berdasarkan pengalaman tahun lalu, masih banyak ditemukan hewan yang tidak layak kurban, karena sakit atau belum cukup umur. Hewan kurban harus sehat. Secara kasat mata harus bebas dari penyakit kuku, mata dan mulut. Tahun lalu, banyak ditemukan cacing hati setelah hewan kurban yang disembelih.
Seluruh ritual ibadah haji (dan berkurban) merupakan napak tilas semangat kepasrahan nabi Ibrahim a.s., beserta keluarganya. Pelaksanaan Sa’i (berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke bukit Marwa dalam haji) merupakan napak tilas kegelisahan Siti Hajar (ibunda Nabi Ibrahim a.s.) dalam mencari air untuk anaknya (Nabi Ismail a.s.). Istri yang setia itu percaya, bahwa suaminya menjalankan perintah Allah. Dan pasti tidak akan membuatnya mati kehausan.
Hikmah haji dan kurban, adalah kesetiaan dan saling percaya kepada keluarga. Istri dan anak percaya kepada kepala keluarga. Nabi Ibrahim a.s. percaya kepada istrinya, yakin akan setia dan sukses mendidik anaknya, meski seorang diri. Saling setia dan percaya akan mewujudkan sakinah (ketenteraman). Tetapi sakinah tidak terwujud serta merta. Melainkan melalui proses kesetiaan dan kepercayaan yang teruji.

                                                                                                              ———   000   ———

Rate this article!
Keluarga Shaleh Berkurban,5 / 5 ( 1votes )
Tags: