Kenalkan Bahasa Isyarat Lewat Film Pendek Animasi

Tampilan film pendek animasi isyarat yang dibuat Laurensius Adriel Igo.

Surabaya, Bhirawa
Memiliki keterbatasan pendengaran, membuat Laurensius Adriel Igo tercetus untuk membuat film pendek animasi berjudul Isyaratku. Melalui film animasi, Mahasiswa Berkebutuhan Khusus Universitas Dinamika (Undika) ingin mengenalkan bahasa isyarat kepada masyatakat luas.
“Film saya berjudul Isyaratku untuk tunarungu. Tujuan saya membuat film ini untuk memperkenalkan bagaimana Belajar Bahasa Isyarat Kepada seluruh masyarakat,” ungkap mahasiswa jurusan DIV Produksi Film dan Televisi (Profiti) ini.
Tak hanya itu, melalui film ini ia berharap masyarakat lebih peduli dan mengerti latar belakang tunarungu. Sehingga lebih banyak orang yang bisa memahami bahasa isyarat agar bisa membantu dan dengan mudah interaksi dengan penyandang tunarungu.
“Untuk pembuatan film ini saya membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan,” ujar pria yang akrab disapa Riel ini.
Dalam kurun waktu itu, Riel menceritakan jika ia berusaha membuat modeling 3D, sampai pada akhirnya kurang lebih selama selama dua bulan mengerjakannya dengan semua proses yang dilewati seperti proses pembuatan nasakah, modeling, editing hingga film jadi.
“Sempat mengalami kesulitan dalam pengaplikasian software Blender 3D. Namun kendala tersebut bisa diatasi dengan bimbingan dosen – dosen pembimbing dan bantuan teman – temannya,” urainya.
Wakil Dekan Fakultas Teknologi dan Informatika Undika, Karsam MA PhD menambahkan, Riel merupakan mahasiswa luar biasa. Meski memiliki keterbatasan, namun mahasiswa tersebut memiliki motivasi yang kuat dalam belajar di lingkungan kelas yang berbeda dengannya.
“Dia tekun dan mempunyai daya juang yang luar biasa. Bahkan dia juga lulus dalam waktu 3,5 tahun,” kata Karsam yang juga dosen pembimbing tugas akhir Riel.
Karsam menjelaskan, Riel memilih memproduksi film animasi berdurasi 5 menit 37 detik ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat umum agar belajar bahasa isyarat.
Dengan tercapainya tujuan itu, masyarakat penyandang ABK nanti bisa leluasa, merasa nyaman dan aman saat berinteraksi di lingkungan luar. Selain itu, dengan menonton film yang diproduksi Riel, masyarakat diharapkan dapat memiliki rasa empati dan toleransi pada masyarakat yang memiliki kekurangan, khususnya ABK.
Karsam menegaskan, karya film animasi Riel terbilang menarik dan cukup bagus. Dengan keterbatasannya itu ia berhasil menyelesaikan tugas akhirnya yang mengandung pesan penting untuk masyarakat umum.
“Riel bisa membuat naskah sendiri, produksi dan melakukan editing sendiri,” kata dosen di kampus yang dulu bernama STIKOM Surabaya ini.
Film ini berjudul Isyaratku dengan cerita seorang siswa dan siswi sedang mengikuti kegiatan belajar. Dalam ceritanya, siswi yang bernama Maria penyandang tunarungu dan tunawicara. Hal itu membuat Moris untuk belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan Maria. [ina]

Tags: