Korem 081/DSJ Madiun Kawal Serapan Beras

Kolonel Infanteri Hardani Lukitanta Adi

Kolonel Infanteri Hardani Lukitanta Adi

Madiun, Bhirawa
Korem 081 Dhirot Saha Jaya (DSJ) Madiun terus melakukan pengawalan serapan beras petani. Namun meski telah dikawal oleh TNI, serapan beras petani oleh Perum Bulog di wilayah jajaran Korem 081 DSJ yang meliputi Kota/Kabupaten Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk dan Blitar, serapannya baru mencapai 75%. Penyebabnya adalah musim kemarau yag cukup panjang.
Menurut Komandan Korem 081/DSJ Kolonel Infanteri Hardani Lukitanta Adi, sampai akhir Oktober lalu pihaknya mencatat pencapaian serapan beras oleh Bulog di 11 kabupaten/kota yang berada di bawah wilayahnya mencapai sekitar 120 ribu ton dari target sebanyak 160 ribu ton.
“Penyebabnya karena kemarau panjang, kekeringan. Serapan jadi terhambat. Namun, saat ini masih banyak padi kita yang belum terpanen,” terangnya  kepada wartawan, Kamis (5/11).
Wilayah yang serapannya paling rendah adalah Madiun, Trenggalek dan Tulungagung. Sedangkan yang serapannya sudah cukup bagus antara lain adalah Magetan, Pacitan dan Ponorogo.”Untuk yang rendah itu belum mencapai 70%. Kalau yang Ponorogo itu malah sudah hampir 100%,” tambahnya.
Menurutnya lagi, bekerjasama dengan Bulog di masing-masing wilayah, TNI terus mendorong tercapainya target penyerapan beras. Dengan begitu pihaknya optimistis capaian serapan beras bisa tercapai hingga 100%.”Sebab meskipun kering, tidak ada yang gagal panen,” imbuhnya.
Selain itu, paparnya, hal ini juga terdorong oleh kebijakan baru terkait penurunan standar kualitas beras yang bisa diserap Bulog. Di antaranya adalah penurunan standar kadar air broken alias meniran. Yaitu dari standar broken 10% menjadi 15%.
Terpisah, Kabulog Subdivre Madiun, Rahmat Syahjoni Putra, membenarkan adanya keterlambatan serapan beras di wilayahnya. Menurutnya, salah satu penghambatnya adalah jumlah panen di musim kali ini yang kuantitasnya menurun. Penyebabnya adalah musim kemarau yang membuat produksi tanaman padi menurun. Ada juga penyebab lain, yaitu kebiasaan para petani yang memilih menyimpan hasil panennya hingga harga membaik.
“Ini kecenderungan di musim tanam MK II (musim kemarau kedua) seperti saat ini. Mereka akan melepas beras saat harganya tinggi,” terangnya.
Selain itu, tambahnya, Bulog juga kesulitan bersaing dengan pasar sebab harga di pasaran cukup tinggi. Saat ini, harga beras di pasaran mencapai Rp7.800/kg. Semantara, harga pembelian pemerintah atau HPP hanya Rp 7.300 per kilogram.”Kami kesulitan bersaing. Tapi kami terus berupaya,” ujarnya.
Meski begitu, Rahmat yakin stok beras Bulog Subdivre Madiun saat ini masih cukup aman hingga sekitar tujuh bulan ke depan. Saat ini di gudangnya telah tersedia sekitar 15 ribu ton beras kelas premium.”Konsumsi di Madiun itu sekitar 2.300 ton, jadi sekitar tujuh bulan masih aman lah,” pungkasnya. [dar]

Tags: