LPPP Berikan Edukasi Dengan Syiar Agama Melalui Dongeng Watu Muni

Beberapa siswa membaca buku di mobil perpustakaan keliling. [wiwit agus pribadi]

Maksimalkan Dongeng Anak Keliling untuk Naikkan Gemar Membaca
Probolinggo, Bhirawa
Tingkat kegemaran membaca masyarakat Kabupaten Probolinggo masih tergolong rendah. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) kini terus berupaya meningkatkan indeks kegemaran membaca dengan memaksimalkan kegiatan dongeng anak-anak keliling lewat perpustakaan keliling. LPPP pun berikan edukasi dengan syiar agama melalui dongeng watu muni.
Kepala Bidang Pelayanan Pengembangan Perpustakaan Dispersip Kabupaten Probolinggo Suryana Nuring Perbawani, Senin (27/6) mengatakan, tingkat kegemaran membaca masyarakat Kabupaten Probolinggo masuk kategori sedang dengan nilai 53,49. Nah, untuk itu, pihaknya berupaya turun dengan kegiatan perpusatakaan keliling.
Dongeng anak-anak keliling ini dilakukan untuk mengalihkan kegiatan anak-anak dari bermain gadget dan mencegah anak-anak lambat bicara. Sebab kebanyakan anak yang terlalu lama bermain gadget akan autism.
“Kalau mendongeng, ada komunikasi dua arah dan interaksi. Setelah mendongeng, kami minta anak untuk menceritakan kembali dengan bahasa mereka sendiri. Biasanya selesai mendongeng, ada aktifitas bermain tebak gambar dan kuis berupa games yang sifatnya melatih otak dan kreatifitas anak,” jelasnya.
Nuring menjelaskan, di kegiatan dongeng ini pihaknya memberikan kesempatan ke anak untuk memilih sendiri buku bacaan yang disukai. Selanjutnya mereka akan membaca buku pilihannya dan menceritakan kembali dengan bahasa mereka. “Lebih menarik lagi menggunakan boneka peraga untuk mencerikan profesi dan hewan,” ujarnya.
Di sisi lain pelayanan perpustakaan keliling, terang Nuring, pihaknya sudah mendistribusikan armada ke berbagai wilayah desa. Mulai dari lembaga sekolah hingga pondok pesantren. Terlebih saat ini baru selesai pelaksanaan ujian semester. “Saat ini kami memiliki 3 buah armada roda 3 dilengkapi dengan buku bacaan yang setiap hari keluar memberikan pelayanan keliling ke masyarakat,” terangnya.
Nuring menegaskan, pelayanan perpustakaan keliling ini akan melengkapi keberadaan perpustakaan desa (perpusdes). Pasalnya koleksi buku yang dimiliki perpusdes masih kurang menarik karena jumlahnya masih kurang dan tidak update.
“Sekarang kecenderungan digital dengan mengandalkan informasi teknologi dan informasi via internet. Tidak mudah bagi masyarakat desa untuk membeli buku. Solusinya adalah dengan beralih ke digital. Masyarakat kadang kurang tertarik datang ke perpusdes karena koleksinya kurang,” tandasnya.
Perpustakaan digital sangat membantu dalam mendongkrak indeks kegemaran membaca masyarakat Kabupaten Probolinggo. Sebab untuk datang ke Dispersip Kabupaten Probolinggo, lokasinya jauh.
“Sekarang kami ada buku digital melalui aplikasi E-Pusda. Ke depan ada tugu titik baca fisiknya QR Code. Nanti tinggal scan saja tanpa harus masuk ke aplikasi. Rencananya akan ditempatkan di Alun-alun Kraksaan, rumah sakit serta pusat-pusat keramaian lainnya,” ungkapnya.
Hal serupa juga dilakukan DPD Lingkaran Pendamping Program Pemberdayaan (LPPP) Kabupaten Probolinggo dan Sanggar Warung Lukis Anak memberikan edukasi anak-anak kurang mampu, lansia dan difabel dengan syiar agama melalui dongeng watu muni yang syarat makna namun sederhana untuk diterima, di Desa Blado Kulon Kecamatan Tegalsiwalan.
“Tidak hanya sekedar memberi edukasi, kami juga mencari solusi nantinya bisa duduk bersama, baik dengan Dinas Sosial maupun instansi lain untuk memecahkan masalah yang ada di tiap daerah masing-masing di Kabupaten Probolinggo,” kata Ketua DPD LPPP Kabupaten Probolinggo Indah Kusumasari, Senin (27/6).
Kegiatan ini menggandeng PPPA Daqu Jawa Timur, Komunitas Musang dan Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Tegalsiwalan. Kegiatan ini diawali dengan melukis bersama dibatu healing therapist untuk sahabat difabel, lansia dan anak-anak. Setelah melukis batu, dilanjutkan dengan bercerita dan mendongeng satu-satu dengan bahan batu.
Indah menjelaskan filosofi watumuni adalah watu dalam bahasa Jawa bermakna batu yang selama ini diam tanpa bersuara dan tanpa didengar. Jika ini dibiarkan begitu saja akan tersisihkan. “Anak-anak kurang mampu, lansia dan sahabat difabel kami angkat untuk mencari solusi sosial yang ada di tengah masyarakat. Kegiatan ini akan terus berjalan dan kami lakukan keliling di Kabupaten Probolinggo dari barat sampai timur. Kegiatan puncak ada pada Hari Disability Internasional,” jelasnya.
Ke depan terang Indah, LPPP akan memamerkan batu yang dilukis dan memutar video film dokumenter yang sudah disusun agar permasalahan mendasar dapat didengar khususnya instansi terkait dan pemerintah. “Dalam kesempatan ini PPPA Daqu membagikan Al Qur’an braille untuk tuna netra. Sehingga nantinya bisa menghafal Al Qur’an khusus tuna netra. Ini merupakan salah satu upaya dalam mengabdikan diri untuk membantu masyarakat,” terangnya.
Menurut Indah, kegiatan ini bertujuan untuk membantu instansi terkait agar mudah merangkul masyarakat sampai ke bawah yang selama ini belum. Banyak bidang nantinya yang akan dilakukan mulai dari pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, IKM, koperasi dan lain sebagainya.
“Dalam hal pendidikan dan ketenagakerjaan, kami melakukan edukasi keliling dan memberikan pelatihan yang ringan untuk membantu sahabat difabel. Kami juga membuat jaringan portal ketenagakerjaan bursa kerja untuk masyarakat Kabupaten Probolinggo khususnya dan sahabat difabel yang selama ini susah untuk mendapatkan pekerjaan,” tegasnya.
Lebih lanjut Indah mengungkapkan bahwa LPPP juga memiliki portal bursa kerja yang sedang digarap dan rencananya akan dilaunching pada Hari Disabilitas Internasional. Selain itu juga membantu beberapa IKM bisa import sampai ke Canada dalam beberapa waktu lalu. “Besar harapan kami dengan adanya gerakan kami bisa menggugah instansi terkait untuk mencari solusi bersama. Kami juga sedang mempersiapkan mentor dalam bidang pendidikan,” tambahnya. [wap.fen]

Tags: