Manfaatkan Bakteri sebagai Alat Penghasil Listrik

Dari Kiri; Wahyu Prayuda, Valianto Rojulun Afif dan Ahmad Nailul Firdaus.

Surabaya, Bhirawa
Siapa bilang bakteri merugikan bagi kehidupan. Bagi ketiga mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bakteri dimanfaatkan sebagai alat penghasil listrik untuk mengolah polutan dalam air limbah. Alat yang dinamai Abactor – Cells ini digunakan sebagai unit pengolah limbah cair tahu skala rumah tangga. Ide tersebut kemudian dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) tahun ini.
Dikatakan, Ketua tim, Valianto Rojulun Afif jika pihaknya terinspirasi dari sebuah buku saat pergi ke sebuah pameran. Dalam buku tersebut dibahas terkait bagaimana menciptakan pembangkit energi dari mikroorganisme. “Khususnya di industri tahu, karena alat ini bisa menghasilkan listrik sekaligus mengolah limbah tahu,”sambung dia. Apalagi, katanya, Indonesia memiliki jumlah industri tahu yang cukup banyak. Namun sebagian besar sektor tahu skala rumah tangga belum memiliki unit pengolah limbah cair tahu. Itu karena terkendala persoalan finansial dan lahan. Sehingga limbah cair langsung dibuang ke sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
“Hal ini dapat menyebabkan penurunan daya lingkungan akibat dari tingginya kandungan polutan organik dalam limbah cair tahu,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Valianto ini.
Alat Abactor – Cells yang digarap Valianto bersama kedua temannya, Ahmad Nailul Firdaus dan Wahyu Prayuda ini mengadopsi prinsip kerja dari Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dan Microbial Fuel Cells (MFCs) yang dikombinasikan menjadi satu unit pengolah. Yakni unit pengolah air limbah yang mengkonversikan polutan organik menjadi energi listrik. MFCs sendiri nantinya akan dikombinasikan dengan ABR yang merupakan unit pengolah praktis dan tidak memakan biaya operasional yang tinggi.
“Sehingga alat ini cocok untuk diaplikasikan pada sektor industri tahu skala rumah tangga,”tambah Wahyu Prayuda.
Abactor-Cells ini, lanjut dia, membutuhkan waktu pemrosesan selama 12 jam. Dengan proses tersebut, alat tersebut mampu menghasilkan listrik sebesar 0,336 Watt per hour. Selain itu, unit ini mampu mengurangi kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) dari 1563,86 mg/L menjadi 297,474 mg/L dengan persentase sebesar 81 persen yang setara dengan berat COD sebesar 0,055 kg.
Sedangkan persentase removal, jelas Wahyu, untuk kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebesar 84,4 persen dengan inlet BOD sebesar 953,74 mg/L dan outlet BOD sebesar 148,74 mg/L.
“Adanya penurunan nilai COD dan BOD ini menunjukkan bahwa selain menghasilkan energi listrik, Abactor-Cells dapat juga berperan untuk mengurangi pencemaran lingkungan terutama pada badan air,”pungkasnya. [ina]

Tags: