Masyarakat Diminta Waspada Gerakan Gafatar

Demo di sejumlah daerah atas gerakan Gafatar yang aktivitasnya dinilai meresahkan masyarakat. Mereka meminta pemerintah dan instansi terkait mengusut keberadaan organisasi yang mengajarkan paham radikal.

Demo di sejumlah daerah atas gerakan Gafatar yang aktivitasnya dinilai meresahkan masyarakat. Mereka meminta pemerintah dan instansi terkait mengusut keberadaan organisasi yang mengajarkan paham radikal.

Polda Jatim Terjunkan Personel, Mahasiswa Surabaya Hilang Diduga Ikut Gabung
Pamekasan, Bhirawa
Wagub Jatim H Saifullah Yusuf meminta kepada ulama agar mewaspadai gerakan ekstrim yang saat ini telah masuk di Indonesia. Kewaspadaan tersebut sangat beralasan, mengingat banyak organisasi yang menyampaikan ajaran yang menyimpang dari akidah Islam.
Saat menghadiri silaturahim kiai/ulama yang tergabung dalam Badan Silaturahim Ulama Pesantren Madura (Bassra) di LPI Al Hamidy Banyuanyar Palengaan Pamekasan, Selasa (12/1) dia mengatakan kehidupan demokrasi di Indonesia telah banyak berkembang secara baik. Kondisi tersebut juga memiliki konsekuensi, terutama di bidang keagamaan seperti banyak lahirnya aliran-aliran ekstrim atau paham-paham dengan ideologi yang sesat, sehingga dapat merusak akidah agama.
“Macam-macam aliran dan keyakinan muncul, nampak ke permukaan. Mungkin zaman dahulu tertutup, namun semenjak era demokrasi ini mulai bermunculan. Aliran aliran agama yang ekstim ini membuat keresahan di kalangan masyarakat luas,” ungkap Gus Ipul, panggilan karibnya.
Gus Ipul menjelaskan, saat ini muncul isu yang berkembang dan menjadi konsumsi publik Tanah Air seperti adanya gerakan organisasi keagamaan bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang meresahkan masyarakat. Gerakan ini sangat meresahkan, yang  ditandai dengan banyaknya orang yang memiliki kedangkalan ilmu agama hilang tanpa sebab. Bahkan, yang hilang bukanlah santri biasa melainkan orang yang memiliki profesi kemanusiaan seperti dokter.
“Itu adalah salah satu aliran baru, yang gerakannya sedang diamati oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Para anggotanya ini memberi faham bahwa keluarga layak untuk ditinggalkan seolah-olah mereka adalah bagian dari Raja Firaun,” tegasnya.
Gerakan ekstrim lainnya, ada yang mempermasalahkan tentang tahlilan hingga pengajian. Padahal, tahlilan dan pengajian sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Untuk itu, Gus Ipul berharap kepada semua pihak untuk mewaspadainya.
Dikatakan Gus Ipul, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan aparat keamanan seperti TNI dan Polri dituntut untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut. Akan tetapi, keterbatasan jumlah personel aparat keamanan yang menjadi kendala. Oleh karena itu, dibutuhkan kiai, ulama dan tokoh masyarakat di dalam menanggulangi dan membantu pemerintah dalam membentengi umat.
Sekjen Bassra KH Nurudin mengaku siap untuk bersama-sama pemerintah menjaga dan mempertahankan akidah umat dari paham radikalime hingga ekstrimisme. Keberadaan Bassra akan berperan serta di dalam mengawal akidah dan Aswaja sekaligus menjaga NKRI.
Intinya, Bassra berdiri bersama ulama untuk menghormati perbedaan yang ada, baik perbedaan politik maupun perbedaan lainnya. Bassra akan terus memperjuangkan masalah keumatan yang terkait hubungan keagamaan. “Kita berharap kepada pemerintah untuk segera menertibkan aliran-aliran yang ada sehingga umat tidak resah,” pungkasnya.
Di tempat terpisah, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo meminta Gafatar bersama pengikutnya jangan dijauhi. Bahkan mantan Sekdaprov Jatim ini menganjurkan kepada para pemuka agama untuk tidak membenci Gafatar beserta pengikutnya.
Menurut dia, gerakan Gafatar yang dianggap radikal malah bisa dijadikan sebagai wadah baru bagi para pemuka agama untuk melakukan dakwah. “Mereka (Gafatar) harus diajarkan untuk toleransi beragama dan memperdalam agama yang benar,” kata Gubernur Soekarwo ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (12/1).
Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Soekarwo mengatakan sebetulnya tidak setuju adanya stigma bahwa Gafatar adalah gerakan radikal. Menurutnya harus dikaji lebih dalam apakah itu termasuk gerakan radikal atau hanya sebagai organisasi masyarakat. “Harus kita kaji, tidak bisa langsung diberikan tuduhan bahwa gerakan itu radikal,” katanya.
Untuk mengantisipasi gerakan radikal ada di Jatim, Pakde Karwo mengatakan, pemprov tetap menyamakan perlakuan seperti kasus-kasus berbau agama lainnya, yakni mendorong kelembagaan agama untuk ikut berperan dalam melakukan pembinaan kepada masyarakat. Pembinaan itu dilakukan agar masyarakat yang ikut gerakan radikal dapat kembali ke ajaran agama sesuai yang dianutnya.
“Kami dorong lembaga-lembaga agama Islam, Kristen, Hindu, Budha untuk membina. Ini bisa menjadi ladang dakwah agar tidak ada masyarakat yang memeluk agama menyimpang. Saya kira tidak hanya Islam, tapi semua agama harus melakukan hal yang sama,” ujarnya.

Pengaruh Belum Signifikan
Polda Jatim juga meminta dan mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terkait dengan paham radikalisme yang mulai saat ini berkembang, khususnya soal organisasi Gafatar.
Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji ditemui usai Sertijab Wakapolda Jatim di Gedung Mahemeru Polda Jatim, Selasa (12/1) menyatakan sudah menerjunkan tim untuk mengumpulkan informasi terkait Gafatar di Jatim setelah ramai berita hilangnya Dokter Rica diduga terkait Gafatar di Jogjakarta. “Deteksi itu lid (penyelidikan, red). Belum bisa disampaikan seperti apa lidnya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sementara ini organisasi Gafatar masuk kategori organisasi radikal seperti kelompok-kelompok gerakan keagamaan lainnya. Kendati begitu, dia melihat gerakan Gafatar belum besar pengaruhnya terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat. “Belum signifikan,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, Polda Jatim terus melakukan pemantauan terhadap gerakan Gafatar di Jatim. Kepolisian juga akan mengecek izin organisasi tersebut. “Oleh karena itu, saya minta kepada masyarakat jangan resah dan terpengaruh dengan isu ini,” tegasnya.
Terkait laporan Gafatar yang masuk di Polda Jatim, ia mengatakan Polda belum menerima laporan resmi terkait hilangnya mahasiswa ITS, Erri yang diduga akibat pengaruh Gafatar, atau kasus-kasus serupa lainnya. “Belum ada laporan, Namun kami  tetap melakukan penyelidikan terhadap hilangnya Mahasiswa ITS,  Erri apakah sama kasusnya seperti di Jogjakarta,” ujarnya.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes RP Argo Yuwono menambahkan hilangnya Erri memang dilaporkan pada Agustus 2015. Polisi sudah menindaklanjuti dengan mengirim profil orang hilang ke jajaran bawah, namun hingga saat ini tidak ada kabar. “Nah, kemudian baru muncul informasi orang hilang terkait organisasi itu (Gafatar, red). Tentu kami masih dalami lagi kasusnya,” ujarnya. [iib,bed,din]

Fakta-fakta  Mengejutkan tentang Organisasi Gafatar
– Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bukanlah sebuah organisasi yang baru berdiri. Pendeklarasian yang dilakukan pada 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran semakin mengukuhkan keberadaan organisasi yang diketuai oleh Mahful M Tumanurung ini. Namun tak lama dideklarasikan ternyata pemerintah Indonesia telah mencium adanya sesuatu yang salah dari organisasi ini.
– Pemerintah akhirnya memutuskan bahwa Gafatar adalah organisasi yang terlarang. Pelarangan tersebut semakin diperkuat dengan dikeluarkannya surat Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri RI Nomor 220/3657/D/III/2012 tanggal 20 November 2012. Namun sayang surat larangan tersebut sepertinya tidak menyurutkan niat para pemimpin dan anggota Gafatar untuk memperluas organisasi mereka di Indonesia.   Akibatnya tak banyak orang yang tahu bahwa Gafatar adalah organisasi terlarang di Indonesia.  Hingga awal Januari 2016 ini semua perhatian masyarakat tertuju pada organisasi yang diikuti oleh beberapa PNS yang telah dinyatakan hilang di beberapa daerah.
– Gafatar adalah salah satu organisasi terlarang yang paling sering berganti nama dan membidik target generasi muda. Sebelum menggunakan nama Gafatar, nama yang dipakai adalah Milah Abraham. Organisasi tersebut juga sempat berganti nama menjadi Negara Karunia Tuhan Semesta Alam (NKSA). Milah Abraham dicap sebagai komunitas ajaran sesat karena mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi. Kelompok ini sempat marak di Depok Jawa Barat pada 2010.
– Untuk menggaet simpati masyarakat, Gafatar juga melakukan aksi sosial. Khusus di DKI dengan menggelar aksi donor darah.  Mereka berkedok melakukan aksi sosial agar eksistensi mereka diakui oleh masyarakat. Setelah itu baru melakukan penyesatan akidah. Ciri-ciri ajaran Gafatar di antaranya tidak wajib salat 5 waktu, tidak wajib puasa Ramadan, tidak wajib menunaikan ibadah haji, syahadat mereka berbeda.  Mereka tidak mengakui Muhammad SAW sebagai nabi terakhir.  Gafatar mengakui generasi setelah Nabi Muhammad SAW adalah Ahmad Musadek. Ahmad Musadek ini diakui pengikut Gafatar sebagai utusan Tuhan.
Ket : dihimpun dari berbagai sumber

Tags: