Warga Miskin Jatim Capai 4,7 Juta Jiwa

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Naik 0,06 poin
Pemprov Jatim, Bhirawa
Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim merilis jumlah penduduk Jatim yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 4.789.000 jiwa sampai bulan Maret 2015. Sementara secara nasional penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 28,59 juta penduduk.
Kepala BPS Jatim, M Sairi MA menjelaskan, jumlah penduduk miskin Jatim mengalami peningkatan sebesar 0,06 poin dari 12,28 persen September 2014 menjadi 12,34 persen pada Maret 2015. Jumlah penduduk miskin Jatim pada September 2014 sebanyak 4.748.000 jiwa.
Peningkatan hingga 0,06 poin tersebut merupakan  kontribusi dari peningkatan persentase penduduk miskin di Jatim di pedesaan yakni 0,26 poin. Sementara di daerah perkotaan jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,11 poin. Persentase ini dihitung dari bulan September 2014 ke bulan Maret 2015.
“Persentase penduduk miskin di daerah pedesaan naik 0,11 poin dari 15,92 persen menjadi 16,18 persen. Di daerah kota persentase penduduk miskinnya menurun 0,11 poin dari 8,30 persen menjadi 8,19 persen,” paparnya, Selasa (15/9).
Sairi juga  mengungkapkan, meningkatnya jumlah penduduk miskin di pedesaan Jatim mungkin saja disebabkan oleh tingginya angka inflasi daripada yang terjadi di kota.  “Mungkin saja adanya inflasi di pedesaan Jatim yang relatif tinggi. Biasanya masyarakat di desa itu kan kalau membeli komoditas-komoditas itu dalam satuan. Beli telur 1 atau 2, atau gula belinya eceran. Beli rokok sebatang dua batang. Semakin kecil satuannya kan semakin mahal,” katanya.
Selain itu, Sairi menduga tingkat perekonomian masyarakat pedesaan di Jatim saat ini mengalami stagnasi. Hingga menyebabkan jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan semakin meningkat.
“Ada stagnasi upah buruh yang terjadi di daerah pedesaan. Kalau inflasi meningkat, mereka malah sulit menembus hidup di atas garis kemiskinan. Beda dengan kota, sejak tahun 2014 ongkos buruh misalnya buruh bangunan di perkotaan Jatim itu selalu meningkat,” ujarnya.
Dua komoditi yang memberi sumbangan besar terhadap garis kemiskinan di Jatim adalah beras dan rokok kretek filter. Di kota, beras menyumbang 25,42 persen sementara di desa 30,87 persen.  Sementara untuk rokok kretek filter di kota menyumbang 8,20 persen dan di desa 7,32 persen.
Pada periode September 2014 – Maret 2015, garis kemiskinan meningkat sebesar 5,25 persen atau Rp. 15.226 per kapita per bulan, yaitu dari Rp. 289.945 per kapita per bulan pada September 2014 menjadi Rp.305.171 per kapita per bulan pada Maret 2015.
Pada bulan Maret 2015, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,28 persen. Kenaikan garis kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Garis kemiskinan meningkat sebesar 6,49 persen untuk perdesaan dan 3,93 persen untuk wilayah perkotaan.
Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan (6,92 persen untuk perdesaan dan 2,83 persen untuk perkotaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (5,17 persen untuk perdesaan dan 6,71 persen untuk perkotaan). [rac]

Tags: