Melihat Aktivitas ODGJ di Liponsos Keputih, Surabaya

Para penghuni Liponsos Keputih Surabaya saat mengikuti pelatihan membuat kerajinan keset.

Diberikan Pelatihan Membuat Kerajinan sebagai Terapi agar Tak Termenung
Kota Surabaya, Bhirawa
Berbagai aktivitas diberikan bagi para penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih, Kota Surabaya. Diantaranya mengajari membuat kerajinan.
Untuk mengajari para penghuni Liponsos yang terdiri dari para orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) hingga gelandangan tersebut gampang-gampang susah. Mereka mendapatkan pelatihan berupa pembuatan kalung, gelang hingga keset.
Satu di antara peserta yang mengikuti pelatihan pembuatan handycraft di Liponsos Keputih adalah Devi. Ia mengaku tak mengalami kesulitan dalam proses pembuatan kerajinan tersebut. “Di sini buat kerajinan ada kalung peluit, gelang dan keset. Kalau kalung peluit itu lebih mudah, untuk keset agak susah. Senang ikut pelatihan dari pada tidak ada kegiatan,” ujarnya.
Dalam sehari, Devi mampu menyelesaikan sejumlah gelang dan kalung peluit. Sementara untuk keset, dalam sehari ia mampu menyelesaikan hingga proses 50 persen. “Kalau gelang sehari bisa bikin tiga sampai empat. Kalau kalung, satu sampai dua. Dan kalau keset itu sehari dapat setengah, belum sampai 100 persen,” katanya.
Sementara itu, Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya, Imam Muhaji mengatakan, kegiatan ini adalah salah satu bentuk pemberian keterampilan kepada para penghuni. Pemberian keterampilan itu mulai dari pembuatan kalung peluit, gelang hingga keset.
“Ada pembuatan kalung peluit untuk disabilitas. Yang mana nanti kita distribusikan atau kita arahkan ke sekolah-sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa). Harapan kita mereka yang tunawicara saat butuh bantuan, butuh pertolongan bisa meniup peluit,” kata Imam Muhaji.
Selain kalung peluit, peserta juga diajari membuat kerajinan berupa gelang dan keset. Imam menyebut, bahwa hasil kerajinan karya penghuni Liponsos Keputih ini selanjutnya dijual melalui e-Peken. “Jadi kita distribusikan, kita jual di e-Peken. Yang mana ada nilai ekonomisnya yang tentunya nanti kembali ke teman-teman atau penghuni,” katanya.
Tak hanya bertujuan untuk menambah pendapatan penghuni Liponsos Keputih, Imam juga menyatakan, bahwa pelatihan ini juga diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka ketika kembali ke daerah asal. “Jadi harapan kita setelah reunifikasi atau pemulangan, mereka minimal punya keterampilan. Jadi di waktu senggang bisa dipergunakan untuk membuat keterampilan-keterampilan,” terangnya.
Di sisi lain, Imam mengungkapkan, pemberian keterampilan ini juga menjadi salah satu terapi aktivitas bagi mereka. Harapannya, mereka tidak selalu termenung di sela-sela kegiatan rutin seperti mengaji hingga terapi aktivitas kelompok.
“Dengan (pelatihan) ini dia (ODGJ) bisa saling koordinasi sama teman-temannya, melatih memori mereka, melatih konsentrasi juga. Dengan pemberian keterampilan juga menghindarkan mereka, mengurangi halusinasi atau bisikan-bisikan yang memang dari gangguan jiwa,” papar dia.
Dalam pelatihan yang berlangsung pada tanggal 12-13 Oktober 2022, pihaknya juga mendatangkan instruktur pengajar. Sedikitnya pelatihan ini diikuti sekitar 30 orang pada setiap sesinya. Sementara pada hari biasa, mereka didampingi oleh para pendamping.
“Jadi setiap hari ada kegiatan, pagi ataupun sore menyesuaikan dengan jadwal yang sudah kita susun dengan jadwal yang ada di barak. Jadi satu sesi kurang lebih sekitar 20 sampai 30 peserta. Nanti ada lagi kegiatan,” ungkap dia.
Saat ditanya soal kriteria peserta yang mengikuti pelatihan, Imam menjelaskan, mereka adalah yang kondisi mentalnya sudah bagus. Artinya, untuk para peserta dari ODGJ ini mereka yang sudah bisa untuk diarahkan atau diajak komunikasi dan tidak gaduh gelisah. “Tentunya oleh struktur ini yang sudah bisa diarahkan, diajari terkait membuat gelang pola-polanya, membuat keset atau menjahit. Jadi mereka yang sudah bisa diarahkan,” tandasnya. [Zainal Ibad]

Tags: