Mengunjungi Stasiun Bayeman yang Bakal Dijadikan Stasiun Transit

Stasiun Bayeman yang diproyeksi jadi stasiun transit untuk mendukung kawasan wisata Gunung Bromo terus berbenah. [wiwit agus pribadi]

Masih Minim Fasilitas, Balai Teknik Siap Bantu Wujudkan untuk Mendukung KSPN Bromo
Kab Probolinggo, Bhirawa
Stasiun Bayeman di Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, direncanakan jadi stasiun transit, untuk mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo. Sayangnya, Stasiun Bayeman saat ini masih minim fasilitas.
Stasiun Bayeman terletak di tepi Jalan Raya Bayeman di Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. Berhadapan dengan Pasar Bayeman. Dari luar, Stasiun Bayeman tampak lengang. Hampir tidak ada orang lalu-lalang. Sekitar pukul 11.00, sebuah kereta api dari arah timur ke barat melintasi Stasiun Bayeman. Kemudian, seorang petugas stasiun melambaikan rambu dengan tangan, begitu kereta api melintas.
Stasiun Bayeman memiliki luas lahan sekitar 20 ribu meter persegi. Namun, area stasiun sendiri hanya menempati lahan sekitar 159 meter persegi dengan luas bangunan 41 meter persegi. Lumayan kecil dibandingkan ukuran lahannya. Di areal bangunan sendiri, tidak banyak ruang dan fasilitas yang ada. Di luar bangunan misalnya, tidak ada tempat parkir untuk kendaraan bermotor.
Lalu begitu masuk, bangunan itu hanya terdiri dari beberapa ruang. Yaitu, ruang pengoperasian jalur dan sinyal untuk perjalanan KA (PPKA), ruang pelayanan peralatan pintu perlintasan (PJL), ruang salat, kamar mandi, dan hall atau ruang tunggu. “Ya begini adanya bangunan Stasiun Bayeman. Tidak ada tempat parkir. Kamar mandi pun hanya untuk petugas stasiun,” kata Kepala Stasiun Bayeman Hari Susanto, Minggu (9/1).
Hari sendiri sudah 14 tahun berdinas di PT Kereta Api (PT KA). Dan sejak dua tahun lalu, dia menjabat Kepala Stasiun Bayeman. Selama itu juga, dirinya menjaga Stasiun Bayeman yang berfungsi sebagai persilangan kereta api. Bukan stasiun transit. Itulah mengapa, kondisi stasiun sepi.
“Stasiun ini fungsinya hanya untuk tempat perlintasan kereta api. Sewaktu-waktu digunakan untuk persilangan atau penyusulan antara dua kereta api jika ada salah satu kereta api yang terlambat,” terangnya.
Secara umum, Stasiun Bayeman memiliki dua jalur perlintasan. Dua jalur adalah jumlah minimal bagi sebuah stasiun untuk menjadi stasiun transit. Penggunaannya, satu jalur untuk kereta transit dan satu jalur lagi untuk kereta api lainnya melintas. Akan lebih baik, jika ada tambahan jalur kereta api.
“Untuk menjadi stasiun transit memang masih banyak fasilitas dan bangunan yang harus disiapkan dulu. Tapi, untuk jalur kereta api, dengan minimal memiliki dua jalur sudah bisa jadi stasiun transit,” lanjutnya.
Sementara sebagai transit, Stasiun Bayeman butuh area parkir umum, toilet umum, loket, ruang informasi penumpang. Lalu, tempat ibadah untuk penumpang dan ruang tambahan petugas stasiun lainnya. Saat ini, Stasiun Bayeman hanya punya dua petugas tiap harinya. Yakni, satu orang PPKA dan petugas PJL.
“Saya sendiri belum tahu sejauh mana perkembangan Stasiun Bayeman ini akan menjadi stasiun transit. Tapi yang pasti, Stasiun Bayeman ini dijadikan stasiun transit untuk mendukung KSPN Bromo,” terangnya.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Probolinggo Taufik Alami menjelaskan, rencana pemkab menjadikan Stasiun Bayeman sebagai stasiun transit terus berjalan. Hanya saja, untuk rencana itu Dishub tidak dapat alokasi anggaran penanganan Stasiun Bayeman. Kemungkinan, anggarannya melekat di OPD lainnya. “Nanti kami akan koordinasikan dengan Bappeda soal rencana Stasiun Bayeman menjadi stasiun transit. Dulu kajian itu dilakukan oleh Bappeda,” terangnya.
Langkah Dishub mendatangi Balai Teknik dilakukan dilakukan sembari menunggu balasan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Balai Teknik di Surabaya, kewenangannya di bawah Kemenhub. Hal itu disampaikan Kabid LLAJ di Dishub Kabupaten Probolinggo, Bambang Singgih Hartadi.
Saat dikonfiramsi, Bambang mengatakan, pihaknya sangat serius untuk menjadikan Stasiun Bayeman di Tongas menjadi stasiun transit. Mulai dari perencanaan sampai kajian telah dilakukan, dengan kerjasama pihak Bappeda (badan perencanaan pembangunan daerah).
Karena itu, pihaknya terus kejar dan cari jalan, supaya pengajuan menaikkan status stasiun bayeman itu bisa terealisasi. “Sejak awal rencana menaikkan stasiun Bayeman menjadi statiun transit sangat serius. Karena itu, sebagai mendukung perekonomian dan pariwisata di Kabupaten Probolinggo, khususnya kawasan Bromo,” katanya.
Bambang menjelaskan, di Surabaya ada Balai Teknis Perkeretaapian yang merupakan di bawah langsung Kemenhub. Rupanya, kedatangan Dishub mendapatkan respons baik. “Alhamdulillah, Balai Teknik Perkeretaapian di Surabaya, siap mendukung dan akan sampaikan pengajuan itu ke kementerian. Semoga saja, upaya pengajuan naikkan status stasiun bayeman bisa segera terealisasi,” harapnya.
Untuk menjadikan stasiun Bayeman menjadi stasiun transit, kata Bambang, akan terus berkelanjutannya. Jika Stasiun Bayeman sudah menjadi stasiun transit, pihaknya bisa realisasikan kerjasama dengan pihak Damri, untuk bus transportasi dari stasiun menuju Sukapura. “Setelah jadi stasiun transit, bakal ada pogram lanjutan yang bisa dikembangkan dan direalisasikan,” tambahnya. [wiwit agus pribadi]

Tags: