Menilik Keberadaan UPT PSTW Pasuruan Dinsos Jatim

Pegawai UPT PSTW Pasuruan memberikan minum kepada salah satu PM disela olahraga.

Sediakan Bermacam Bimbingan, Rawat 165 PM Lansia, Tertua Berumur 102 Tahun

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pernah dengar istilah centenarian? Julukan tersebut disematkan kepada orang yang berusia lebih dari 100 tahun. Tak banyak orang yang bisa hidup hingga satu abad. Namun siapa sangka, ternyata Pemprov Jatim melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Pasuruan Dinas Sosial (Dinsos) Jatim merawat salah satu centenarian.

Dialah Waginem, penerima manfaat (PM) lansia yang lahir di Jember pada tahun 1922, alias 102 tahun lalu. Saat ini lansia yang kerap dipanggil Mamak itu menjadi PM tertua di UPT PSTW Pasuruan.

Dulunya, dia bertempat tinggal di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Karena kondisinya yang telantar, sejak 2006, dia dikirim ke UPT PSTW Pasuruan oleh Dinsos Kota Pasuruan untuk mendapat pelayanan sosial yang lebih komprehensif.

Masuk dalam kategori PM total care, Waginem kini dirawat di Ruang Perawatan Khusus (RPK) Cempaka. Saat dikunjungi, ia tampak duduk di tempat tidurnya yang berada di sudut ruangan sambil memandang ke jendela. Meski terlihat renta, ternyata Waginem masih cukup sehat dan dapat beraktivitas tanpa alat bantu jalan.

Waginem terlihat antusias saat ditemui, layaknya dijenguk oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini mungkin pertanda bahwa ia sebenarnya merindukan keluarganya. Para PM di UPT PSTW Pasuruan memang merupakan lansia yang sudah tidak memiliki keluarga ataupun sengaja ditelantarkan oleh keluarganya. “Saya sudah tidak punya keluarga, tapi saya masih punya rumah,” ujar Waginem.

Saat ditanya tentang perasaannya dirawat di UPT selama 18 tahun, Waginem mengatakan bahwa ia senang karena memiliki teman-teman sebaya. Dia mengaku hidupnya kini lebih nyaman. Dia juga suka makan makanan-makanan yang diberikan petugas. “Enak-enak makanannya,” katanya.

Dengan nada yang lirih, dia menceritakan tentang kisah hidupnya. Contohnya saat muda, Waginem mengaku sempat merasakan zaman penjajahan. “Dulu saya mengalami penjajahan Belanda. Waktu Jepang datang juga tahu. Saya ikut merasakan perang,” kisahnya, menggunakan bahasa Jawa.

Dedikasi UPT PSTW Pasuruan ini dalam menjalankan tugasnya semakin tergambarkan apabila menilik PM terlama yang mereka rawat. Tercatat, PM bernama Kusno (86) ini sudah dirawat oleh UPT PSTW Pasuruan selama 31 tahun. Saat pertama kali datang di UPT, Kusno ditempatkan di Wisma Mawar. Kini, pria asal Jember tersebut dirawat di RPK Flamboyan.

Menurut cerita para pengasuh, Kusno terkadang keluar ruangan dengan cara merangkak, walau sebenarnya ia masih bisa berdiri dan berjalan. Seperti saat ditemui, Kusno langsung berdiri dan menanyakan tentang celana merah, salah satu barang favoritnya.

Kusno memang sering meminta untuk dipakaikan celana merah, walaupun ia punya celana warna lain. Selain itu, dia juga menyukai sarung untuk dikalungkan di lehernya. Pria yang mengidap demensia tersebut memang banyak berbicara melantur. Meski begitu, secara fisik Kusno masih sangat bugar.

Selain Waginem dan Kusno, UPT PSTW Pasuruan juga merawat 163 PM lansia lain. Secara total, UPT yang berlokasi di Jl. Dr Soetomo, Sumbergedang, Pandaan, Kabupaten Pasuruan ini menampung 165 PM. Mereka tinggal di 13 wisma. Setiap wisma yang dinamai dengan berbagai nama bunga tersebut dapat menampung 10 hingga 30 orang di dalamnya.

“Kami memastikan gizi seimbang para PM melalui bermacam-macam menu sehat yang kami konsultasikan dengan pihak Puskesmas Pandaan. Dapur umum kami menghidangkan menu yang berbeda tiap pagi, siang, dan malam. Setidaknya ada 33 variasi menu untuk menunjang gizi serta menjaga nafsu makan PM lansia,” kata Kepala UPT PSTW Pasuruan, Saroni SST MSi.

Dari segi pelayanan kesehatan, UPT PSTW Pasuruan mempunyai perawat yang siap siaga 24 jam. Pelayanan ini juga didukung langsung oleh Puskesmas setempat demi menjaga kesehatan para PM sesuai dengan SOP. Untuk memulihkan kondisi fisik PM, UPT PSTW Pasuruan juga memberikan layanan kesehatan fisioterapi secara rutin.

Hampir sama seperti UPT Dinsos Jatim lainnya, UPT ini menyediakan berbagai macam bimbingan, seperti keagamaan dan keterampilan untuk para PM. Terutama untuk keterampilan, UPT PSTW Pasuruan memberikan perhatian lebih dengan menyediakan fasilitas yang mumpuni sehingga para PM dapat menghasilkan keuntungan dari hasil keterampilannya. Para PM di sini diajarkan untuk membuat kemoceng, kotak tisu, dan berbagai handicraft yang dapat dijual sebagai cendera mata bagi pengunjung UPT.

“Kami sudah menyiapkan tempat untuk galeri yang di dalamnya bisa menampung hasil karya keterampilan para lansia, berkolaborasi dengan pendamping dan instruktur. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terealisasi,” ungkap Saroni.

Selain itu, ada pula keterampilan bertani dan budidaya ikan. Saroni menjelaskan, pihaknya berencana menambah jenis ikan yang dibudidaya. Sebelumnya, UPT ini memang sudah mempunyai kolam berisi ikan nila dan mujair. Dia berencana bakal mengisi kolam dengan jenis ikan lele karena mudah perawatannya.

“Lahan sudah ada, untuk bibitnya kami bisa ajukan kerja sama dengan Dinas Perikanan. Sedangkan untuk pakan dari kami. Kedua proyek ini adalah upaya dari UPT yang akan segera kamj garap,” pungkasnya. [Rachmat Caesar]

Tags: