Menjadi Guru yang Terampil Banyak Hal

Judul : Menembus Ruang dan Waktu
Penulis : Khoirun Nisak
Penerbit : Pustaka Media Guru, Surabaya
Cetakan : I, Juni 2017
Tebal : vi + 112 halaman
ISBN : 978-602-6707-44-4
Peresensi : Teguh Wibowo
Pegiat literasi di FLP Surabaya

Menjadi guru berarti harus siap menghadapi tantangan dan mau berinovasi. Seiring waktu, dinamika pendidikan juga mengalami revolusi mengikuti arus zaman. Menjadi guru tidak cukup bermodal pintar dan berwawasan, tetapi juga perlu kreatif dan terampil. Hal ini untuk menunjang proses belajar mengajar yang hasilnya bermanfaat bagi semua.
Peran guru memang sangat mulia, meskipun berat tugas yang diemban. Sebagai jalan terbaik, para guru mencoba berinisiatif dan bersiasat demi tercapainya cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Seorang guru yang baik, begitu selesai mengajar, tidak lantas melupakan tugas-tugasnya. Tidak cukup hanya menggugurkan kewajiban mengajar, tetapi berproses lagi.
Menjadi guru yang terampil banyak hal memberi keuntungan besar. Salah satu yang utama dan perlu dimiliki adalah keterampilan mengarang atau menulis. Sebetulnya tanpa disadari, setiap hari guru sudah bersinggungan dengan kegiatan menulis. Misalnya merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau membiasakan menulis jurnal mengajar.
Sebagai contoh, Khoirun Nisak penulis buku “Menembus Ruang dan Waktu” ini adalah seorang guru (pendidik) di Sidoarjo. Ia bercerita banyak hal tentang pengalamannya mengikuti kelas menulis yang diselenggarakan oleh Media Guru. Rupanya hal ini menjadi sebuah daya pikat dan motivasi eksternal yang ia harapkan. Cocok dengan kendala yang ia alami dan menemukan pencerahan.
Khoirun memberikan wejangan bagi para guru yang ingin terampil di ranah kepenulisan. “Namun, jangan pernah menulis hanya karena pemenuhan kenaikan tingkat semata. Karena justru akan memasung ide dan gagasan kreatif yang dimiliki. Keterpaksaan janganlah menjadi faktor utama yang melatarbelakangi keinginan dalam menulis.
Khoirun bertutur, ia pernah mengikuti pelatihan-pelatihan menulis. Kebanyakan yang diikuti sebelumnya berakhir tanpa tindak lanjut. Peserta dibiarkan membawa hasil hanya berupa lembaran sertifikat keikutsertaan dalam pelatihan (hal. 7).
Penulis berpesan, “Dalam menulis, sangat dibutuhkan pendapat ataupun komentar orang lain untuk menjadikan tulisan lebih sempurna. Belajar dari mana dan dari siapa pun itu amatlah berharga. Merasa diri paling pintar dan tidak membutuhkan orang lain, akan menempatkan kita pada langkah kemandekan dan jauh dari perbaikan (hal 10).
Aktivitas menulis tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan membaca. Membaca apa pun, tidak harus selalu tema yang disukai. Tetapi, membaca dan melahap semua pengetahuan akan menambah perbendaharaan ilmu, bahkan di luar konteks keprofesian. Selama ini kebanyakan dari kita membaca hanyalah karena dorongan kebutuhan profesi. Bukan karena memang menyukai aktivitas membaca itu sendiri, sebagai pemenuhan kepuasan diri dari kehausan akan ilmu dan pegetahuan (hal 79).
Lebih lanjut di buku ini dijabarkan, keuntungan menulis di antaranya adalah kepuasan batin, berbagi gagasan, mejeng di media massa, banyak teman, mendadak populer, dapat honor, dan hidup seakan lebih lama. Pramoedya Ananta Toer berujar, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Dengan membaca semua cakupan, buku ini cocok dibaca bagi para guru. Terutama yang masih amatir atau yang mengalami kesulitan mengembangkan karya tulis, baik itu fiksi maupun nonfiksi. Ditulis oleh pelakunya sendiri yang berprofesi sebagai guru. Buku dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang padu, tips mem-branding profesi guru dengan menulis, kiat produktif menulis, contoh opini yang pernah dimuat di media, dan surel beberapa media massa.
Hanya saja, judul buku ini terlihat tidak sinkron dengan isinya, yang sebenarnya membahas teori menulis dan catatan penulis di kelas Media Guru. Tetapi di balik itu, nilai positifnya adalah mengajak para guru untuk giat dan terampil menulis. Bagi para guru, buku ini ibarat nutrisi yang setidaknya layak dijadikan contoh dalam dunia mengajar dan menulis. Dengan mentransfer ilmu kepada yang lain, nilai manfaatnya akan semakin banyak. ***

Rate this article!
Tags: