Nilai Prestasi Olympiade

foto ilustrasi

Martabat kemakmuran bangsa bisa dicerminkan melalui prestasi olahraga level global. Niscaya tidak mudah, dan tidak murah. Diperlukan pembinaan sistemik dalam waktu lama, disertai biaya memadai. Lagu kebangsaan akan bergema (dan bendera negara akan berkibar) manakala berhasil menembus podium tertinggi. Kini kontingen “merah-putih” sedang berupaya meningkatkan martabat bangsa melalui Olympiade (musim panas) Tokyo 2020. Beberapa medali telah diraih, serta masih diharapkan tambahan medali.

Perebutan medali pada ajang Olympiade, sesungguhnya merupakan persaingan pembinaan (dan anggaran) ke-olahraga-an. Termasuk sistem penghargaan pasca prestasi (masa tua) atlet. Kontingen Indonesia nyaris tidak pernah absen berpartisipasi dalam pesta olahraga level Olympiade. Walau dengan anggaran belum memadai. Tetapi partisipasi dalam ajang olahraga level global, sekaligus memperbaiki tatakelola hubungan internasional bangsa-bangsa.

Prestasi dunia sedang diburu kontingen Indonesia dalam ajang perhelatan olahraga sedunia, Olympiade, (musim panas di Tokyo), Jepang. Sebanyak 28 atlet telah dilepas presiden, membawa martabat bangsa dan negara Indonesia. Seluruh anggota kontingen telah dinyatakan lolos uji swab PCR dengan hasil negatif CoViD-19. Semakin banyak pula cabang olahraga yang diikuti. Selain berburu medali “tradisii” (bulutangkis), juga menyertakan nomor paling bergengsi (atletik).

Sampai hari ke-5 Olympiade Tokyo 2020, kontingen Indonesia berada pada peringkat ke-28. Tapi laga Olympiade belum selesai, masih 10 hari. Biasanya negara-negara maju (G-7) Eropa, dan Amerika Serikat, baru akan memborong medali pada pekan kedua. Terutama melalui cabang olahraga (Cabor) Atletik yang memperebutkan 48 medali, Cabor Akuatik 49 medali (termasuk 37 medali renang), dan Balap Sepeda (22 medali).

Atlet Eropa, dan AS, juga nampak paling jago di lapangan Menembak (memperebutkan 15 medali emas) dan Senam (16 medali emas). Juga jago dalam lomba di laut (Dayung dengan 16 medali), dan Berlayar (10 medali). Indonesia juga akan berlaga pada arena yang didominasi atlet Eropa, dan AS. Antara lain, ada Muhammad Zohri, pada Atletik. Sedangkan tim Dayung, dan Menembak, sudah harus mengakui keunggulan tim negara lain.

Mendulang medali tidak mudah. Anggaran pembinaan atlet menjadi faktor utama, termasuk untuk gaji pelatih kaliber internasional. Serta teknologi keolahragaan yang memadai. Sebagaimana amanat UU Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 69 ayat (2), secara tekstual dinyatakan: “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.”

Tetapi tidak dicantumkan persentase pagu dalam APBN dan APBD. Sehingga nominalnya bisa dialokasi sesuka hati. Saat ini anggaran pembinaan olahraga prestasi (pagu APBN 2021) masih sekitar 0,03% total APBN (sekitar Rp 825 milyar). Kecuali terdapat PON (Pekan Olahraga Nasional, 4 tahun sekali). Pagu APBN 2021 ini masih dibawah “harga” pembinaan satu atlet RRT untuk meraih medali emas, Nilainya sebesar 600 juta yuan (sekitar Rp 900 milyar).

Realita kesempitan anggaran mendorong DPR-RI berinisiatif meningkatkan anggaran keolahragaan mencapai 2,5% APBN (sekitar Rp 68,75 trilyun). Realisasinya, bisa jadi menunggu hingga satu dekade mendatang. Namun sesungguhnya anggaran ke-olahraga-an bisa bekerjasama dengan kalangan usaha swasta nasional. Sudah banyak perusahaan menyokong prestasi olahraga. Beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga bisa berpartisipasi.

Tetapi selama 5 tahun terakhir pembinaan prestasi olahraga cukup meningkat. Pemerintah (dan daerah) memberi bonus memadai kepada atlet berprestasi internasiona. Nilainya mencapai Rp 5 milyar untuk medali emas Olympiade. Pembinaan yang baik bisa menghindarkan atlet hidup terlunta pada masa tua.

——— 000 ———

Rate this article!
Nilai Prestasi Olympiade,5 / 5 ( 1votes )
Tags: