Ombak Capai Tiga Meter, Nelayan Probolinggo Nekat Melaut

Para nelayan tak mau melaut hingga seminggu kedepan

Probolinggo, Bhirawa
Angin gending yang mulai menghembus kencang mengakibatkan ombak laut utara meninggi hingga mencapai 3 m, Namun demi berburu ikan, nelayan di Kota Probolinggo nekat menerjang ombak besar. Padahal ombak tinggi di Laut Jawa mengancam keselamatan para nelayan antar pulau ini. Harga ikan tidak mengalami kenaikan.
Berangkat dari Pelabuhan Mayangan, sejumlah nelayan menggunakan kapal jenis jonggrang. Mereka berangkat melaut tanpa memperdulikan bahaya mengintai, menyusul gelombang tinggi melanda laut Jawa. Nelayan tetap berburu tangkapan ikan demi menyambung hidup keluarga. Hal ini dingkapkan joko Mulyono salah satu nelayan, Jum’at 22/6.
“Mau bagaimana lagi, kalau tidak melaut ya pasti tidak ada pemasukan sama sekali. Karenanya kami tekuni saja walau beresiko,” ujarnya.
Menurut Joko, dalam empat hari terakhir ombak besar setinggi 2-3 meter melanda perairan utara Probolinggo hingga laut Jawa. Tingginya gelombang itu, sangat membahayakan keselamatan para nelayan. Mengantisipasi hal buruk, para nelayan tidak melaut terlalu jauh dari bibir pantai. Agar jika sewaktu-waktu ada ombak besar, bisa segera menepi.
Nelayan menyebut dengan cara itu, resiko jatuh korban jiwa bisa diminimalisir. Nelayan berharap, gelombang tinggi segera berakhir. Sehingga aktifitas melautnya bisa dilakukan tanpa rasa was-was.
“Selain antisipasi kecelakaan, juga untuk mengurangi beban biaya melaut. Meski hasil tangkap di pinggiran sedikit hasilnya, jika dibanding dengan hasil melaut di tengah. Ya disyukuri saja ketimbang tidak ada penghasilan,” kata Joko.
Puluhan kapal motor barang antar pulau, terpaksa memilih disandarkan di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo. Para nakhoda kapal tak mau mengambil resiko tenggelam di tengah lautan. Sebab, cuaca buruk disertai ombak besar diprediksi masih akan terjadi, sampai lima hari ke depan.
“Kami himbau mereka untuk tidak berlayar terlebih dahulu. Mengingat saat ini cuaca buruk melanda perairan laut Jawa. Karena resikonya sangat besar jika tetap nekat berlayar,” tutur Kasatpolair Polres Probolinggo, AKP. Slamet Prayitno.
Dengan adanya nelayan yang masih mau melaut tersebut maka harga ikan tidaklah ada kenaikan yang seknifikan, seperti harga ikan harga ikan tongkol Rp 22.000 per kilogramnya. Sedangkan ikan banyar Rp 30.000 per kilogramnya. Ikan binggul Rp 21.000 per kilogramnya. Sementara untuk jenis ikan lainnya kata dia, jmengalami kenaikan, itu karena cuaca belakangan ini buruk.
Saiful Bahri, seorang nelayan di Paiton, menambahkan, sejak 20 hari terakhir ini sekitar 70 persen para nelayan tidak melaut, karena angin yang kencang di tengah laut. Ada yang berani melaut hanya 2 sampai 3 nelayan aja, itupun dipaksakan untuk melaut k arena kebutuhan sehari-hari. Tangkapan ikan sangat sedikit karena angin dan ombak yang kencang.
“Biasanya satu kapal slereg dalam satu kelompok mampu menghasilkan 1 ton ikan sekali melaut, sekarang hanya mampu menjaring ikan sebanyak 1 hingga 2 kwintal saja, angin dan ombak di tengah laut kencang,”tuturnya.
Berdasarkan data dari BMKG Maritim Surabaya, melalui Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, Terhitung dari 16 hingga 22 Juni 2018, ketinggian gelombang laut mencapai 3-3.5 meter.Hal ini diungkapkan Dedy Isfandi, Kepala Dinas Perikanan Kabupten Probolinggo, kecepatan angin maksimum di Laut Jawa bagian timur bisa mencapai 26 knots (47 km/jam) dan di Selat Hindia selatan Jatim 25 knots (45 km/jam).
Gelombang di laut Jawa bagian timur antara 1.5-3.0 m dan di Selat Hindia selatan Jatim antara 1.3 – 2.5 meter. “Harap waspada saja untuk melakukan aktivitas di laut, tambahnya.(Wap).

Tags: